Minuman Bersoda Pakai Embel-Embel ‘Diet’ Digugat, Konon Malah Bikin Gemuk

Artikel ini pertama kali tayang di MUNCHIES

Tiga perusahaan raksasa, yang memproduksi minuman berkabornasi di dunia adalah Coca-Cola, Pepsi, dan Dr. Pepper Snapple Group Inc, sering dijuluki ‘Triumvirat Soda’. Ketiga-tiganya sekarang menghadapi tiga tuntutan hukum atas produk mereka yang memakai embel-embel ‘diet’ serta dipromosikan rendah kadar gula.

Videos by VICE

Dalam gugatan kolektif yang diajukan di Pengadilan New York, tuntutannya bisa dibaca di ClassAction.org, pengacara penggugat berargumen bahwa pemakaian kata ‘diet’ untuk produk Coke, Pepsi, dan Dr. Pepper demi mengesankan produknya rendah kalori sebetulnya “salah, keliru, dan tidak berlandaskan hukum.”

Alasan penggugat, perusahaan-perusahaan tersebut menggunkan aspartam sebagai pengganti gula supaya rasa soda mereka tetap manis. Penuntut mengajukan deretan hasil penelitian ilmiah, yang menjelaskan pemanis buatan seperti aspartam bisa menyebabkan “kegemukan dan meningkatkan resiko penyakit yangmenyerang sistem metabolisme tubuh, diabetes, dan enyakit kardiovaskular.” Tentu saja, semua efek samping tersebut bertentangan dengan semangat “diet.”

Jika kita membaca berkas tuntutan, penggugat terdiri dari konsumen yang pernah “berjuang melawan obesitas selama bertahun-tahun” dan termakan iklan sehingga mengkonsumsi soda khusus diet dalam jumlah yang banyak. “Mereka pikir soda diet akan baik untuk kesehatan karena rendah gula,” kata pengacara dalam berkas tuntutannya.

The American Beverage Association (ABA), asosiasi dagang di Amerika mewakili “industri minuman non-alkohol” di Negeri Paman Sam, membantah subtansi gugatan. Asosiasi pengusaha itu mengklaim rendah gula seperti Diet Coke, Diet Pepsi, dan Diet Dr. Pepper tidak menyebabkan kegemukan, lalu merujuk penelitian tandingan mengenai topik kontroversial tersebut.

“Minuman khusus diet yang hampir tidak mengandung kalori sudah terbukti dapat menolong orang dalam program diet mereka,” tulis wakil Presiden dari bagian Media dan Public Affairs ABA, William Dermody saat dikonfirmasi oleh MUNCHIES. “Ini sebabnya kami membela produk-produk kami melawan tuntutan hukum yang tidak berdasar itu,” imbuhnya. Dermody merujuk pada tiga penelitian, yang dia sebut sebagai, “bukti ilmiah untuk menguatkan posisi kami.”

Coca-Cola mendukung apa yang disampaikan oleh juru bicara American Beverage Association, dengan bahasa yang lebih lugas.

“Tuntutan hukum ini tidak berdasar. Kami akan mati-matian melawan tuntutan ini,” tulis Kate Hartman, Group Director, Brand PR di The Coca-Cola Company saat kami hubungi melalui email. “Diet Coke adalah minuman rendah gula dengan rasa yang enak. Minuman itu selalu diproduksi sesuai dengan apa yang tertulis di labelnya dan mengikuti aturan-aturan yang ada.”

Tentu saja, tidak semua orang percaya klaim perusahaan minuman berkarbonasi. Marion Nestle, profesor bidang Nutrisi, Makanan, dan Kesehatan Publik di New York University salah satu yang skeptis mendengar pembelaan perusahaan soda. Dia beberapa kali menulis artikel mengenai hubungan antara konsumsi gula dan kesehatan. Dia mengatakan ada hubungan antara aspartam dengan kenaikan berat badan.

“Tidak seperti yang tertera di label, sebagian besar bukti yang ada menunjukkan bahwa minuman khusus diet tidak menolong orang mengurangi berat badan, ” kata Nestle kepada MUNCHIES lewat email. “Sebaliknya yang terjadi, tingkat obesitas meningkat secara berbarengan seiring mulai diproduksinya soda rendah gula (namun ini prosesnya berjalan beriringan, bukan hubungan sebab-akibat).”

Nestle mengakui, meskipun tampaknya pemanis dan kegemukan memiliki keterkaitan ilmiah, belum tentu pemanis buatan merupakan satu-satunya sebab kegemukan konsumen. “Orang yang sudah terbiasa mengkonsumsi soda rendah gula biasanya memiliki berat badan yang lebih besar dibanding dengan orang yang tidak terbiasa. Ada bukti yang menyebutkan bahwa ada beberapa bahan kimia dalam soda khusus diet yang menganggu metabolisme tubuh dan menyebabkan kegemukan. Namun, menurut saya, penelitian mengenai hal ini belum terlalu mendalam jadi harus dilakukan lebih banyak penelitian mengenai hal ini.”

Foto ilustrasi dari akun Flickr chrisstangier

Selain karena hasil penelitian ilmiah menunjukkan tanda-tanda suram, Marion Nestle mengatakan sejak lama dirinya tidak menyukai konsep minuman soda dengan pemanis buatan. “Saya tidak menganjurkan orang lain minum minuman dengan embel-embel diet, ” katanya. “Minuman itu rasanya seperti ada bahan metal dalam cairannya, dan kalian pasti bisa menebak berapa kalori yang ada di dalamnya.”

Ketika ditanya mengenai kaitan masalah kesehatan akibat konsumsi pemanis buatan, American Heart Association merujuk pada penyataan yang pernah mereka rilis tahun lalu. Intinya, asosiasi dokter spesialis jantung ini mengatakan yang sudah tersedia adalah penelitian ilmiah dampak konsumsi gula pada anak. Sayang, untuk pemanis buatan, belum tersedia banyak penelitian mengenai topik tersebut. “Dikarenakan tidak cukup banyak penelitian yang membahas mengenai konsumsi pemanis buatan seperti aspartam, sakarin, dan sukralos secara rutin oleh anak-anak, maka para peneliti tidak bisa memberikan rekomendasi dan tidak bisa melarang penggunaan pemanis-pemanis ini.”

Penelitian ilmiah bisa memberikan dukungan yang berarti bagi tuntutan kepada perusahaan-perusahaan soda, mengenai apa bahaya yang bisa terjadi bila manusia terlalu banyak mengkonsumsi soda.

Januari 2017, tuntutan class action lainnya didaftarkan di Pengadilan Negara Bagian California. Penggugat menuntut Coca-Cola dan ABA terkait risiko kesehatan konsumen akibat konsumsi soda. Mereka menuding raksasa soda mengongkosi penelitian kesehatan yang kesimpulannya ramah pada produk-produk mereka. “Beberapa penelitian didanai oleh Coca-Cola, PepsiCo, dan the American Beverage Association. Jadi ada kemungkinan penelitian itu tidak akan mengatakan ada hubungan antara minuman dengan pemanis buatan dan obesitas, dibandingkan penelitian independen yang dilakukan peneliti tanpa dana dari perusahaan-perusahaan tersebut.”

Terkait gugatan di California yang masih berjalan sampai sekarang, jubir Coca-Cola turut menyebutnya sebagai, “tuntutan tidak berdasar.”