Artikel ini pertama kali tayang di Motherboard
Seluruh wilayah laut di Bumi kini sedang dalam bahaya. Pasalnya, umat manusia sampai saat telah menghasilkan miliaran ton sampah plastik dan perubahan iklim secara langsung berdampak pada naiknya suhu lautan. Sebuah hasil penelitian terbaru yang diterbitkan oleh majalah Science Kamis pekan lalu mempekirakan bahwa ada sekurang-kurangnya 11,1 miliar buah limbah plastik pembawa patogen ini kini merusak terumbu karang di kawasan Pasifik.
Videos by VICE
Karang-karang ini memiliki fungsi yang tergantikan. Terumbu karang melindungi kawasan pantai dari ombak. Selain itu, terumbu karang menarik turis dan mendatangkan devisa. Bagi hewan laut, keberadaan terumbu karang juga sangat penting. Terumbu karang menjadi tempat ikan bertelur. “Kendati hanya melingkupi 1 persen dari dasar laut, diperkiran terumbu karang menjadi tumpuan bagi 25 persen kehidupan di lautan,” kata salah satu juru bicara US Environmental Protection Agency (EPA) lewat sebuah email. Menurut penelitian terbaru di atas, terumbu karang telah memasok barang dan jasa senilai $375 miliar (sekitar Rp5.000 triliun) untuk Amerika Serikat saja.
Sayang, kini terumbu karang sulit bernapas leluasa akibat timbunan sampah plastik di laut. Sekitar 80 persen sampah lautan berasal dari darat—penduduk AS rata-rata menggunakan 68 kilogram sampah plastik sepanjang 2014. Dalam penelitian yang dipublikasikan di majalah Science tersebut, yang merupakan penelitian pertama yang menyelidiki dampak sampah plastik pada kesehatan terumbu karang di Samudra Pasifi, para peneliti menduga 11,1 miliar sampah plastik saat ini menyangkut di terumbu karang Asia-Pasifik. Tiap sampah yang bermuara di sana memperbesar kemungkinan rusaknya terumbu karang sebanyak empat sampai 89 persen.
“Plastik memperparah infeksi terumbu karang.”
Sepanjang kurun 2011 hingga 2014, peneliti Cornell University, James Cook University dan LSM Environmental Defense Fund mensurvey 124.000 karang. Mereka memeriksa keberadaan plastik dan enam penyangkit terumbu karang yang disebabkan oleh patogen yang bisa mengambang bersama sampah plastik seperti skeletal eroding band, sekelompok penyakit yang dikategorikan sebagai white syndromes, dan black band disease.
Keberadaan plastik di sekitar terumbu karang sudah tak bisa disanggah lagi. Seperti dari terumbu karang yang disurvey memiliki setidaknya dua sampah plastik setiap 100 meter persegi. Yang menyedihkan, terumbu karang di Indonesia memiliki kondisi paling parah. Dalam setiap 100 meter persegi, terdapat 25,6 sampah plastik. Australia sebaliknya punya terumbu karang paling bersih. Hanya ada 0,4 sampah plastik yang mengapung di setiap 100 meter persegi kawasan terumbu karang.
“Di beberapa tempat di Indonesia yang kami datangi, sampah plastik bisa bergerombol sampai selutut di daerah pantai dan menempel di karang laut,” jelas Drew Harvell, seorang profesor ekologi dan biologi evolusioner di Cornell University dan salah satu peneliti senior dalam proyek riset tersebut.
Kawasan Asia Pasifik memiliki 55,5 persen terumbu karang di Bumi dan dihuni oleh 73 persen penduduk Bumi yang tinggal sekitar 50 kilometer dari pantai. Berkaca pada besarnya populasi manusia di kawaan ini dan amatan para peniliti tentang plastik, para ilmuwan yang terlibat dalam penelitian terumbu karang ini memperkirakan ada 11,1 miliar sampah plastik berada di terumbu karang Asia Pasifik. Mereka juga menduga jumlah sampah ini akan membengkak sampai 15,7 miliar pada 2015. Bayangkan, hanya dalam jangka waktu tujuh tahun, sampah plastik meningkat sampai 40 persen.
Sampah plastik adalah permukaan ideal tempat patogen menempel. Vibrio, sejenis patogen yang memakan ganggang simbiotik dan ditengarai menyebabkan white syndrome, mendominasi limbah polypropylene.
“Plastik cepat memperparah infeksi terumbu karang,” jelas Harvell. “Sampah plastik menipiskan serta merobek kulit terumbu karang. Selain itu, sampah plastik bisa menularkan patogen dan menghalangi atau memotong aliran air.”
Harvell dan para koleganya menemukan bahwa sampah plastik kemungkinan terumbu karang terjangkit penyakit lebih dari satu faktor dari 20 kawasan yang di survey, lebih rincinya mulai dari 4,4 persen sampai 89,1 persen.
Plastik punya peluang menyebabkan penyakit delapan kali lebih besar pada terumbu karang berstruktur rumit. Pada terumbu karang yang landai (biasanya disebut massive coral), plastik tak akan mudah tersangkut, artinya tak akan banyak penyakit terumbu karang yang disebabkannya. Namun, sekalinya ada sampah plastik yang terperangkap , Peluang terumbu karang landai terjangkit wabah yang diakibatkan sampah plastik adalah sebesar 98.
Jelas, terumbu karang menghadapi masa depan yang muram. “Dalam beberapa kasus, terumbu karang yang terinfeksi bisa jika faktor penyebab stressnya dihilangkan. Dalam kasus lainnya, terutama jika ada faktor penyebab stress lainnya, seperti pemutihan coral, infeksi bisa membunuh keseluruhan koloni terumbu,” terang Harvell. Dengan bertambahnya pemutihan terumbu selama beberapa dekade terakhir lantaran perubahan iklim, masa depan terumbu karang bakal makin kelam saja.
Lalu apa dong solusinya? Mungkin peraturan pemerintah baru bisa sedikit memecahkan masalah ini. Masalahnya, dengan sikap pemerintah AS terhadap temuan ilmiah belakangan, sebuah peraturan pemerintah baru tentang konsumsi produk plastik bakal jadi khayalan belaka. Seperti yang mereka katakan pada saya, EPA menyadari bahwa “produk dan bungkus plastik adalah bagian penting dari kehidupan modern.” Artinya, bakal susah mengerem konsumsi plastik dalam beberapa tahun ke depan.