Travel

Menyambangi Satu-Satunya Perayaan Mengarak Patung Yesus dan Bunda Maria di Indonesia

Setiap pekan jelang Minggu Paskah, Kecamatan Larantuka, Kabupaten Flores Timur, akan dipadati ribuan peziarah yang datang berbondong-bondong dari wilayah sekitar. Ribuan orang itu memperingati berbagai prosesi yang berlangsung selama pekan suci alias Semana Santa. Semana Santa adalah pekan yang penting bagi umat Katolik. Di pekan inilah seluruh umat kembali mengingat dan merenungi kembali perihal kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, momen terpenting bagi umat Kristiani karena lewat penyaliban itulah Yesus menebus dosa umat manusia, sehingga umat beroleh keselamatan.

Dari seluruh wilayah Indonesia yang memiliki populasi umat Katolik cukup banyak, prosesi Semana Santa hanya terjadi di Larantuka. Bangsa Portugis lah yang mewariskan tradisi ini pada warga di Larantuka. Akar ritual Semana Santa ini berpangkal pada Abad 16, ketika Portugis masih menguasai banyak wilayah di timur nusantara.

Larantuka—sekarang menjadi wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur—sempat jadi titik kumpul bagi pelaut dan pedagang Portugis. Terlebih setelah mereka semakin terjepit oleh Belanda yang merangsek menguasai wilayah di Makassar dan Malaka di utara dan barat laut nusantara. Buku A History of Christianity in Indonesia (2008) mencatat mereka yang terjepit banyak hijrah ke Larantuka, jadilah di sana kental dengan budaya Portugis, apa lagi sebagian besar warga lambat laun jadi penganut Katolik karena dominasi bangsa penjajah.

Videos by VICE

Meski Belanda turut menyebarkan agama katolik di nusantara, tapi mereka tak punya tradisi perayaan Semana Santa. Pelaut Portugis yang berdiam di Timor pun tak menyebarkan tradisi ini. Minimnya literasi membuat kami tak bisa menjawab mengapa Semana Santa ada di Larantuka, tapi absen di Timor, padahal kedua wilayah itu sama-sama pernah diduduki Portugis.

Tradisi itu masih berlangsung hingga hari ini, dan tentunya sudah banyak bercampur dengan kultur dan adat-istiadat setempat. Pada hari Jumat Agung, misalnya, ada prosesi Tuan Menino yang berlangsung meriah di laut dan pantai. Ratusan orang dengan sampan maupun kapal mesin turut mengantar kapal yang membawa Tuan Menino alias patung bayi Yesus yang akan dibawa menuju tempat persinggahan di pantai.

Puncak Prosesi Semana Santa jatuh pada hari Jumat Agung. Keseluruhan acara berlangsung dari pagi sampai tengah malam, mulai dari prosesi mengantar patung bayi Yesus, mengarak patung Bunda Maria, hingga prosesi jalan Salib yang berlangsung di jalanan sekujur kota. Simak hasil liputan kontributor VICE di Larantuka, Handrianus K. Belutowe, memotret momen perayaan Semana Santa.

Kapela Tuan Bediri – Kapela ini berada di Pulau Adonara tepatnya di desa Wure 15 menit penyeberangan dengan kapal dari Larantuka. Di Desa Wure ada tradisi Cium Tuan dan Prosesi Jumat Agung yang sama seperti prosesi Anta Tuan di Larantuka.
Kapela Tuan Ma (Bunda Maria) dibuka pada malam Kamis Putih. Setelah selesai misa malam Kamis Putih. Setelah misa Kamis Putih, kapela Tuan Ma dibuka untuk para peziarah. Patung Tuan Ma ini nanti akan diarak ke gereja katedral Larantuka pada Hari Jumat Agung, dan malamnya akan diarak lagi untuk prosesi keliling kota Larantuka bersama Patung Tuan Ana.
Para peziarah berlutut masuk ke Kapela Tuan Ma untuk berdoa dan Cium Tuan. Kapela Tuan Ma selalu dijaga oleh orang-orang muda yang tinggal di sekitar lokasi.
Pelataran Kapela Tuan Ana (Tuhan Yesus), 700 meter ke arah timur dari Kapela Tuan Ma. Di depan kapela terdapat patung Mater Dolorosa (Bunda Berduka Cita)
Prosesi Tuan Menino yang lebih dikenal dengan prosesi bahari berlangsung pada Jumat siang, saat Jumat Agung dirayakan. Orang-orang berbondong-bondong naik kapal di laut dari kapela Tuan Menino ke Pantai Kebi yang waktu tempuhnya bisa mencapai satu jam perjalanan laut.
T

Patung Tuan Ma diarak menuju gereja Katedral Larantuka bersama para peziarah Meskipun dalam kondisi hujan, prosesi tetap akan dilaksanakan. Perarakan ini dipimpin oleh kelompok Konfreria (Imam Awam), menurut sejarah, Konfreria merupakan orang-orag awam yang dipilih oleh Misionaris portugis untuk membantu menyebarkan agama Katolik di Larantuka.
Para Peziarah dengan lilin bernyala di tangan sambil melantunkan doa-doa, mengikuti ziarah bersama Tuan Ma dan Tuan Ana.
Prosesi dimulai dari gereja katedral Larantuka pada pukul 19.00 akan berziarah keliling kota Larantuka dan menyinggahi 7 Armida, dan kembali ke gereja katedral. Prosesi ini bisa selesai pada pukul 01.00 WITA