FYI.

This story is over 5 years old.

Peradaban Kuno

Bentuk Geometris Permukaan Tanah Ditemukan di Amazon, Hasil Peradaban Kuno Tak Dikenal

Penemuan ini menantang asumsi arkeolog bahwa peradaban di kawasan Amazon tak pernah berkembang jauh dari sungai atau perairan besar.

Artikel ini pertama kali tayang di Motherboard

Hutan hujan Amazon adalah sumber inspirasi yang tak pernah kering bagi cerita-cerita tentang kebudayaan kuno masa lalu. Semakin rajin arkeolog menelusuri kawasan teduh ini, makin menguat saja legenda kawasan Amazon sebagai sarang peradaban manusia yang hilang.

Baru-baru ini, sekelompok arkeolog dibantu citra satelit menemukan sisa-sisa peradaban hilang yang sebelumnya belum pernah dikenal. Peradaban tersebut diperkirakan berkembang antara kurun 1250 hingga 1500 masehi, tepat sebelum penjajah Eropa mendaratkan kakinya di selatan Benua Amerika. Penemuan tersebut, mencakup beberapa sisa-sisa bentuk geometris di permukaan bumi, dijabarkan lewat sebuah makalah yang diterbitkan pekan ini [27/3] di Nature Communications.

Iklan

Foto dari arsip University of Exeter

“Temuan kami menunjukan bahwa sekitar 1.800 kilometer persegi Amazonia Selatan pernah ditingali perabadan yang meninggalkan bantuk geometris di permukaan tanah di desa-desa yang dilindungi benteng,” kata Jonas Gregorio de Souza, arkeolog dari University of Exeter, kepala ekspedisi arkeologi tersebut, dalam kesimpulan makalah di atas. Temuan ini, imbuh de Souza, mendesak setiap peneliti modern untuk “menimbang ulang fungsi kawasan amazon dalam perkembangan peradaban pra-Kolombia serta dampak lingkungannya.”

Peradaban yang baru ditemukan ini hidup jauh dari sungai besar yang mengalir di provinsi Mato Grosso, Brasil. Diduga ada sekitar satu juta orang yang tinggal di lebih dari 1.000 desa kecil di kawasan tersebut, jauh melebihi perkiraan arkeolog sebelumnya. Habitat “interfluvial”—daerah antara dua dataran banjir—yang ditempati anggota peradaban ini telah “diabaikan oleh komunitas arkeolog” karena adanya anggapan masyarakat kuno Amazon selalu hidup dekat perairan.

Komunitas-komunitas peradaban kuno ini tak hanya hidup di daerah relatif belum terjamah. Mereka juga merombak bentang alamnya menjadi beberapa pola geometris, atau biasa disebut “geoglyph” yang masih bisa ditemui sampai saat ini. Citra satelit situs-situs peradaban yang baru dieksplorasi di wilayah Upper Tapajós Basin menunjukkan adanya 104 geoglyp dalam bentuk lingkaran heksagon hingga persegi panjang.

Foto dari arsip University of Exeter

Diameternya bervariasi antara 30 sampai 400 meter. Beberapa di antaranya saling bersingungungan. Dalam beberapa citra juga ditemukan geoglyph kecil dalam sebuah geoglyph yang lebih besar.

Fungsi geoglyph tersebut belum diketahui sampai sekarang. Umumnya, kebanyakan geoglyph tak pernah ditinggali oleh pembuatnya. Alhasil, muncul dugaan bahwa fungsinya hanya untuk upacara atau ritual tertentu. Ekspedisi ke wilayah yang tertangkap dalam citra satelit menunjukkan awal bekas desa-desa peradaban ini berada di dalam atau di sekitar geoglyph-geoglyph ini.

Berdasarkan penemuan anyar tersebut, tim de Souza kini punya bukti kuat untuk mempertanyakan asumsi bahwa “sungai atau perairan besar adaah rute komunikasi utama di Amazonia.” Timnya memperoleh data bahwa kebanyakan daerah interfluvial yang jarang dieksplorasi memiliki desa-desa yang kemungkinan pernah dihuni oleh 20 sampai 2500 orang di masa lalu. Temuan tersebut menunjukkan bila Amazon masih menyimpan banyak misteri arkeologi yang belum terungkap.