Perampokan Nekat

Kisah Mantan Walikota yang Jadi Otak Perampokan Nekat Rumah Dinas Walikota Blitar

Pertemuan mantan Walikota Blitar Samanhudi Anwar dengan napi residivis di penjara memunculkan ide liar. Walikota Santoso mengaku tak menyangka bekas atasannya jadi otak perampokan nekat itu.
Muhammad Samanhudi Anwar mantan wali kota blitar jadi otak perampokan rumah dinas santoso ditangkap polda jatim
Ilustrasi perampok berusaha membobol kunci pintu oleh Witthaya Prasongsin via Getty Images

Kepolisian Daerah Jawa Timur menangkap Muhammad Samanhudi Anwar, mantan Wali Kota Blitar, Jawa Timur. Dia diduga menjadi otak kekerasan dan pencurian harta milik Wali Kota Blitar aktif, Santoso, di rumah dinasnya, pada 12 Desember 2022.

Penangkapan yang berlangsung pada 27 Januari 2023 ini merupakan pengembangan penyelidikan dari tersangka di lapangan yang sudah tertangkap terlebih dahulu. Proses penangkapan berlangsung di salah satu tempat olahraga di Blitar sekitar pukul 03.00 WIB.

Iklan

Polisi mengatakan, kala ditangkap Samanhudi sedang duduk-duduk. Dia bersama rekannya kooperatif saat penangkapan. Sudah ada beberapa bukti yang menjadi pegangan polisi dalam penangkapan ini. Samanhudi dijerat menggunakan Pasal 365 juncto Pasal 56 KUHP.    

Sebelum menangkap Samanhudi, dalam kasus pencurian dan kekerasan di Rumah Dinas Wali Kota Blitar ini, polisi sudah terlebih dahulu menangkap tiga orang tersangka berinisial NT, AJ dan AS/ASN. Polisi menangkap ketiganya di tempat yang berbeda, yaitu Bandung, Jawa Barat; Jombang, Jawa Timur dan Medan, Sumatera Utara. Mereka bersama dua orang yang masih dalam pengejaran bernama Oki Supriadi dan Medi Afriant merupakan eksekutor di lapangan.

Dalam eksekusi pencurian di Rumah Dinas Wali Kota Blitar, Santoso, para perampok beraksi sekitar pukul pukul 03.00 – 04.00 WIB. Dalam menjalankan aksinya, para perampok menyekap Santoso, istrinya, serta tiga penjaga rumah dari Satuan Polisi Pamong Praja.

Para perampok memasuki rumah dinas melalui pintu sisi Barat, di Jalan Sudanco Suprijadi Nomor 18 Blitar. Perampok yang keluar dari mobil kemudian melumpuhkan tiga penjaga yang sedang berjaga. "[Saat masuk rumah dinas], mereka [pelaku] naik mobil plat merah," kata Kapolresta Blitar, AKBP Argowiyono.

Informasi masuknya para perampok terekam kamera CCTV di bagian luar rumah dinas. Setelah melumpuhkan penjaga, para perampok memasuki rumah dinas dan bertemu dengan Wali Kota Blitar beserta istrinya. Mereka berdua disekap di kamar bersama dengan tiga penjaga yang sebelumnya mereka lumpuhkan.

Iklan

Dalam menggasak uang tunai senilai Rp730 juta serta benda-benda berharga seperti arloji dan perhiasan emas, para perampok sempat mengancam wali kota dan istrinya. Mereka meminta ditunjukan tempat menyimpan uang dan perhiasan. Perampok membawa senjata tajam untuk melancarkan ancamannya.

Penyekapan dan pengancaman ini berujung pada mulusnya aksi perampokan. Kemudian para perampok kabur dari rumah dinas. Mereka juga sempat merusak kamera CCTV bagian dalam rumah dinas. Namun untuk CCTV bagian luar rumah dinas tidak turut dirusak.

Tidak ada korban jiwa atau luka fisik serius dalam perampokan ini. Adapun luka berada di tangan saat proses penyekapan dengan menggunakan lakban. Wali Kota Blitar beserta istri sempat trauma setelah aksi selesai.

Dari kronologi tersebut, terlihat apabila para pencuri paham seluk beluk rumah dinas Wali Kota Blitar. Usut punya usut, tersangka NT pernah berada di ‘sekolah kriminal’ bernama Lapas Sragen. Samanhudi sendiri masuk penjara karena kasus suap pembangunan sekolah pada 2018, saat dia masih menjabat sebagai Wali Kota. Samanhudi divonis hukuman bui selama lima tahun.

Dalam komunikasi di Lapas Sragen itu dengan si napi residivis, Samanhudi memberi informasi tata letak Rumah Dinas Wali Kota Blitar. Adapula informasi lain berupa waktu paling tepat untuk mencuri, dalam hal ini saat keamanan sedang landai.

“Di situlah mereka bertemu dan diberikan informasi mengenai lokasi rumah dan lokasi penyimpanan uang. Sehingga NT mengajak empat orang kawannya selanjutnya melakukan perampokan pada Desember 2022 lalu," kata Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Jatim, Komisaris Besar Totok Suharyanto, dikutip dari Tempo.co.

Iklan

Masih dalam penyelidikan polisi, apakah motif Samanhudi dalam merampok murni lantaran uang, atau ada unsur balas dendam terkait masalah politik. Kemungkinan Samanhudi menjadi donatur untuk kelancaran aksi berupa membelikan mobil juga masih dalam penyelidikan lebih lanjut.

“Kalau informasi awal, Saudara S ini hanya memberikan informasi terkait dengan lokasi rumah dan lokasi penyimpanan uangnya,” katanya.

Samanhudi merupakan Wali Kota Blitar dua periode. Pada periode pertama, dia menjabat sepanjang kurun 2010-2015. Politikus PDIP ini melanjutkan jabatannya untuk periode dua pada 2016-2021. Di periode inilah Samanhudi berdampingan dengan Santoso sebagai yang juga dari PDIP. Saat Samanhudi terjerat kasus suap, Santoso otomatis ditunjuk menjadi Plt. Wali Kota Blitar. Ketika akhirnya Pilkada serentak 2020 digelar, Santoso resmi terpilih menjadi Wali Kota Blitar.

Saat dikonfirmasi media, Santoso mengaku tidak menyangka bila Samanhudi merencanakan aksi jahat untuk merampok rumah dinasnya. Dia mengaku tidak merasa punya hubungan buruk, karena sudah dekat dengan Anwar sejak masih sama-sama aktif di DPRD hingga menjadi Walikota Blitar.

"Jadi, selama ini kita tetap menjadi atasan pimpinan yang saya selalu menghargai. karena beliau juga jasanya kepada Kota Blitar juga dikenang masyarakat," tandas Santoso, seperti dilansir Metrotvnews.