FYI.

This story is over 5 years old.

Teknologi Tepat Guna

Teknologi Menyimpan Awan Buatan di Kontainer Bisa Jadi Solusi Krisis Air Global

Teknologi berjuluk WEDEW ini dapat menghasilkan air hasil kondensasi yang mencukupi kebutuhan 100 orang.
Kontainer Skywater ini cuma contoh aplikasi WEDEW menciptakan awan buatan di kehidupan nyata
Kontainer ini WEDEW ini berhasil menang kompetisi Xprize. Sumber: Skysource/Skywater Alliance

Telah muncul teknologi untuk mengekstraksi air layak minum dalam jumlah besar hanya mengandalkan udara. Teknologi yang menciptakan 'awan' lewat proses pembakaran biomassa ini memenangkan Kompetisi Teknologi Tepat Guna XPrize sebesar US$1,5 juta akhir pekan lalu.

Kompetisi XPrize diluncurkan sejak 2016 demi menangani masalah global: kekurangan air bersih yang dihadapi hampir 10 persen dari seluruh penduduk dunia.

Iklan

Para peserta kompetisi diminta untuk merancang sebuah sistem yang dapat mengekstraksi minimal 2.000 liter air dari udara per hari (cukup untuk kebutuhan minum 100 orang). Syarat lainnya, teknologi itu harus menggunakan energi terbarukan dengan ongkos produksi maksimal setara Rp50 ribu per liter.

Sistem ekstraksi air Wood-to-Energy Deployed (WEDEW) yang menang, pada dasarnya menciptakan awan-awan buatan dalam sebuah kotak sebesar kontainer. Sistem tersebut berfungsi dengan cara menarik udara hangat dari luar kontainer lalu menyatukannya dengan udara dingin di dalam box, yang memicu kondensasi.

Untuk memantik proses awal, tim pencipta WEDEW membakar serpihan kayu dan biomassa lainnya, sebuah sumber energi terbarukan yang juga memproduksi panas. Selanjutnya panas dan kelembaban yang dihasilkan membuat sistem tersebut dapat mengekstraksi lebih banyak air minum dari udara. Apabila biomassa tidak tersedia, WEDEW dapat menghasilkan kondensasi menggunakan panas dari sinar matahari.

Cetak biru sistem ini didasarkan atas Skywater technology, sebuah generator air atmosferik yang sejak 2004 telah dikembangkan perusahaan Island Sky yang berbasis di Florida, Amerika Serikat.

David Hertz with a Skywater system

Sosok David Hertz, arsitek WEDEW. Sumber: Skysource

Teknologi ini akan cocok dipakai kota seperti Cape Town di Afrika Selatan yang menghadapi persoalan kekurangan air minum terus menerus. Para peneliti berusaha menciptakan solusi-solusi kreatif. Beberapa tahun terakhir, belasan perusahaan telah menjajaki pasar produksi air dari sumber atmosferik. Semua perusahaan itu berlomba-lomba menemukan cara mengakses sekitar 3,4 ribu miliar galon air layak minum yang sebenarnya sudah disediakan alam namun terjebak di atmosfer dalam bentuk udara.

Iklan

Biarpun air di atmosfer sebetulnya cuma mencakup 4 persen dari seluruh air segar di Planet Bumi, proses ekstrasinya tidak menyedot energi sebanyak gletser, yang mencakup dua pertiga dari sumber air segar di bumi.

Mesin Skywater juga diklaim dapat memproduksi air dengan harga kurang dari Rp50 ribu per liter, walau perhitungan harga ini belum termasuk ongkos mesinnya. Versi lebih kecil dari mesin Skywater yang dapat memproduksi 150 liter per hari dijual seharga US$18.000. Motherboard menghubungi Skysource/Skywater untuk menanyakan apakah harga prototipe yang memenangkan penghargaan XPrize sudah ditentukan. Belum ada jawaban resmi dari mereka.

"Air minum adalah hak asasi manusia," ujar Richard Groden, presiden Island Sky, melalui pertanyaan tertulis. "Di udara sekitar kita, sebetulnya ada sumber air minum yang berlimpah dan belum bisa diakses. Teknologi yang kami hadirkanmerupakan solusi yang komprehensif bagi krisis air minum yang dapat berfungsi di negara-negara yang masih berkembang maupun daerah-daerah yang maju secara teknologis."

Artikel ini pertama kali tayang di Motherboard