ekstremisme

Makin Banyak Kelompok Sayap Kanan Fasis Merekrut Hooligan Sepakbola

Pendukung garis keras klub-klub sepakbola ternama Inggris hingga Rusia menjadi basis terbesar bagi gerakan ultranasionalis Eropa, yang membenci imigran dan etnis non-kulit putih.

Sepakbola adalah olahraga yang paling merakyat di berbagai negara, tapi sayangnya olahraga ini sarat akan kekerasan para suporternya. Keberadaan kelompok pendukung fanatik seperti hooligan dan ultras belakangan terbukti menjadi kekuatan terbesar bagi golongan sayap kanan ekstrem (far-right). Mereka jadi barisan terdepan mengampanyekan isu rasis, fasis, dan ultranasionalis.

Iklan

Dari Inggris hingga Israel, Eropa Barat sampai Rusia, gerakan sayap kanan memanfaatkan semangat suporter yang menggebu-gebu untuk mempromosikan agenda mereka atau membungkam lawan politiknya.

Segelintir hooligan bahkan telah membentuk kelompok politik mereka sendiri, mempersenjatai tribalisme dan budaya kekerasan hooligan untuk melawan orang luar. Dengan munculnya gerakan seperti English Defence League dan Football Lads Alliance di Inggris, serta Hooligans Against Salafists di Jerman, pendukung garis keras klub lawan, yang mungkin akan bentrok, telah bersatu menentang kelompok Islam ekstremis. Namun sebagian suporter yang menolak infiltrasi ide sayap kanan, termasuk di Liga Premier Inggris, telah memperingatkan bahwa gerakan ini menargetkan umat Muslim secara keseluruhan. 

Pakar mengungkapkan hubungan antara politik sayap kanan dan minoritas pendukung sepakbola sudah ada sejak awal kemunculan hooliganisme di Inggris pada 1970-an. Kelompok fasis National Front merekrut anggota baru dari bangku penonton dan bar-bar tempat para pencinta sepakbola berkumpul.

“Saat saya menonton bola semasa remaja dulu, National Front juga ada di barisan penonton. Kalian bisa melihat mereka berusaha merekrut [anggota baru dengan] selebaran dan sebagainya,” tutur Chris Allen, associate professor yang mendalami kebencian di University of Leicester.

Iklan

Salah satu alasannya karena kelompok sayap kanan menyadari unsur-unsur tradisional dari penonton sepakbola — lelaki kulit putih dari kelas pekerja — sangat cocok dengan citra politik ultranasionalis mereka.

“Tak semua penggemar sepakbola … mendukung sayap kanan,” lanjutnya. “Tapi saya merasa selalu ada semacam kesamaan antara orang-orang yang condong ke sayap kanan dengan mereka yang tertarik sepakbola.”


Simak dokumenter khusus VICE World News menyorot infiltrasi ideologi sayap kanan pada kelompok suporter berbagai negara Eropa di tautan awal artikel