Inilah contoh kasus ketika pemerintah mencoba bekerja keras tapi warganya ada yang brengsek dari sononya. Layanan informasi darurat call center milik kepolisian beberapa daerah, ternyata rutin jadi sasaran telepon prank. Hal macam ini dialami Call Center Polri 110 di area Sumatera Utara yang baru dirilis seminggu lalu.
Polda Sumatera Utara melaporkan, hingga 27 Mei 2021, sudah ada 39.840 nomor warga yang melakukan telepon prank ke nomor darurat tersebut. Dari hampir 40 ribu nomor itu, sebanyak 1.012 nomor terpaksa diblokir karena ketahuan iseng sampai tiga kali menelepon dengan nomor sama. Hadeh.
Videos by VICE
“Nomor seluler yang diblokir itu karena penggunanya terbukti melakukan perbuatan jail, ngerjain orang dengan tujuan guyon saat menghubungi operator 110 Polda Sumut,” kata Kabag Pengendalian Operasional Biro Operasi Polda Sumut AKBP Hilman Wijaya, dilansir Detik hari ini.
“Nomor-nomor itu apabila dalam tiga kali melakukan perbuatan jail akan terblokir secara otomatis. Pemilik nomor seluler yang telah diblokir itu tidak akan bisa menghubungi call center 110 sampai kapan pun.”
Kita, warga negara Indonesia, yang udah berulang kali gagal terbebas dari SMS nomor asing meski udah ngeblokirin nomor-nomor penipuan yang saban hari masuk, tentu cuma nyengir mendengar solusi Pak Hilman. We can relate, Pak.
Call Center Polri 110 ini adalah nomor telepon universal yang dikelola Polri, berlaku seluruh Indonesia, dan gratis dihubungi oleh masyarakat. Fungsinya untuk menyampaikan informasi; laporan peristiwa seperti kecelakaan, bencana, kerusuhan, dan lainnya; serta mengadukan sesuatu, misalnya penghinaan, ancaman, tindak kekerasan, atau lain-lain. Jadi bayangin ketika ada warga yang emang melaporkan kejadian emergensi, tapi teleponnya malah sibuk ngeladenin orang iseng.
Karena sudah keterlaluan, Kapolda Sumut Irjen R.Z. Panca Putra mengimbau warga untuk berhenti melakukan perbuatan nirfaedah ke sarana sepenting ini. Ia juga mengutus Kabid Humas Polda Sumut untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar tidak menggunakan nomor 110 sebagai lahan nge-prank. “Sanksi ini [blokir nomor] sudah kita atasi dengan teknologi saat ini. Saya imbau masyarakat jangan gunakan layanan ini dengan main-main, karena data Anda langsung terlihat di operator,” ujar Panca, dilansir dari Suara.
Temuan di Polda Sumut ini cocok dengan data nasional. Sebelas bulan setelah Call Center 110 diluncurkan pada Januari 2013, anak perusahaan Telkom yang turut mengelola Call Center Polri ini bernama PT Infomedia Nusantara mengabarkan sudah 17 juta telepon masuk. Namun, dari angka itu hanya 0,46 persen telepon yang valid, sedangkan sisanya adalah panggilan iseng dan salah sambung.
Pengalaman sama tak mengenakkannya juga dialami Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta. Pada 2019, UPT Pusat Data dan Informasi Kebencanaan di sini memperkirakan jumlah telepon iseng ke nomor darurat Jakarta Siaga 112 mencapai 40 persen. Barangkali untuk membesarkan hati, Kepala UPT BPBD DKI Jakarta M. Ridwan mencoba menerima nasib dengan mengatakan layanan kontak darurat emang jadi sasaran empuk telepon iseng sebab enggak memungut biaya. “Di 911 [operator gawat darurat di Amerika Serikat] juga sering dapat prank call,” kata Iwan dilansir Republika.
Ia menilai maraknya telepon iseng ini salah satunya karena para penelepon enggak dihukum. Emang sih, belum ada regulasi yang bisa menjerat penelepon iseng. Tapi plis deh gaes, masak kalian harus diancam hukuman dulu buat tahu perbuatan itu salah.
Pindah ke Kota Cirebon, Jawa Barat, layanan Call Center 112 yang dikelola Kominfo juga tak luput kejailan. Lebih parah, staf Call Center bukan cuma sekadar prank. Salah satu staf bernama Yulianti mengaku, 90 persen telepon yang ia terima sepanjang jam kerja berisi mulai dari kata-kata kasar, pelecehan seksual, sampai ucapan gombal.
“Banyak telepon yang masuk yang ngerjain. Prank call gitu. Tapi, yang parah itu pernah dapat telepon marah-marah. Intinya kita beri edukasi supaya tidak mengulangi perbuatannya,” ujar Yulianto kepada Radar Cirebon.
Call Center 112 di Kabupaten Gresik mengalami nasib serupa. Nailun Ni’mah, salah satu operator, mencatat jumlah telepon iseng sehari tembus 204 dering. “Setiap hari selalu ada, hampir 50 persen. [Penelepon iseng] teriak-teriak, ‘Mbaknya namanya siapa?’ Jahil. Penyebabnya mungkin sekarang banyak anak sekolah dari rumah, jadi banyak yang pegang handphone,” kata Nailun kepada Suara Surabaya, pada April 2021.
Hal ini menyebabkan Nailun harus bekerja ekstra untuk menganalisis apakah telepon laporan yang masuk benar-benar genting. “Kita saring dulu benar ada atau tidak. Kita deteksi dari suaranya, kita harus pinter-pinter mendeteksi sendiri. Misal, penelepon laporan kebakaran, benar atau tidak. Kadang, ada penelepon yang sambil tiduran, lapor ada kebakaran,” tambah Nailun. Dari catatan laporan media lain, bisa ditemukan bila kasus telepon prank menyasar layanan darurat terjadi pula di Bandung, Tangerang, dan Demak.
Kacau nih….