Kami Mewawancarai Pembuat Film Konspirasi Legendaris ‘Zeigeist’

Artikel ini pertama kali tayang di VICE UK.

(Foto utama: poster promo film Zeitgeist; Foto Peter Joseph oleh iTomath)

Videos by VICE

Baru-baru ini saya pergi ke sebuah festival bernama New Earth, semacam versi besarnya Ted Talks dan diorganisir oleh pencipta Burning Man. Beberapa juru bicaranya merupakan anggota dari Zeitgeist Movement, yang diciptakan oleh Peter Joseph, pembuat film Zeitgeist yang dirilis tahun 2007—film dokumenter ini menawarkan banyak pandangan kontroversial, atau menurut banyak orang, “teori konspirasi” seputar agama, serangan teroris 11 September 2001, motif jahat Dana Moneter Internasional (IMF), dan pengintaian masyarakat oleh negara.

Beberapa—tapi belum semua—teori-teori dalam Zeitgeist seakan menjadi kebenaran sejak film tersebut dirilis.

Sudah sepuluh tahun berlalu semenjak 2007, dan iklim negara-negara barat sudah banyak berubah, dari sisi politik, sosial dan ekonomi. Banyak perubahan ini juga disebabkan oleh pencipta teori konspirasi, seperti bos Infowars Alex Jones yang menyebarkan rasa takut dan paranoia, mempengaruhi keputusan masyarakat dalam pemilu.

Siapa lagi yang bisa ngomongin isu ini lebih baik dari Peter Joseph?

Peter Joseph berbicara di acara Young Turks.

VICE: Apa inspirasi dari film Zeitgeist pertama?
Peter Joseph: Sebetulnya itu bukan film ya, itu lebih kayak performance piece. Saya memang latar belakangnya di perkusi klasikal sementara—saya kuliah itu sebelum akhirnya DO—dan intinya saya menciptakan karya musik dan melempar film sebagai latar belakang visual yang menemani scorenya. Saya sempat bekerja di advertising dan Wall Street, percaya atau tidak—dua industri yang saya benci—dan saya ingin menciptakan sesuatu yang musikal dan intelektual bagi diri saya sendiri di tengah peristiwa-peristiwa gila yang terjadi di saat itu.

Gimana reaksi awal terhadap Zeitgeist?
Filmnya langsung viral. Tapi sebetulnya kalau saya tahu hasilnya akan seperti itu, menjadi pemicu ketertarikan banyak orang—ini hal yang sehat—namun juga menyebabkan banyak komentar-komentar jahat dan pedas yang masih saya dapatkan hingga saat ini, saya mungkin akan merubah filmnya. Saya masih sering mendapatkan ancaman kematian dan semacamnya dari komunitas-komunitas religius dan mereka-mereka yang “anti konspirasi”. Ini membuat saya stres karena fokus filmnya bersifat sosiologikal.

Seiring waktu, apakah reaksi terhadap Zeitgeist berubah?
Di bagian-bagian film yang berbau religius, sudah banyak yang dibenarkan karena film itu akhirnya menginspirasi banyak peneliti untuk mencari kebenaran. Yang soal serangan 11 September, wah itu kacau banget. Saya bahkan sudah tidak bisa menyentuh topik itu, karena saya langsung disandingkan dengan Alex Jones, sosok pencipta teori kontroversi yang kontroversial. Gak ada lagi yang mikirin argumen yang valid. Saya juga sempat ngomongin isu pengintaian masyarakat yang dilakukan oleh negara, dan ini sudah dibenarkan. Kita bisa lihat bagaimana Wikileaks dan Edward Snowden beroperasi. Jadi saya percaya secara garis besar teori saya ada benarnya.

Apakah anda merasa Zeitgeist menginspirasi Alex Jones dan banyak gelombang berita palsu yang muncul?
Saya tidak bisa mengambil kredit atas semua kegilaan yang muncul dalam kultur teori konspirasi. Tapi saya mengerti asosiasinya, “Wah ini orang ngomongin 9/11, dia mungkin percaya bumi itu datar dan sebagainya.” Orang-orang langsung melabeli anda, dan ini sangat disayangkan. Sayang sekali sekarang kita bahkan tidak bisa mengkritik banyak hal karena orang takut langsung dicap label. Menurut saya yang paling bertanggung jawab adalah Alex Jones dan kroco-kroconya.

Kamu sudah pernah ngobrol dengan Alex Jones ya? Kabarnya sesi diskusi kalian berakhir buruk. 
Menarik untuk melihat perkembangan dan distorsi Alex karena ketika dia baru mulai, dia terlihat tulus dan belum dikotori oleh mimpi popularitas dan kekayaan. Ketika saya ngobrol dengannya, saya berusaha menghindari hal-hal yang sensitif. Dia memiliki disposisi religius dan pandangan-pandangan irasional yang impulsif dan semacam pesona yang dia coba pertahankan. Saya tidak menyebutkan hal-hal ini dan mencoba mengajaknya berdiskusi, tapi dia malah mengklaim saya mendukung pemerintahan orde baru. Kemudian dia langsung ngoceh gila tanpa henti.

Sudah terbukti lewat berita yang baru-baru ini ditayangkan seputar gugatan hukum yang dilayangkan kepadanya [pengacara Jones mengklaim bahwa Jones adalah “seorang seniman performance” dan pesona dia di depan umum hanyalah sekedar acting] dan tidak semua hal yang dia lontarkan dia percaya [Jones sempat mengatakan bahwa dia meyakini “program politik yang dia promosikan”]. Saya tidak akan mau kembali muncul ke acara radionya lagi, mau seberapa populerpun.

“Tidak ada lagi negara yang paham cara menuntaskan persoalan di planet ini. Apa yang kemudian mereka lakukan? Ternyata kembali pada Tribalisme purba.”

Apa pendapatmu tentang Brexit dan Donald Trump?
Saya melihat Brexit dan terpilihnya Trump sebagai kebalikan dari kebudayaan yang selalu berusaha rasional. Apabila dulu kita berusaha melihat segala sesuatunya secara global, sekarang keadaan lebih buruk secara eksponensial karena sistem kita yang sudah ketinggalan zaman—baik politik maupun ekonomi. Tidak ada yang tahu cara mengatasi masalah, jadi mereka semua langsung kembali mengandalkan tribalisme dan mengklaim, “Wah negara kita gak jalan nih—kaum imigran mengambil pekerjaan-pekerjaan kita, ya udah kita tutup aja negara kita,” dan ini berbahaya. Inilah pendapat saya tentang terpilihnya Trump. Orang-orang bisa mengontrol dan mengkonfirmasi nilai-nilai mereka dengan mencari hal-hal yang akan memvalidasi pandangan mereka. Ini sebabnya pendukung Donald Trump itu luar bisa, karena mereka sama sekali tidak percaya dengan media—semua mereka bantah. Ada semacam tembok psikologis yang kita ciptakan.

Menurut anda siapa yang diuntungkan dari kebangkitan tribalisme ini?
Tergantung dimana lokasi anda di dunia. Tapi jelas ujung-ujungnya, bisnis besarlah yang akan diuntungkan. Tribalisme akan memaksa munculnya loyalitas dalam sebuah grup, yang akan menguntungkan beberapa elemen komunitas namun dalam cara yang berbeda dibandingkan dengan pandangan yang lebih global. Namun tetap saja, ketimpangan kekayaan dan keadaan sosio-ekonomi yang tidak stabil akan terjadi karena mereka yang kaya akan bertambah kaya dan masyarakat kelas bawah tidak akan kemana-mana. Seluruh masyarakat akan dibangun berdasarkan perang sosial: perang antar negara, perang antar korporat, perang antara pemilik usaha melawan pekerja; antara pemilik usaha melawat korporat dan serikat pekerja—tidak heran kenapa semua orang hanya peduli tentang kaumnya sendiri.

Bagaimana cara merubah keadaan ini? Apa rekomendasi anda?
Ada masalah struktural yang berhubungan dengan keadaan ekonomi, dan biarpun ini tidak seseksi mengangkat tangan dan mengadakan revolusi, tapi sampai kita mulai menyadari bahwa kita harus merubah struktur, kultur, sistem insentif dan perilaku, keadaan tidak akan banyak berubah. Kita harus menuntut perubahan yang spesifik tentang sistem ekonomi. Intinya, kita harus menghilangkan elemen dominasi akibat kelangkaan dan etika kompetitif karena semua ini sesungguhnya sudah tidak dibutuhkan lagi.

Apa yang sebaiknya kita lakukan sebagai individu merespons perubahan zaman?
Perubahan sosial hanya bisa terjadi ketika ada segerombolan orang yang memiliki nilai dan perspektif tertentu, membangun momentum untuk memaksa perubahan iklim politik, sebetulnya sederhana. Tapi orang-orang takut melakukan ini. Misalnya ketika senator Bernie Sanders muncul dan mengkampanyekan kebijaksanaan yang berbau sosio-demokratis. Sebetulnya banyak penduduk AS menginginkan hal ini. Mereka ingin perlindungan kesehatan yang universal dan keamanan sosial, tapi kemudian mereka dipenuhi rasa takut dan paranoia. Saya tidak menjamin bahwa solusi ini akan berlangsung lancar-lancar saja, tapi melihat tekanan-tekanan sosial yang ada dan bagaimana orang-orang dipaksa mengidap paham xenofobik yang tertutup dan berasumsi bahwa semua itu salah pihak lain, sepertinya keadaan akan semakin memburuk. Tapi selalu ada ruang untuk perubahan apabila edukasi diutamakan.

Makasih atas jawaban-jawabannya Peter!

@williamwasteman