FYI.

This story is over 5 years old.

Film Dokumenter

Mencari Bungker Hari Kiamat Para Miliarder Silicon Valley

VICE baru saja merilis dokumenter yang menelusuri bungker kiamat milik para kalangan atas.
Screen Shot 2019-05-10 at 10
Image: VICE

Berdirilah di bukit mana saja di Queenstown, Selandia Baru, dan kamu akan melihat deretan rumah mewah bernilai jutaan dolar. Banyak dari istana-istana ini tidak dihuni. Para pemiliknya adalah mereka-mereka yang kaya dan berkuasa, terutama orang asing, yang sengaja datang ke Selandia Baru untuk menyendiri dan membangun benteng untuk berlindung dari kiamat. Mewakili VICE, Baz Macdonald mencari bungker-bungker ini dalam dokumenter baru Hunt for the Bunker People.

Iklan

Selandia Baru adalah negara cantik yang jumlah penduduknya tak lebih dari lima juta jiwa. Negara kepulauan ini terasa amat mistis karena gunung, laut, dan pantainya. Orang-orang kaya di seluruh dunia tertarik dengan tempat ini karena lokasinya yang terpencil dan pemerintahannya yang kecil. Selama 10 tahun terakhir, Selandia Baru menjadi destinasi andalan bagi orang-orang tajir. Miliarder Peter Thiel memperoleh kewarganegaraan Selandia Baru padahal baru 12 hari menetap di sana. Kini, negeri Kiwi menjadi pusat bungker perlindungan kiamat milik kaum terkaya di dunia—terutama kalangan miliarder Silicon Valley.

Macdonald mengawali perjalanannya dengan menghubungi Rising S, produsen bungker mewah di timur Texas, AS. Rising S mengklaim telah membangun 38 bungker perlindungan di Selandia Baru. Dari sana, Macdonald pergi menuju Queenstown—kota kecil yang bandaranya kekurangan lahan untuk pesawat jet pribadi—demi memburu tempat tinggal kalangan atas tersebut.

Kisah ini tak hanya menceritakan persiapan orang kaya menghadapi akhir zaman, tetapi juga orang-orang yang akan mereka tinggalkan. Populasi Selandia Baru tergolong sedikit, dan sebagian besar darinya tidak mampu menghadapi kiamat dengan membangun hunian darurat bawah tanah lengkap dengan furnitur.

“Menarik bagaimana orang kaya yang datang ke sini sibuk memikirkan kiamat, sedangkan penduduk lokal hanya pusing memikirkan bagaimana menghadapi hidup mereka hari demi hari,” ujar Macdonald.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE US.