Sebelum bebas, Basuki Tjahaja Purnama yang kini lebih suka dipanggil BTP ini sempat membuat surat yang ia tujukan kepada publik dan pendukung yang berencana menjemputnya di Mako Brimob. Dalam surat tersebut BTP jelas-jelas melarang pendukungnya maupun masyarakat menunggu dan merayakan kebebasannya yang berpotensi mengganggu arus lalu lintas.
“Saya mendengar ada yang mau menyambut hari kebebasan saya di Mako Brimob. Bahkan ada yang mau menginap di depan Mako Brimob. Saya bebas tanggal 24 Januari 2019, adalah hari Kamis. Hari orang-orang bekerja, jalanan di depan Mako Brimob dan depan Lapas Cipinang adalah satu-satunya jalan utama bagi saudara-saudara kita yang mau mencari nafkah. Saya sarankan demi untuk kebaikan dan ketertiban umum bersama dan untuk menolong saya, sebaiknya saudara-saudara tidak melakukan penyambutan apalagi menginap,” tulis BTP dalam suratnya yang diunggah stafnya ke sosial media instagram.
Videos by VICE
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Yasonna Laoly mengonfirmasi kabar hari kebebasan BTP pada 24 Januari ini dan menolak memberitahukan jam pasti kebebasannya. Waktu yang simpang siur membuat banyak pendukung BTP hingga jurnalis memutuskan berjaga sejak subuh bahkan menginap di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok tempat BTP selama dua tahun terakhir mendekam. Meskipun pada akhirnya BTP keluar dari Mako Brimob tanpa bisa dideteksi oleh wartawan maupun simpatisannya.
Di depan Mako Brimob, surat imbauan BTP yang meminta agar simpatisannya tidak datang dan menginap ternyata tidak dituruti. Meskipun kondisi Mako Brimob pada 24 Januari masih dalam kategori kondusif, tapi ada saja beberapa pendukung ‘bandel’ yang tetap datang bahkan menginap.
Ivana Sompie mengaku datang sejak pukul 07.30 pagi bersama beberapa rekannya yang merupakan relawan Teman Ahok. Mereka sudah yakin betul tidak akan bisa bertemu dengan BTP. Meskipun demikian, para simpatisan tetap memutuskan datang.
“Pokoknya hari ini saya anggap sebagai hari kebebasan semuanya,” kata Ivana.
Lain dengan Ivana, 38 relawan Teman Ahok lainnya yang datang bersamaan, Fredy Njoto, 47 menyebut bahwa baginya hari ini tetaplah hari biasa saja, hanya kebetulan BTP bebas pada hari ini. Fredy yakin betul bahwa Ahok tidak senang diistimewakan.
“Saya kangen banget sama ‘pemahaman nenek lu’” kata Fredy Njoto “Habis dari sini (Mako Brimob) kita akan ke Kalijodo dengan teman-teman relawan juga soalnya akan ada semacam syukuran lah, makanya kita tetap datang ke sini.”
Sekitar pukul 09.00, wartawan yang mendominasi area Mako Brimob Kelapa Dua, Depok baru mendapat kabar selentingan bahwa kemungkinan besar BTP sudah keluar dari Mako Brimob dijemput oleh anak pertamanya Nicholas Sean sekitar pukul 07.30. Tidak ada satupun media yang berhasil merekam momen BTP keluar dari tahanan. Sejak isu tersebut berkembang, suasana di Mako Brimob langsung didominasi perasaan kecewa.
Beberapa pendukung memutuskan pulang. Massa simpatisan BTP pun mulai terpecah. “Ahok sudah pulang lewat pintu belakang,” kata seorang perempuan berpakaian khas kotak-kotak simpatisan BTP sambil menaiki sepeda motor yang membawanya meninggalkan Mako Brimob.
Luapan rasa kecewa pun tercermin dari salah seorang relawan Ahok, Jay asal Jakarta Utara. Di tengah wawancara dengan VICE, Jay yang di awal wawancara terdengar artikulatif mendadak kalut karena mendengar kabar dari seorang wartawan bahwa kemungkinan Ahok sudah keluar sejak pagi. Padahal Jay mengaku dirinya sudah menginap sejak kemarin sore.
“Teman-teman ini ada berita yang agak sedih ya, kayaknya sih Pak Ahok katanya sudah bebas. Bener atau enggak lagi dikonfirmasi nih sama wartawan,” kata Jay kepada kawan-kawannya yang ikut menginap bersama dengannya.
Jay yang tinggal di Pademangan, Jakarta Utara mengaku menginap di Mako Brimob sejak pukul 16.00 sore hari kemarin bersama dengan 11 orang lainnya. “Kita tidak mempedulikan tidur di mana. Pak Ahok membuktikan dua tahun dia ada di dalam masa kita dua hari mengeluh. Kita di lesehan-lesehan, kita nyanyi-nyanyi, bercanda, makan-makan, seru-seruan. Jangan ambil pusing.
Selain Jay, ada juga Yudi Wibowo, 50 yang sudah bolak-balik bahkan bermalam di Mako Brimob selama hampir empat hari berturut-turut sebelum hari kebebasan Ahok. Sejak 20 Januari ia menghabiskan waktu hampir setiap harinya di ruko-ruko sekitar Mako Brimob meskipun ia tahu bahwa BTP sudah mengimbau untuk tidak menjemput bahkan menginap.
“Jangankan empat hari, satu tahun saya layani. Biar dunia tahu kita punya pemimpun yang modelnya lain yang menyerukan pelayanan terhadap masyarakat,” ujar Yudi kepada VICE. “Kenapa nggak boleh? Ini kan bukan kriminal. Kalau Pak Ahok bilang saya nggak boleh mencuri ya saya ikuti karena itu kriminal. Menunggu Ahok keluar kan bukan kriminal. Kenapa harus saya turuti. Lagian jalan ini ada Ahok atau tidak pun sudah macet kok.”
Kini, BTP sudah bebas dan kembali ke masyarakat. Dengan citra yang ingin ditampilkan BTP lewat nama panggilan barunya, otomatis banyak pendukung yang mengharapkan kehadiran BTP di panggung politik.
“Mau politik atau tidak, kalau Allah menghendaki ya balik lah dia. Kalau tidak ya sudah toh dia punya bisnis, pintar cuma bacotnya doang yang luar biasa. Mau di manapun dia berada di politik atau bukan saya doain dia sehat, panjang umur, banyak rezeki dan bisa bermanfaat buat negara dan bangsa,” ujar Jay.