Sejak kecil, saya sudah punya ketertarikan entah secara romantis atau tragis—dan hampir terobsesi—oleh gagasan bahwa dunia suatu saat akan berakhir.
Gagasan ini barangkali pertama kali bersarang di otak saat saya masih terlalu muda, penuh rasa penasaran dan gampang ketakutan. Kalau tak salah, kakak laki-laki saya yang memicunya justru dengan bilang bahwa dunia tak akan pernah berakhir. Di umur-umur itu juga, saya mulai sering mendongak ke atas memandangi langit Kanada, terutama di kawasan timur Kanada circa 1998, yang jernih dan penuh dengan tanda-tanda keberadaan alien (eh maksudnya cahaya ya).
Di titik inilah, aku mulai merasa ketakutan dengan semesta yang teramat luas ini. Beberapa bulan setelahnya, Armageddon mulai beredar di bioskop. Saya mencoba menghindari nonton film itu semampu saya. Di saat yang sama, ayah sedang getol-getolnya membaca The Bible Code. Alhasil, setiap jam makan malam bareng keluarga, ayah akan dengan sukarela bercerita kepada Ibu—yang tengah menyuapi aku dengan olahan kentang dan kerang— tentang betapa dekatnya kita dengan akhir dunia.
Videos by VICE
Maju dua puluh tahun kemudian dan beberapa ramalan akhir dunia lainnya, sampailah kita di 2018 disuguhi berbagai macam nubuat tentang kiamat dengan segala macam variannya. Dari ancaman perang nuklir, bencana alam yang ganas dan luas cakupannya hingga invasi alien dan kiamat zombie. Malah kini, dengan kondisi iklim yang makin amburadul (dan dua menit terakhir menuju tengah malam dalam status Jam Kiamat) seakan telah menegaskan paranoia masa kecil saya tentang kiamat.
Jadi, artikel ini akan membahas kiamat, apokalips, akhir dunia, doomsday, armageddon atau apapun sebutan lainnya. Kami mengundang beberapa pakar dari bidang keahlian berbeda—dari para pakar perubahan iklim hingga ahli kemiliteran. Yang jelas, dari ramalan mereka yang gelap dan mengerikan, kegamangan kita akan kiamat—yang sepertinya sudah diidap satu generasi sendiri—ternyata lumayan paten.
I. SIAPA: Richard Zurawski
PROFESI: Meteorolog, dosen, mantan pembawa acara Wonder Why? Yang ditayangkan di CTV, salah satu penasehat kota Halifax
Di MANA: Halifax, N.S.
VICE: Dari sudut pandang perubahan perubahan iklim—atau yang lainnya—menurutmu apakah kita mendekati akhir dunia?
Richard Zurawski: yang sedang kita alami ini bisa disebut ecocide. Ada dua masalah besar yang harus kita hadapi: pertama, populasi manusia yang sudah tak bisa diakomodasi oleh bumi. Peningkatan populasi sebagian besar terjadi di negara non-barat.
Peningkatan populasi bukanlah sebuah masalah bagi negara barat—yang mencakup 10 negara paling makmur di dunia. Bagian kedua dari masalah ini adalah kendati populasi tak meningkat di negara kapitalis barat, yang meningkat adalah konsumsi—dan konsumsi sudah terlampau besar bagi populasi yang tak mengalami peningkatan di barat. Oh ya, yang dimaksud barat di sini juga meliputi negara-negara Eropa, sebagian Jepang dan negara-negara industri. Konsumsi yang terjadi di negara barat inilah yang menjelma menjadi tali gantungan yang lambat laun menjerat leher kita. Lebih dari itu, pola konsumsi ini dibikin makin parah dengan hiperkapitalisme yang dipicu oleh kebijakan neoliberal dan disparitas kekayaan antara yang kaya dan papa.
Apabila kita ingin mempertahankan kesejahteraan ekonomi, maka kita masih memerlukan kapitalisme, hiper-kapitalisme, dan kegiatan konsumsi (pemakaian). Karena itulah kita tidak memedulikan apa yang terjadi di dunia. Kita mengendarai mobil SUV atau membangun rumah ramah lingkungan sebagai upaya melindungi bumi. Padahal ini tidak berdampak apa-apa.
Kita bisa lihat dampak nyata dari konsumsi berlebih, seperti sampah plastik yang mengancam laut, emisi CO2 yang berlebihan, gletser yang mencair di seluruh dunia, dan lapisan es di benua Arktik dan Antartika mencair lebih cepat. Dunia akan kiamat 50 tahun lagi, dan manusia itu sendiri yang mempercepat kepunahannya. Apabila kita tidak menghentikan ecocide, maka dunia bisa saja berakhir dalam dua dekade mendatang.
Bisa jelaskan apa maksud pertanyaanmu tadi? Apa yang akan terjadi sebelum kita musnah?Golongan berada akan melindungi diri mereka sendiri. Mereka akan memanfaatkan sistem komunikasi dan infrastruktur untuk kepentingan pribadi. Infrastruktur akan hancur. Listrik akan padam. Jika listrik padam, maka kita tidak bisa melakukan apa-apa. Kita akan saling berebut sumber daya alam. Jika listrik padam, maka kita akan kesulitan dalam mendapatkan makanan. Kita tidak mungkin bisa mengandalkan alam bebas untuk mencari makan karena binatang liar sudah pada musnah. Alam bebas tidak akan mungkin mencukupi seluruh kebutuhan penduduk di dunia. Keadaan semakin kacau karena tidak ada lagi yang memimpin. Kondisinya akan jauh lebih buruk dari sekarang.
Itu artinya kepunahan terjadi karena manusia saling bunuh satu sama lain atau menjadi kanibal untuk bisa bertahan hidup?
Mungkin mereka tidak akan jadi kanibal, tapi kalau tidak ada sumber daya maka mereka tidak bisa bertahan hidup. Misalnya mereka terluka dan tidak mendapatkan pengobatan karena rumah sakit tidak lagi berfungsi. Apabila infeksinya semakin parah, maka kesehatan mereka akan memburuk.
Contoh nyata yang bisa kita ambil mungkin runtuhnya Kekaisaran Romawi. Kekaisaran berakhir buruk. Ini memicu peperangan yang hebat. Situasinya sangat kacau waktu itu. Begitu juga dengan kondisi Amerika Serikat saat ini. Para petinggi berupaya melindungi negara tapi malah menciptakan masalah baru.
Jadi menurutmu dunia barat akan lebih dulu hancur dan peradaban musnah setelahnya?
Bisa dibilang begitu
II. SIAPA: Dr. Chris Madsen
PROFESI: Dosen, Fakultas Kajian Ketahanan
DI MANA: Canadian Forces College dan Royal Military College of Canada
VICE: Dari segi militer, apakah kondisi kita sekarang dan ancaman nuklir bisa menghancurkan bumi atau membahayakan peradaban?
Chris Madsen [lewat email]: Sejujurnya kondisi kita masih cukup damai saat ini. Ancaman perang nuklir masih sangat jauh. Saat ini, pasukan militer malah lebih mengkhawatirkan pengeluaran untuk sumber daya dan anggotanya. Konflik yang ada saat ini sifatnya regional dan pelakunya tidak datang dari negara kita. Kita hanya menyaksikan konflik yang terjadi di negara lain. Misalnya konflik yang terjadi di negara Timur Tengah.
Cina adalah mitra dagang terbesar, dan Rusia lebih pilih pakai agen rahasia untuk mencapai tujuannya. Senjata nuklir yang tadinya digunakan untuk beberapa pihak saja malah jadi dikecam dunia. Kita masih jauh dari ancaman perang, jadi tidak perlu mengkhawatirkannya. Anggota militer biasanya tidak menyukai ini, makanya mereka berusaha untuk mengatasi konflik apa saja. Kanada harusnya lebih aktif terlibat dalam organisasi perdamaian yang ada di bawah naungan PBB guna mendukung tatanan global yang stabil dan damai serta mengatasi konflik yang terjadi di negara.
Bagi saya, ancaman terbesar saat ini yaitu rusaknya lingkungan dan wabah virus global. Kedua hal ini ada hubungannya dengan peningkatan populasi dan pemakaian sumber daya alam. Secara tidak langsung, kita merusak ekosistem yang dibutuhkan makhluk hidup. Kita sendiri yang membuat bumi semakin tidak layak dihuni. Satu-satunya cara menghentikan ini yaitu dengan menyadari apa yang sudah kita perbuat kepada bumi atau meningkatkan kemungkinan manusia untuk pindah ke luar angkasa.
Kondisi bumi akan kembali seperti semula jika tidak ada manusia yang tinggal di dalamnya. Suatu saat nanti makhluk hidup akan punah, tapi bumi tidak akan terpengaruh sama sekali.
III. SIAPA: J. D. Harrington
PROFESI: Petugas Public Affairs
DI MANA: National Aeronautics and Space Administration (NASA), Washington, D.C.
VICE: Menurutmu, apa dunia akan hancur karena adanya potensi pencemaran atau invasi dari makhluk luar angkasa?
J.D. Harrington [lewat email]: Kami tidak bisa menjawab pasti pertanyaanmu ini. Planetary Protection Officer bertugas melindungi sistem tata surya (planet, bulan, komet dan asteroid) dari pencemaran yang berasal dari makhluk bumi. Kami juga bertanggung jawab melindungi bumi dari serangan benda luar angkasa. NASA dan badan antariksa dunia bekerja keras untuk melindungi makhluk bumi dari pencemaran yang bisa saja berasal dari misi luar angkasa di masa depan.
IV. SIAPA: Dr. Eric Ouellet
PROFESI: Dosen, Fakultas Kajian Ketahanan
DI MANA: Canadian Forces College dan Royal Military College of Canada
VICE: Jika dilihat dari sisi militer dan ketegangan yang meningkat saat ini, apakah dunia akan berakhir karena ada ancaman perang nuklir dan senjata pemusnah massal (MSD)?
Eric Ouellet: Saya rasa dunia tidak akan hancur dalam waktu dekat. Kita masih memiliki kekuatan yang seimbang untuk menahan peperangan. Sejauh ini, tidak ada perubahan signifikan bagi pertahanan kita.
Memang ada perubahan usai Perang Dunia II, tapi pertahanan kita masih cukup kuat. Percaya atau tidak, Korea Utara adalah negara yang disiplin dan mereka tidak sembarangan mengambil keputusan. Jadi kita tidak perlu khawatir. Risiko saat ini memang jauh lebih besar dari lima tahun lalu, tapi tidak berarti dunia terancam berakhir.
Tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari WMD karena banyak masalah teknis yang membuat senjata ini sulit digunakan.
Intinya, kalau dilihat dari sisi militer, musibah masih sangat jauh.
Menurutmu, apa yang akan terjadi pada bumi dalam 100 sampai 150 tahun ke depan?
Sejauh ini, ketahanan dunia Barat hanya mengalami sedikit penurunan. Menurut saya, ini bermula dari Perang Dunia I. Saya tidak yakin apa yang akan terjadi pada kemajuan teknologi dalam 100 sampai 150 tahun ke depan, tapi saya rasa akan terjadi konflik karena kita tidak akan sekuat sekarang. Ketahanan kita saat ini memang jadi alasan kenapa kita bisa terhindar dari kehancuran, tapi dalam waktu 150 tahun ke depan, saya menduga konflik akan semakin sering terjadi dan dunia Barat akan terlibat di dalamnya.
Artinya kita masih aman sekarang?
Betul sekali. Saya juga tidak mengkhawatirkannya. Bencana bisa saja terjadi, tapi kemungkinannya sangat kecil.
V. SIAPA: James Thompson
PROFESI: Penulis Rise of the Mudmen , punya kucing bernama Zombie
DI MANA: Sydney, N.S.
VICE: Dari segi apokalips zombie, apakah kita sedang hidup di akhir zaman?
James Thompson: Mungkin aja, meski kita tidak pernah tahu, dan mungkin kita sudah hidup di akhir zaman sejak lama. Kita hanya paham sedikit soal alam, apalagi soal bagaimana kita mempengaruhi alam saat kita berulah. Hal-hal seperti kuman pasti punya efek samping. Dalam hal manipulasi genetika, dan pengembangan super-virus, sesuatu seperti zombie menjadi kemungkinan yang sangat nyata.
Bukan dalam hal “mayat bangkit dari kuburan”, atau yang terutama memakan otak otak orang hidup, tetapi tidak terlalu sulit untuk membayangkan sejenis penyakit rabies yang bisa mengubah otak dan tubuh manusia menjadi lebih kasar, lebih ganas. Tapi ya, kalau kamu menyadari hal-hal seperti ini, itu dapat dengan mudah diperbaiki (vaksin, karantina, atau bunuh saja langsung). Saat itulah beberapa kesalahan lainnya dibuat—yaitu ketika wabah zombie dimulai, dan seperti yang telah kita lihat hampir setiap epidemi besar dari 200 tahun terakhir, hanya diperlukan kesalahan yang sangat sederhana untuk memusnahkan manusia.