Jackson Palmer, salah satu pendiri Dogecoin dari Australia, jarang muncul di media sosial sejak mencela ciptaannya sendiri. Saat itu, dia mengatakan ada yang tidak beres dengan mata uang kripto setelah harga Dogecoin pertama kali melonjak drastis.
Setelah sekian lama tak terdengar kabarnya, dia kembali membuat pernyataan yang mencengangkan dunia. Dalam utas Twitter yang diunggah 14 Juli 2021, Palmer menyebut mata uang kripto hanya menguntungkan orang kaya dan menghindarkan mereka dari kewajiban bayar pajak. Postingannya sontak viral di dunia maya.
Videos by VICE
“Saya sering ditanya bakalan ‘balik lagi ke kancah kripto’ atau tidak, atau memberikan pandangan saya tentang topik ini. Dengan sepenuh hati, saya menjawab ‘tidak’. Saya akan menjelaskan alasannya di sini supaya tidak mengulanginya terus,” demikian bunyi twit pembuka Palmer.
“Setelah bertahun-tahun mendalami bidang ini, saya sekarang yakin mata uang kripto telah menjadi teknologi hiper-kapitalis sayap kanan yang diciptakan justru untuk menambah kekayaan para penggunanya melalui penghindaran pajak, berkurangnya pengawasan regulator keuangan, dan kelangkaan pasokan yang dipaksakan secara artifisial.”
Saat artikel ini dilansir, kapitalisasi pasar Dogecoin (harga keseluruhan dari token yang beredar) berada di kisaran puluhan miliar Dollar. Harganya tidak pernah dimaksudkan menjadi setinggi itu, mengingat Palmer hanya iseng menciptakan Dogecoin. Dia seorang entrepreneur dan ahli teknologi yang lama aktif di dunia kripto sebelum menciptakan koin digital bersama temannya. Dia menyadari ada yang tidak beres ketika harga Dogecoin sempat mencapai $2 miliar (Rp29 triliun) pada 2018. Dia menuangkan pikirannya dalam artikel Motherboard.
“Di masa 2013, visi seputar masa depan uang kripto masih relatif sederhana,” tulisnya. “Yaitu untuk memberikan alternatif peer-to-peer untuk uang tunai melalui desentralisasi, demi mengakhiri kepercayaan terlalu buta pada lembaga keuangan, yang terbukti tidak bermoral dan korup dari krisis keuangan 2008… Akan tetapi, saya cepat menyadari, komunitas yang suka menghamburkan uang ke para penipu dan oportunis—yang pada akhir 2014, mengkooptasi komunitas Dogecoin dan menguras jutaan dolar dari penggunanya—sama seperti menyebar darah ke ikan hiu.”
Saat itu, Palmer berujar “belum bisa menilai apakah perkembangan terbaru ini adalah akhir bagi mata uang kripto.” Pemikirannya itu tampaknya telah berubah. Palmer sekarang benar-benar membenci para spekulan di bursa kripto.
Palmer mengkritik dunia kripto pada saat penggemar koin digital berusaha melegitimasi industri dan menghadapi skandal kelas kakap. Pengelola investasi global (hedge fund) mengelola Bitcoin dan Ethereum. Kolektif gamer dan influencer FaZe Clan baru-baru ini menghentikan anggota karena mempromosikan dugaan penipuan kripto pump-and-dump dengan kedok kegiatan amal anak-anak. Sementara itu, peruntungan ditentukan oleh pasar yang tidak diregulasi, di mana koin baru bermunculan setiap hari—sering kali dengan pendiri misterius—dan menjanjikan kekayaan melalui skema yang rumit.
Anggapan bahwa uang kripto adalah respons sayap kanan terhadap sistem keuangan saat ini sejalan dengan berbagai kritik yang telah dipaparkan selama bertahun-tahun. Kembalinya Palmer ke media sosial untuk menyampaikan pendapatnya semakin memperkuat kritik-kritik tersebut.
“Mata uang kripto seperti mengambil bagian terburuk dari sistem kapitalis saat ini (misalnya korupsi, penipuan, ketidaksetaraan) dan menggunakan perangkat lunak untuk membatasi intervensi (misalnya audit, regulasi, perpajakan) yang berfungsi sebagai perlindungan bagi orang biasa,” tulis Palmer dalam utas Twitter. “Saya tak lagi berusaha keras untuk terlibat dalam diskusi publik tentang mata uang kripto. Itu tidak sejalan dengan keyakinan pribadi, dan saya sudah lelah mencoba berdiskusi dengan mereka-mereka yang enggan terlibat dalam percakapan sehat.”
Ketika dihubungi Motherboard untuk memberikan komentar, dia menyampaikan biar twitnya yang berbicara.