Terlahir Kaya

Inilah Daftar Hal yang Paling Dikhawatirkan Orang Tajir Melintir Selain Uang

Benarkah hidup mereka terbebas dari kekhawatiran ketika uang tak lagi menjadi masalah? Berikut penuturan beberapa orang superkaya yang diwawancarai VICE.
lelaki berdiri di samping mobil lamborghini
Foto: VICE

Orang kaya telah memiliki segalanya, sehingga mereka tak perlu memusingkan hal-hal yang sering bikin mumet rakyat jelata seperti kebanyakan penghuni Planet Bumi.

Mereka sudah disiapkan rumah dari kecil oleh ortunya, jadi enggak usah ribet mencari kontrakan atau kos-kosan murah. Kekayaan mereka takkan habis tujuh turunan, sehingga enggak perlu bingung memikirkan tagihan bulanan.

Enggak ada istilah ngirit duit untuk makan karena makanan selalu tersedia di atas meja. Pergi ke mana-mana tinggal diantar oleh supir, atau bahkan naik jet pribadi jika berasal dari keluarga konglomerat.

Iklan

Tapi kan… mereka juga manusia. Walaupun hidup serba enak, pasti ada saja yang membuat mereka gelisah setiap harinya. Kira-kira apa, ya?

Natalia*, 23 tahun, penerima warisan

Aku sering mengkhawatirkan pendapat orang tentang diriku. Aku takut mereka tidak suka denganku. Aku sebisa mungkin enggak membahas kekayaan, tapi topik ini terkadang enggak bisa dihindari, apalagi saat ngobrolin liburan dan hobi. Aku enggak mau bikin mereka risi atau merasa enggak nyaman. Tapi aku sadar akan ada saja yang membenci, cemburu atau meremehkan aku karena hidupku lebih beruntung. Orang mungkin menganggap kebiasaan beli tas jutaan sudah gila, tapi bagiku itu biasa saja.

Alan, 68 tahun, pensiunan bankir investasi

Sebagai pensiunan berduit, aku sebenarnya bebas melakukan apa saja. Tapi kenapa aku belum merasa bahagia, ya? Apa lagi yang perlu aku khawatirkan saat kebutuhan pokok sudah tercukupi? Banyak orang memilih kerja lagi karena bingung mau ngapain. Mereka bekerja agar hidup ada tujuannya — bangun di pagi hari, menyelesaikan tugas, pulang ke rumah, tidur dan begitu seterusnya. Tanpa tujuan, hidupmu kayak ngawang aja gitu. Kalian bisa mengisi kekosongan ini dengan mengejar kebahagiaan. Saya juga khawatir tak bisa memahami perjuangan teman atau orang lain, karena masalah yang kalian hadapi enggak sama dengan orang biasa. Dunia kalian berbeda.

Walter*, 27 tahun, mewarisi jaringan restoran internasional

Aku malu punya keluarga berada semasa sekolah dulu. Memang sih aku masuk sekolah swasta, tapi hidupku masih jauh lebih enak daripada teman satu sekolah. Pakaianku lebih bagus dari mereka. Pulang pergi diantar supir. Mereka menyadari kalau aku berbeda. Aku khawatir orang-orang berteman denganku hanya karena ingin kecipratan uang. Aku galau pacar sebenarnya tulus cinta denganku atau gaya hidup kami yang mewah. Aku sering banget memikirkan ini.

Giles*, 48 tahun, bankir investasi

Aku mengkhawatirkan putri-putriku dan masa depan mereka. Aku jarang menghabiskan waktu bersama keluarga karena sibuk bekerja. Aku khawatir mereka kesal denganku, atau istri diam-diam selingkuh terlepas dari betapa besarnya gajiku. Aku juga mengkhawatirkan pemanasan global karena uang takkan mampu menyelamatkan Bumi. Entah apa dampaknya nanti pada anakku. Hidup memang jadi lebih mudah saat kalian berduit, tapi kalian tak luput dari masalah-masalah seperti keluarga, kesehatan dan peristiwa terkini.

@nicolegarciamer

Artikel ini pertama kali tayang di VICE UK.