VICE News menyoroti prosedur bedah yang masih jarang ditemui, berfungsi merestorasi fungsi-fungsi seksual pada klitoris para perempuan yang termutilasi saat mereka masih kecil. Kami menemui seorang pasien berumur 32 tahun yang dimutilasi saat ia berumur enam tahun di Somalia, namun dia kini menetap di Amerika Serikat dan bekerja sebagai perawat.
Sunat perempuan, dalam bahasa ilmiah disebut sebagai Female Genital Mutilation (FGM), adalah tradisi yang berdampak besar bagi jutaan perempuan di seluruh dunia. Prosedur ini kadang disebut sebagai khitan pada perempuan, dan praktiknya bervariasi dari sekadar goresan pada klitoris hingga memotong habis klitoris dan labia. Dalam kasus yang paling parah, kedua sisi vulva dijahit rapat dan hanya meninggalkan lubang kecil untuk menstruasi dan buang air kecil.
Videos by VICE
Saat ini praktik ini telah ditentang oleh banyak dari 29 negara di mana FGM seringkali ditemui. Walau begitu, prosedur ini masih dapat ditemui di daerah-daerah rural sebagai prosesi adat yang acapkali dilakukan oleh perempuan-perempuan tetua sebagai ritual menyambut masa dewasa. Tradisi ini juga dipercayai untuk ‘menyucikan’ perempuan dan menjaga keperawanannya hingga nanti menikah.
WHO memperkirakan 6.000 anak perempuan menjalani FGM setiap harinya. Prosedur ini kadang tidak higienis dan dilakukan dalam lingkungan yang tidak steril. FGM dapat berujung fatal, dan meningkatkan resiko terjadinya komplikasi seperti infeksi dan gangguan saluran kemih.
VICE News menyaksikan langsung kasus yang parah dari FGM di ruang operasi dr. Marci Bowers di San Mateo, California, selama dia melakukan operasi defibulasi. Itu adalah operasi membuka kembali bagian dari alat kelamin yang sebelumnya terjahit rapat sekaligus melakukan bedah klitoris untuk merestorasi fungsi seksual dari klitoris penyintas FGM.
Simak video liputannya di tautan awal artikel ini.