Kehidupan

Trik Jitu Menghindari Pertanyaan 'Kapan Nikah?', Dijamin Bikin Kicep

Jawaban-jawaban ini bisa bikin suasana jadi canggung, tapi setidaknya kamu akan terbebas dari pertanyaan rese macam ‘kapan nikah?’.
Koh Ewe
oleh Koh Ewe
SG
Trik Jitu Hindari Pertanyaan ‘Kapan Nikah’, Dijamin Bikin Kicep
Foto ilustrasi keluarga besar merayakan Imlek. Foto oleh RODNAE Productions via Pexels

Kumpul keluarga merupakan momen paling ditunggu-tunggu saat Tahun Baru Imlek, lebaran, natal dan sebagainya. Namun, pada saat-saat ini jugalah saudara akan menghujani kita dengan pertanyaan-pertanyaan tak sopan. Sering kali, kita cuma bisa nyengir sambil mengangkat bahu, dan berharap obrolannya cepat berakhir.

Pertanyaan klise macam ‘kapan lulus/nikah/punya anak?’ biasanya dilontarkan oleh generasi yang lebih tua, meski tak menutup kemungkinan anggota keluarga yang sebaya ikut bertanya seperti itu. Mereka mungkin tidak ada maksud lain dan sekadar ingin menanyakan kabar, tapi tanpa disadari mereka telah mencampuri urusan pribadi orang lain. Bagi pihak yang berulang kali terjebak dalam situasi ini, mereka merasa gagal dan tertekan belum bisa memenuhi harapan keluarga. Kebiasaan basa-basi ini juga memberi kesan seolah-olah pencapaian mereka selama ini tak ada artinya. Beberapa orang bahkan sampai absen kumpul keluarga karena sudah gerah menerima pertanyaan semacam ini.

Iklan

Itulah sebabnya kali ini VICE akan memberi sedikit trik jitu menghadapi om tante yang super kepo dengan kehidupanmu. Mereka pasti tak berkutik setelah mendengar jawabanmu, dan siapa tahu saja bisa memulai diskusi yang lebih berfaedah.

Udah punya pacar belum? Kapan nikah?

Zaman memang sudah canggih. Teknologi modern menghubungkan kita dengan siapa saja di seluruh dunia. Sekarang juga sudah ada aplikasi kencan online yang memudahkan pencarian pacar. Sayangnya, kenyataan tak seindah itu. Jari jemarimu sampai pegal swipe kanan, tapi ternyata match kamu fakboi atau akun medsos-nya penuh teori konspirasi. Ketika akhirnya ada yang cocok, tahu-tahu malah di-ghosting. Sisi positifnya, kamu bisa menggunakan istilah-istilah gaul tersebut untuk membingungkan kerabat yang generasi boomer.

Kamu bisa jawab begini: Kesel banget, deh, aku sering di-ghosting sama gebetan. Giliran ada yang nyambung, tahunya dia cuma butuh teman ONS dan cuddling. Udah gitu tukang catfish lagi.

Kamu bisa menjadikan ini kesempatan untuk mengajarkan om tante bahasa Gen-Z. Akan lebih bagus lagi jika kamu bisa bertukar cerita suka duka pacaran sama mereka.

Kapan punya anak?

Status sudah menikah sekali pun tidak bisa menyelamatkan kamu dari pertanyaan menjengkelkan. Pernikahan baru seumur jagung, tapi sudah ada yang iseng bertanya ‘sudah punya momongan belum?’ Setelah anak tumbuh dewasa, mereka akan bertanya ‘kapan kasih adik?’ dan begitu seterusnya. Nah, daripada marah-marah, bukankah lebih baik memberi tahu mereka betapa sulitnya membesarkan anak di saat dunia sedang tidak baik-baik saja?

Kamu bisa jawab begini: Anak kecil memang menggemaskan, sih… tapi kasihan kalau mereka harus merasakan dampak perubahan iklim.

Iklan

Dewasa ini, semakin banyak yang mengalami “eco-anxiety”. Ada kekhawatiran segala tindakan dan keputusan yang kita buat dapat memperburuk masalah lingkungan. Tak sedikit orang enggan punya anak karena memikirkan dampaknya. Beberapa khawatir membesarkan anak dapat berkontribusi pada emisi karbon, sedangkan yang lain mencemaskan seperti apa hidup anak mereka nanti jika Bumi tak lagi layak dihuni.

Udah dapat pekerjaan belum?

Memang, ada kemungkinan saudara kamu bertanya begini karena jarang bertemu dan tidak tahu kabar terbarumu. Tapi kenyataannya, pertanyaan semacam ini cenderung dilontarkan oleh mereka-mereka yang terbilang cukup dekat denganmu. Bagaimana kalau sekarang kamu memulai percakapan dengan membahas tentang gerakan menolak kerja?

Kamu bisa jawab begini: Pernah dengar tentang r/antiwork? Anggota forum ini sering mendiskusikan betapa sistem kerja saat ini sudah ketinggalan zaman.

Bagaimana kalau ditanya: Gaji kamu sekarang berapa? Udah dua digit kayak si X?

Kamu bisa jawab begini: Aku sedih melihat standar kesuksesan ala kapitalis telah meyakinkan orang-orang kalau mereka harus bersaing dengan orang lain untuk menjadi yang paling sukses.

Kok tambah gendut/kurus/hitam?

Jika ada yang berkomentar dangkal tentang penampilanmu, respons terbaik yang bisa kamu berikan yaitu mengajak mereka berdiskusi lebih dalam. Dijamin ini bakalan jadi obrolan paling luar biasa selama acara keluarga.

Kamu bisa jawab begini: Jam kerja yang panjang dan melelahkan membuatku tak sempat berolahraga. Aku juga diliputi perasaan cemas sejak awal pandemi, sehingga sulit menjaga pola makan sehat. Oh iya, kamu pernah dengar tentang gangguan dismorfik tubuh? Anak remaja rentan mengalami kondisi ini karena sering dengar komentar buruk tentang tubuh mereka.

Follow Koh Ewe di Instagram.