Perbatasan India-Pakistan adalah wilayah paling diperebutkan sejak 70 tahun lalu. Laut di Samudra Hindia sekalipun dipisahkan oleh perbatasan tak tampak, yang menyebabkan ratusan nelayan India dan Pakistan dicokok kedua bangsa bersenjata nuklir setiap tahunnya. Penangkapan ini amat merugikan masyarakat pesisir yang menggantungkan hidup sepenuhnya pada perikanan.
“Mereka memasang jala di malam hari, dan jalanya terbawa arus. Mereka tidak sadar sudah melewati perbatasan,” kata Shakeel Ahmed Memon dari United Community Development Welfare Organization, organisasi nirlaba yang membantu para nelayan miskin di Pakistan. “Mereka tak tahu-menahu soal perbatasan, apa lagi perbatasan di laut tidak jelas tandanya.”
Videos by VICE
Para nelayan ditangkap dan dibui bertahun-tahun lamanya bahkan sebelum menjalani persidangan. Nelayan yang masih bocah 8 tahun pun ikut diamankan. Bagi kedua negara ini, penangkapan dan potensi pembebasan dimanfaatkan sebagai alat tawar-menawar. Beberapa bulan lalu, Pakistan mengatakan telah membebaskan 360 nelayan India sebagai upaya perdamaian setelah ledakan bom di Kashmir. Satu LSM Pakistan membeberkan negara sudah mengeluarkan hampir 1.500 nelayan India dari penjara dalam tiga tahun terakhir.
Sementara sebagian besar laporan memperkirakan penangkapan di Pakistan dua kali lipat lebih banyak daripada India, setiap penangkapan ini merugikan keluarga nelayan. Tak menutup kemungkinan orang yang diamankan adalah sumber pendapatan mereka.
“Ketika saya mendekam di penjara India, saya tidak bisa berhenti memikirkan anak-anak yang belum bisa mencari uang sendiri. Saya sangat khawatir. Takut mereka telantar jadi pengemis,” ujar nelayan Pakistan bernama Muhammad Siddique yang ditahan selama empat tahun bersama putranya.
“Nelayan tidak pernah [sengaja] melewati perbatasan,” lanjutnya. “Mereka tahu akan ditangkap kalau sampai melewatinya, dan sadar hidup keluarga di rumah akan hancur.”
Sekalipun dibebaskan, perahu mereka biasanya disita. Hal ini semakin memperburuk kondisi ekonomi keluarga yang kehilangan sumber pendapatan utamanya.
“Putra-putraku tidak salah apa-apa,” tutur Hajiani Jumman yang tinggal di pesisir Pakistan. Meski kedua matanya hampir buta, Jumman harus mengurus hampir dua lusin anak semenjak kedelapan putranya menghilang setahun lalu. Kebanyakan dari mereka sudah tiga kali ditangkap.
“Saya tidak mau meninggal tanpa melihat anak-anakku lagi,” keluhnya kepada VICE News.
Tonton video dokumenter VICE soal kasus ini di tautan awal artikel.
Artikel ini pertama kali tayang di VICE News