Melalui manuver bisnis yang tidak disangka-sangka menjelang momen rilisnya konsol game generasi terbaru, Microsoft mengumumkan baru saja mengakuisisi ZeniMax Media pada Senin (21/9). ZeniMax adalah perusahaan game induk Studio Bethesda, yang menjadi legendaris di industri ini karena memproduksi beberapa judul franchise game tenar macam The Elder Scrolls, Fallout, hingga Doom. Bisa dibilang, ini salah satu akuisisi perusahaan game terbesar dan terpenting sepanjang sejarah industri game.
Microsoft menghabiskan dana US$7,5 miliar (setara Rp111 triliun) untuk membeli mayoritas saham ZeniMax. Dengan begitu, semua properti intelektual dan hak edar ZeniMax resmi menjadi milik Xbox, perusahaan game Microsoft yang berstatus rival utama PlayStation-nya Sony.
Videos by VICE
Akuisisi ini, seperti dijabarkan Direktur Utama Xbox Phil Spencer, merupakan rencana jangka panjang Microsoft menyukseskan fitur Game Pass, langganan game digital bulanan yang tidak eksklusif untuk Xbox. Game Pass, ibaratnya Netflix tapi untuk main game, bisa dipakai di PC ataupun ponsel android.
Meski begitu, Game Pass pastinya menjadi nilai jual utama dua konsol anyar Xbox, yakni Series X dan Series S. Khusus Xbox Series S, yang tidak punya DVD player, semua game hanya bisa dimainkan online atau di-download terlebih dulu. Para pemilik konsol mungil ini hampir pasti bakal berlangganan Game Pass. Selain itu, mengingat Bethesda kini menjadi studio internal Xbox, maka beberapa game mereka di masa depan sangat mungkin hanya bisa dimainkan lewat Game Pass.
Namun potensi eksklusivitas hak edar ini tidak ditonjolkan sama sekali dari keterangan Spencer.
“Kami menjalankan akuisisi ini karena Bethesda termasuk pendukung konsep Xbox Game Pass. Tujuan dari platform ini adalah membawa berbagai game ke arena yang lebih luas, lintas gawai, dan kami akan memaksimalkan teknologi cloud agar lebih banyak orang bisa memainkan game-game terbaik di masa sekarang,” kata Spencer dalam unggahan blog resmi Xbox.
Beberapa franchise game yang dikuasai ZeniMax (atau tepatnya Bethesda) punya basis penggemar loyal. Sebut saja RPG The Elder Scrolls V: Skyrim, yang masih dimainkan ribuan orang via online maupun offline saban hari.
Akuisisi ZeniMax juga mencakup pembelian semua properti intelektual Id Software. Studio yang satu ini dikenal gamer sedunia berkat mempelopori lahirnya genre FPS (kelak cucunya menjadi game battle royale arena macam PUBG hingga Fortnite). Id adalah arsitek utama seri Wolfenstein, Doom, serta Quake. Semua judul-judul legendaris itu kini hak edarnya turut berada di tangan Xbox.
Sebagian penggemar fanatik Bethesda bersorak mendengar manuver bisnis Microsoft. Sebab, muncul potensi penggarapan game dari seri Fallout terbaru yang kembali melibatkan Obsidian Entertainment. Obsidian adalah studio kecil yang dulu menjadi kontraktor utama Bethesda untuk menggarap Fallout lama seperti New Vegas atau Fallout 4, tapi kemudian pecah kongsi. Obsidian dibeli Microsoft lebih dulu pada 2018, dan programmernya kini bisa reuni lagi dengan kolega-kolega mereka di Bethesda.
Fallout adalah seri action RPG berlatar dunia setelah perang nuklir yang dicintai jutaan gamer sedunia. Masalahnya, setelah Obsidian cabut, seri ini dianggap menurun mutunya. Terutama ketika Bethesda merilis Fallout 76 yang dianggap sangat memalukan. Reuni Obsidian dan Bethesda diharap bisa memunculkan game anyar Fallout yang kembali ke akar. Komunitas gamer juga berharap langkah Microsoft ini bisa membuka kemungkinan Bethesda menghidupkan lagi beberapa judul yang kini berstatus cult-classic, tapi tidak pernah dirilis ulang karena pangsa pasarnya terlalu kecil.
Microsoft sendiri di industri game tidak terkenal pelit menjaga eksklusivitas game-game yang dibikin studio milik mereka. Game terlaris sepanjang masa, Minecraft, yang mereka kuasai setelah membeli Mojang Studios, tetap dirilis di konsol rival PlayStation maupun Nintendo Switch. Game yang awalnya ekslusif Xbox seperti Cuphead dan Ori and the Blind Forest, juga beredar ke platform lain. Artinya, kecil kemungkinan pembelian ZeniMax menjadi cara kasar Xbox menguasai pasar game dalam waktu singkat.
Meski begitu, amunisi Xbox jelas meningkat dalam persaingan menghadapi konsol anyar Sony, yakni PlayStation 5. Dua perusahaan ini menjadi rival abadi setelah Nintendo memilih jalan berbeda untuk mengejar pengalaman konsumen main game secara unik, terutama lewat fleksibilitas handheld, dibanding saingan grafis ala Xbox dan PlayStation.
Sony dan Microsoft kini bersiap memasuki perang konsol generasi terbaru, jelang perilisan Xbox Series X dan PlayStation 5 pada November 2020. Dua konsol itu sudah diketahui tanggal edar harganya, dengan spek tertinggi kemungkinan akan dibanderol mulai dari Rp8 jutaan di Indonesia (karena ada tambahan bea masuk dan pajak lain-lain).
Tapi calon pembeli sebagian masih kebingunan menentukan pilihan, mau PlayStation atau Xbox, karena dua-duanya menawarkan resolusi 4K dan stabilitas frame-rate.
Beberapa game yang diumumkan menemani rilisnya Xbox Series X dan PlayStation 5 bisa dibilang tidak sampai menentukan keunggulan salah satu pihak. Namun kini, dengan membeli Bethesda, amunisi konten Xbox jelas selangkah di depan sang rival utama.
Artikel ini pertama kali tayang di VICE US