FYI.

This story is over 5 years old.

Gestur umpatan

Sejarah Panjang Acungan Jari Tengah Sebagai Umpatan

Gestur mengacungkan jari tengah itu bukan ekspresi kemarin sore. Dari zaman Yunani Kuno, manusia sudah mengacungkan jari tengah pada sesamanya. Ntap!
Foto dari Pixabay

Artikel ini pertama kali tayang di VICE Canada .

Akhir Oktober lalu, perempuan bernama Juli Briskman melakukan aksi yang bikin penduduk Amerika Serikat—serta banyak orang lain di luar Negeri Paman Sam—cemburu. Briskman—semoga Tuhan terus mengasihinya—mengacungkan jari tengah ke arah Donald Trump.
Begini kejadiannya: ketika iring-iringan rombongan Trump tengah berkendara melewati wilayah Sterling, Virginia, mereka menyalip Briskman yang sedang bersepeda. Sadar siapa yang mendahuluinya, dengan keberanian mentok, Briskman mulai menjulurkan tangan ke udara dan mengacung jari tengah—sebuah simbol ketidaksukaan yang hampir setua peradaban manusia—pada lelaki paling ngehe dan songong seantero Amerika Serikat itu. Tentu, aksi nekat macam ini pasti tak bisa dibiarkan lewat tanpa ganjaran. Tak lama setelah insiden heroik ini terjadi, perempuan berumur 50 tahun itu dipecat dari perusahaan kontraktor pemerintah tempatnya bekerja. Kendati demikian, pahlawan dalam aksi nekat ini memang bengal. Buktinya, pada Huffpost, dia bilang bahwa dia “bakal mengulangi aksinya” jika ada kesempatan. Namun, apa sih yang sebenarnya ingin disampaikan Briskman dengan acungan jari tengahnya?
Saya yakin kalian semua sudah mafhum bahwa acungan jari tengah adalah salah satu gestur paling populer di dunia barat. Jari tengah baru diacungkan ketika orang yang kita ajak bicara tak mudeng-mudeng kalau kita keki abis dengan dirinya. Acungan jari tangan—enggak harus di barat sih—bisa ditujukan pada pengendara motor yang membiarkan asap knalpot menyembur di muka kita. Niscaya, kalian disumpahi balik—atau jika beruntung ditantang bikin jalanan jadi arena MMA. Sayang, kendati sangat populer, sejarah penggunaan jari tengah belum jelas. Satu hal yang pasti, menurut Benjamin Bergen, Direktur Language and Cognition Lab di University of California, San Diego, mengacungkan jari tengah sebagai sebentuk cercaan sudah digunakan tak hanya ratusan tahun lalu. Manusia sudah mengekspresikan kekesalannya dengan gestur ini sejak beberapa milenium lalu.
"Yang kita tahu, gestur ini setidaknya sudah dikenal dari zaman Yunani Kuno,” tegas Bergen. “Penggunaannya bisa ditemukan di beberapa naskah drama Yunani kuno. Di sana, acungan jari tengah digunakan bersama beberapa gestur vulgar lainnya, seperti menggoyangkan penis. Dari beberapa catatan sejarah, kita juga bisa memastikan bahwa gestur yang sama muncul dalam beberapa drama dari masa Romawi atau bahkan percekcokan senat pada masa itu dan sebagainya.”

Iklan

“Bahkan, kita bisa tahu bahwa di masa Romawi kuno, gestur punya nama, Digitus Impudicus, atau jari dusun atau jari jorok. Penggunaan gestur seperti ini berlanjut selama beberapa milenium. Ada beberapa mitos urban terkait asal-usul gestur ini. Sayangnya, sejauh penelitian kami, tak ada satupun yang benar. Acungan jari tengah sebagai cercaan memang punya sejarah yang terentang sepanjang beberapa ribu tahun.” Lantaran kita belum juga bisa menciptakan mesin waktu, kita harus terus menebak-nebak apa sih arti acungan jari tengah. Hanya saja, kita bisa menduga-duga dan dugaan kita semua mengerucut pada satu hal: acungan jari tengah adalah penanda penis. Begitulah, sejauh yang kita tahu, jari tengah adalah representasi paling nampol dari penis. Dalam sebuah sesi wawancara dengan BBC, antropolog ternama dan penulis buku The Naked Ape, Desmond Morris, dengan gamblang bilang bahwa kalau kita mengacungkan jari tengan artinya kita sedang ngomong “nih kontol” dan menawarkannya ke orang yang kita tuju. "Jari tengah mewakili batang penis, sementara jari-jari lainnya ditekuk adalah testis,” jelas Morris. “Dengan mengacungkan jari tengah, kalian menawarkan gestur phallic pada orang lain.”
Salah satu catatan tertulis tertua tentang penggunaan gestur ini ada pada The Clouds, sebuah naskah yang ditulis pada tahun 424 SM oleh penulis drama bernama Arestophanes. Dalam naskah tersebut, seorang karakter bernama Strepsiades mengacungkan jari tengahnya ke arah Socrates. Nah mantapkan? Orang pertama yang diacungi jari tengah adalah (versi fiktif) filsuf besar Socrates! Seratus tahun kemudian, penggunaan jari tengah kembali tercatat dalam naskah berjudul Lives of Eminent Philosophers. Modus operandinya juga sama. Seorang filsuf—entah siapa namanya—diacungi jari tengah. Dari sini saya mulai mikir, jangan-jangan saat itu yang namanya filsuf itu ngeselin abis sampai diacungi jari tengah—meski cuma dalam naskah drama. Begitu kekuasaan dan pengaruh Yunani mengendur dan Imperium Romawi berkuasa, penggunaan acungan jari tengah pun bergeser. Kini, gestur ini terekam dalam naskah-naskah Romawi termasuk dalam puisi dan naskah drama. Ada kabar burung yang mengatakan bahwa Caligula, kaisar sinting dari Roma, kerap menyuruh bawahannya mencium jari tengahnya (yang digoyang-goyangkan seperti penis) alih-alih telapak tangannya. Jika ini benar, maka kabar ini menabalkan dugaan bawah jari tengah adalah representasi dari penis.

Iklan

Penggunaan jari tengah seperti kehilangan tajinya di abad pertengahan. Kemungkinan besar penyebabnya adalah pengaruh nilai-nilai puritan dari gereja katolik. Dalam sebuah makalah tahun 2008 yang menelusuri hubungan acungan jari tengah dan hukum yang berlaku, Ira P. Robbins menulis bahwa penggunaan jari tengah baru menyeberang ke Amerika Serikat sekitar tahun 1886. Dari mana Ira bisa tahu mengenai hal ini? Gampang. Di tahun itu, seorang pemain baseball yang jago banget bernama Charles “Old Hoss” Radbourn dan waktu itu bermain untuk Boston Beaneaters (sekarang Atlanta Braves) mengacungkan jari tengah ke arah kamera. Inilah kali pertama seseorang kamera mengacungkan jari tengah.

Nah, barang kali ada yang penasaran kenapa gestur ini disebut sebagai Flipping Bird dalam bahasa Inggris, ternyata jawabannya sederhana saja. Beberapa abad lalu, kalau kami keki dan enek banget pada seseorang, kamu bisa menunjukkan dengan mendesis seperti angsa (goose) di depan orang yang kamu maksud. Lama-kelamaan, ekspresi ini disebut “the goose.” memasuki abad 20, penyebutannya bergeser menjadi “the bird” dan ketika mendesis di depan publik mulai ditinggal (puji tuhan!), istilah “the bird” identik dengan kebiasaan mengacungkan jari tengah. Ergo, lahirlah istilah “flipping the bird.” Amerika Serikat memang bukan tempat kelahiran gestur tua ini. Namun, di rumah terakhirnya inilah, acungan jari tengah justru mencapai puncak popularitasnya. Pastinya, ini tak bisa dipisahkan dari dominasi budaya Amerika Serikat dalam percaturan budaya global. Lewat media dan beragam hiburan—musik atau film misalnya, acungan jari tengah sebagai ekspresi ketidaksukaan menyebar ke seluruh dunia. Akibatnya, kita mungkin sudah tak bisa seenaknya mengacungkan jari tengah di mana pun di Bumi ini karena a) kalian benar-benar bajingan kalau melakukannya b) mayoritas penduduk Bumi tahu arti gestur ini. “Sampai 20 tahun lalu, acungan jari tengah tak punya arti di Jepang dan Korea,” kata Bergen. “Lalu setelah makin banyak film Amerika Serikat masuk ke sana, kini semua orang di Jepang tahu artinya acungan jari tengah.” “Kalau saja perfilman dunia didominasi film-film Perancis, kita mungkin lebih terbiasa mengacungkan tinju kalau sedang marah.”

Photo via Wikimedia Commons

Tentu saja sekarang, kalau kalian mengacungkan jari tengah ke orang-orang yang ngehe, seperti (sekali lagi) pengendara motor yang membiarkan knalpotnya menghamburkan asap, bukan berarti kalian ngomong “WOI! INI TITIT GUE. BANGSAT LO!.” Kenapa? Karena arti acungan jari tengah sudah bergeser jauh. Jari tengah kini tak jadi representasi literal dari penis. Gestur ini sekadar berarti “fuck you” atau “mampus lo!”

Bagi Bergen ini adalah siklus yang alami dilewati segala jenis umpatan. “Di Brazil, ada gestur yang dusun sekali. Bentuknya seperti tanda OK tapi terbaliknya seperti bentuk anus. Artinya tak jauh-jauh dari makna acungan jari tengah,” terang Bergen. “Gestur ini sepadan dengan frase “fuck you” atau “fuck off” atau sejenisnya lah. Gestur ini tak lagi berarti ‘nih lihat anusku!’”
Gestur sudah setua peradaban manusia. Nenek moyang kita menggunakan gestur atau isyarat sebelum mengenal bahasa. Jejaknya masih kita temui dalam komunikasi yang biasa kita gunakan dengan primata. Sebelum menguasi bahasa ibu, seorang bayi pun berkomunikasi dengan gestur. “Gestur adalah pendahulu bahasa dalam perkembangan dan sejarah manusia. Gestur memiliki hubungan langsung pada emosi kita,” ujar Bergen. “Saat kamu terlibat dalam konfrontasi langsung dengan orang lain, kita cenderung mengirim sinyal fisik untuk menggambarkan apa yang akan terjadi serta apa yang ingin kamu sampaikan pada lawan bicaramu.” Jadi, mohon diingat, lain kali kalau kamu harus banget mengacungkan jari tengah, kalian tak sedang cuma sedang mengutuki manusia goblok yang punya motor berisik, kalian juga sedang melakukan napak tilas ke awal peradaban manusia. Ikuti Mack Lamoureux di Twitter .