Liu Jian membutuhkan waktu tiga tahun, sendirian saja, membuat film animasi independen berjudul Have A Nice Day. Film animasi yang berlatar tempat di sebuah kota kecil di China Selatan ini menceritakan tentang seorang pria yang mencuri tas berisi uang. Film bergenre neo-noir thriller yang lolos dari sensor ketat Rezim penguasa Cina, menggambarkan kondisi ekonomi yang suram pinggiran Ibu kota Beijing ataupun Shanghai.
Konflik film ini dimulai pada saat Xiao Zhang, supir Paman Liu selaku bos preman lokal, menodong pisau ke leher bosnya. Setelah berhasil mendapatkan tas berisi uang sebesar satu juta yuan tersebut (kira-kira sebesar $160.000), ia mengajak tunangannya untuk kabur ke Korea agar ia bisa memperbaiki operasi payudaranya. Ia menghadapi rintangan selama perjalanan, mulai dari seorang inventor oportunistik yang licik bernama Yellow Eye, pembunuh bayaran suruhan Paman Liu bernama Skinny, dan masyarakat kelas rendah yang tinggal di kota itu. Film ini juga menampilkan adegan-adegan menceritakan kehidupan setiap tokohnya sebelum konflik dimulai.
Videos by VICE
Gaya Jian dipengaruhi latar pendidikannya, sebagai mahasiswa fakultas seni Nanjing University. Menurutnya, menonton film terasa seperti melihat serangkaian karya di galeri seni. Dia akhirnya gemar menampilkan gambar yang nyaris statis selama beberapa detik, termasuk menunjukkan detail daging yang tergantung, tumbuhan merambat dalam reruntuhan bangunan, atau gambar orang-orang masang senyum maniak di dinding. Adegan-adegan ini diselipkan di sela-sela adegan seram ataupun sadis. Kondisi kota ini sangat mencerminkan kondisi hidup setiap tokoh yang ada di film. Shangai Restoration Project menjadi pengisi soundtrack, menghidupkan suasana film dengan mencampurkan lagu tradisional China dengan nuansa hip hop, elektronik dan trance.
Seperti semua film dari Tiongkok lainnya, Have a Nice Day harus disetujui oleh Badan Film dan Radio Pemerintah. Menurut produser film China yang berbasis di LA, Robert Cain, berarti ada sekitar 30 orang panelis yang akan menilai isi filmnya. Konten yang lolos sensor pastinya harus tidak bertentangan dengan “moralitas Kong hu cu, stabilitas politik dan harmoni sosial.” Seorang sineas di Tiongkok sudah biasa untuk menghilangkan muatan “seks, kekerasan, agama, perjudian, minuman keras, dan yang mengkritik partai komunis”, jika ingin filmnya disetujui.
“Saya sering bergurau kalau pemerintah China ingin negaranya digambarkan sebagai negara yang maju dan baik-baik saja,” imbuh Cain. “Kalau kamu ingin membuat film dengan isu yang bagus, maka tempatnya jangan di China, atau ubah waktunya menjadi masa lalu.”
Dengan batasan ini, maka lebih mudah untuk membuat film absurd seperti Gong Shou Dao daripada film yang memang mengungkapan masalah yang dihadapi oleh orang China. Have a Nice Day menceritakan penjahat kejam, pengusaha gagal, dan seorang wanita yang ingin kabur ke Korea untuk operasi plastik – dan itulah versinya setelah naskah diubah karena sensor.
Liu menyembunyikan kritiknya dalam kata-kata puitis dan kiasan, tetapi memberi banyak petunjuk bagi siapa saja yang ingin mengetahui maksud aslinya. Dia mengutip novel Resurrection karya Leo Tolstoy sebelum film dimulai, menggambarkan sebuah daerah yang rusak akibat kemajuan industrialisasi seperti jalan beraspal, hutan yang ditebang, dan kabut asap. Kami mewawancarai Liu untuk mencari tahu prosesnya saat pembuatan film dan bagaimana ia menjaga ide-idenya.
VICE: Kenapa kamu menamakan film ini Have A Nice Day padahal jalan ceritanya sangat suram?
Liu Jian: “Have a nice day” itu ucapan sehari-hari dan biasanya kita ngomong begini buat memotivasi diri sendiri. Judul ini mencerminkan hal yang sangat kontras dari jalan ceritanya. Ada kesan ironis karena tokoh-tokoh di film ini hidupnya suram banget, enggak seperti judul filmnya. Tapi di balik cerita ini, saya ingin menggambarkan kecintaan terhadap hidup. Kutipan sastrawan Leo Tolstoy yang ada di awal serta bagian akhir film menyampaikan perasaan macam ini. Mungkin hidupmu kacau, tapi kamu harus tetap mencintai hidup.
Kasih tahu dong proses pembuatan film animasi ini, dari storyboard sampai proses akhirnya.
Have a Nice Day itu animasi 2D yang digambar manual. Kami juga pakai Photoshop, After Effects dan beberapa perangkat lunak lainnya. Kami memfoto banyak lokasi. Dari foto-foto itu, kami menggambar animasi bagian pemandangannya. Bahkan untuk penokohannya, kami juga mengambil foto dan menggambarnya berdasarkan foto tersebut.
Gaya artistik favoritku sederhana saja. Di film ini, saya menggambarkan gerakan kecil untuk membangkitkan emosi mereka yang menyiratkan kesedihan dan suasana melankolis. Bagiku, film ini secara keseluruhan bisa dilihat sebagai gambaran China di zaman modern.
Apa yang jadi inspirasi tokoh dan jalan cerita film ini?
Aku tinggal di Cina dan ingin menunjukkan seni kontemporer negaraku melalui film. Have a Nice Day adalah film animasi, tetapi tetap menggunakan filsafat realisme. Film ini menggambarkan cerita urban yang berlangsung di pinggiran kota selatan Tiongkok. Apa saja bisa terjadi di daerah perbatasan kota. Yang orang lain anggap surealisme bisa saja beneran terjadi di sana, dan itu sangat menarik untukku. Saya suka memikirkan bagaimana kehidupan orang-orang di sana. Kondisi kota pinggiran dan orang-orang yang tinggal di sana menjadi inspirasiku.
Realisme dan simbolisme yang ada seakan menegaskan fantasi dan keanehan tokoh dan kisah mereka di film. Praktik realisme magis masih banyak ditemukan di China. Saya merasa kehidupan kadang meniru komedi surealis yang menghibur dan menghina diri sendiri.
Dalam Have a Nice Day, tidak ada tokoh yang bisa dianggap sebagai tokoh utama protagonis. Film ini berlatar tempat di sebuah kota kecil di China selatan, dan kemajuan urbanisasi dan industrialisasi yang cepat di negara ini mengubah kota kecil menjadi lebih “hidup”. Saya kagum dengan perubahan ini dan pengaruhnya terhadap masyarakat. Tujuanku ya untuk tetap mendekat dengan mereka, mengamati kehidupannya, mendengar ceritanya, dan menceritakan ulang lewat film—yang bisa menunjukkan kebahagiaan, kemarahan, kesedihan, kesepian dan harapan mereka.
Apa pengaruh kebijakan penyensoran penguasa Cina terhadap proses pembuatan dan penanyangan film ini?
Setelah proses pembuatan selesai, semua film di Cina harus melewati proses sensor. Mereka akan memberitahu adegan mana-mana saja yang wajib diubah atau dihapus. Pengubahan ini tidak boleh diabaikan, makanya kami harus menyesuaikannya. Kalau sudah disetujui, baru deh film dapat izin tayang. Tentunya pembuat film yang bertanggung jawab untuk pengubahan ini. Jujur saya tidak terlalu tahu banyak tentang ini. Kalau saya ya maunya film ini ditayangkan di bioskop, karena memang pantas untuk ditayangkan di bioskop.
Ada rencana ingin bikin film apa selanjutnya? Apakah kamu akan membuat animasinya sendirian lagi?
Rencananya, untuk film selanjutnya saya ingin menceritakan sekelompok mahasiswa seni di awal dekade 90an, dan saya akan menggambarnya sendiri. Penginnya sih ada tim yang membantu, tapi karena sulit mencari yang pas, jadi ya saya siap kalau harus melakukannya sendirian lagi.
Sapa saja Beckett lewat Twitter. Ajak juga dia ngobrol soal film.