FYI.

This story is over 5 years old.

VICE Votes

Di Hari Pemilihan, Ketegangan Akibat Pilpres Akhirnya Luruh

Selain penundaan di Papua, proses pemilihan umum di berbagai kota Indonesia relatif berlangsung mulus hingga penutupan TPS seretak pukul 13.00 WIB.
Di Hari Pemilihan, Ketegangan  Akibat Pilpres Akhirnya Luruh
Petugas TPS mengenakan kostum wayang untuk mendampingi warga memberikan hak suaranya. Foto oleh Dwi Oblo/Reuters

Tak terasa sama sekali ketegangan di pagi 17 April 2019, saat 192 juta pemilih terdaftar memberikan suaranya di berbagai wilayah Indonesia. Untuk pertama kalinya, pemilihan presiden dan legislatif digelar serentak—menjadi salah satu pemilu demokratis paling rumit di dunia.

Luruh pula situasi panas yang mewarnai Indonesia selama delapan bulan terakhir, akibat kontestasi politik antara dua kubu besar: Joko Widodo - Ma'ruf Amin yang bersaing melawan Prabowo Subianto - Sandiaga Salahudin Uno.

Iklan

Alysha Paxia Susilo datang bersama orang tuanya di kawasan Balekambang, Condet, Jakarta Timur, pagi tadi. Alysha dan ibunya mengenakan baju putih, ayahnya kotak-kotak putih biru. Mereka berbeda pilihan politik tapi tetap berinteraksi dengan hangat. "Bokap gue mah Prabowo banget," ujarnya bercanda, sambil menunggu gilirannya dipanggil masuk ke bilik suara. "Untung gue enggak diancam dihapus dari Kartu Keluarga, karena banyak temen gue yang dipaksa ikut milih samaan dengan orang tuanya."

Dibanding capres, ada banyak orang lebih penasaran dengan nama-nama calon anggota legislatif. Contohnya Annisa Dwi Nur Rahmawati, 21 tahun, dan Maulida Fitriyani, 25 tahun. Mereka menyambangi Tempat Pemungutan Suara (TPS) seberang masjid Daarut Tauhid, Gegerkalong Girang, Kota Bandung. Mereka terdiam lama di pelataran TPS, tempat dipajangnya semua surat suara yang mesti dicoblos.

Mata keduanya mengamati ratusan nama dan wajah yang terpampang di papan. Dari ratusan nama itu, hanya segelintir saja yang dikenal oleh Nisa dan Fitri. Selain kertas bertuliskan nama Jokowi dan Prabowo, tiap pemilih harus melihat wajah 128 orang calon anggota DPRD, DPR, serta DPD.

1555485064133-Ichsan-memperhatikan-nama-nama-caleg-sebelum-mencoblos

Salah satu pemilih di TPS Daarut Tauhid, Bandung, memperhatikan daftar caleg di dapilnya. Foto oleh Ananda Badudu/VICE

"Nah ini nih ada Giring Nidji," kata Nisa sambil menunjuk nama Giring, anak band yang maju jadi caleg lewat Partai Solidaritas Indonesia (PSI). "Ini juga ada Farhan. Dari [Partai] Nasdem dia," kata Nisa merujuk pada presenter Muhammad Farhan yang beberapa tahun belakangan sudah jarang nongol di televisi.

Iklan

Suasana semarak macam itu juga nampak di berbagai gampong Kota Banda Aceh. Sejak pukul 7 pagi waktu setempat, warga bersiap-siap memberikan hak pilihnya. Rudi Ramadhani (28) datang ke TPS agak siang. Anak muda itu mengenakan baju kemeja warna putih, khas kostum pendukung paslon nomor urut 01.

Selepas keluar dari bilik suara, dia mencelupkan jari telunjuk ke tinta yang disediakan panitia pemilu. Rudi tak bisa menyembunyikan wajah bahagianya usai mencoblos. "Menjadi pemimpin nomor satu di Indonesia itu nggak mudah. Tapi pak Jokowi udah buktiin mampu. Kerja-kerja beliau udah terbukti. Beda dengan tetangga sebelah, baru mampu kasih janji," katanya seraya tertawa. Teman-temannya yang berbeda pilihan politik ikut tertawa mendengar ucapannya.

Suasana gembira juga terekam dari wajah para penyandang disabilitas yang sedang menempuh pendidikan di Panti Sosial Bina Daksa (PSBD) Wirajaya Makassar. Satu per satu melangkah menuju meja Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) setelah namanya dipanggil. Yulianti, 18 tahun, adalah adalah warga dengan disabilitas yang ikut mencoblos. Dia mengantre sejak sebelum jarum jam menunjuk angka 09.00. Dia mengidolakan Prabowo. "Tidak ada alasan khusus, karena suka saja," ujarnya. Tahun ini adalah kali pertama Yulianti ikut pemilu.

1555484963406-Pilpres-For-Vice-18-of-23

Salah satu difabel memberikan suara di Panti Sosial Bina Daksa, Makassar. Foto oleh Iqbal Lubis/VICE

Yulianti hanya mengaku sedikit kesusahan melakukan pencoblosan di bilik suara karen tempat yang terlalu sempit dan kebingungan saat menantukan pilihan di kertas caleg yang calonnya terlalu banyak.

Iklan

Elit politik, tak terlalu berbagi keceriaan serupa. Walaupun mengesankan diri gembira, kedua capres menyimpan keresahan masing-masing. Hitung cepat, baik untuk pilpres maupun pileg, diumumkan berbagai lembaga survei pada pukul 15.00 WIB.

Prabowo Subianto ditemani tangan kanannya Fadli Zon memberikan hak suaranya di TPS 041, Kampung Curug, Desa Bojong Koneng, Kabupaten Bogor, pukul 08.00 WIB. Selesai mencoblos, dia langsung meluncur ke kantor BPN Kartanegara, Jakarta Selatan, memantau proses hitung cepat dari seluruh wilayah Indonesia.

"Walaupun rakyat tidak memilih saya, saya tetap membela mereka. Tapi juga kami tentu tidak ingin dibohongi," kata Prabowo selepas keluar dari TPS. "Optimis [menang], hitungan kita [perolehan suara Prabowo-Sandi] 63 persen. Itu hitungan kita."

1555485263130-PRabowo

Prabowo memberikan hak suarnaya di Bogor. Foto oleh Willy Kurniawan/Reuters

Sebelum beranjak ke Kantor Badan Pemenangan Nasional di Kertanegara, Jakarta Selatan, Prabowo sempat melontarkan peringatan agar KPU harus bersikap netral. "Saya hanya mengatakan sejarah mengajarkan, negara-negara lain kalau pemilu damai, [maka] pemilu harus bersih dan tidak ada kecurangan baru bisa damai."

"Saya selalu ibaratkan main sepak bola di kecamatan. Kalau tim kesebelasan satu merasa dia tidak ada wasit yang netral, kalau wasitnya berat sebelah pasti kesebalahan itu tidak puas. Penonton dan pendukung kesebelasan itu tidak puas. Kalau tidak puas bagaimana saya bisa jamin saya kan tidak punya kekuasaan? Paham?!"

Iklan

Jokowi memilih irit bicara. Dia mencoblos ditemani istrinya di TPS 008 Gambir, Jakarta Pusat. Selepas mencoblos, hanya mengaku sudah lega. "Plong," ujarnya. "Optimis [menang], nanti dilihat lah. Sabar tinggal berapa jam nanti juga kelihatan."

1555485315499-jokowi

Presiden Jokowi dan istri memberikan suara di Gambir. Foto oleh Edgar Su/Reuters

Satu-satunya masalah serius tercatat muncul di Papua. Diperkirakan pencoblosan di 300 TPS kawasan selatan Jayapura harus molor. Penyebabnya adalah logistik pemilu, seperti kotak suara dan surat suara, yang tak kunjung tuntas didistribusikan KPU hingga pukul 10.00 WIT. Banyak warga yang marah melihat proses pemilu terhambat.

"Kita maunya coblos cepat-cepat supaya kita bisa buat kegiatan lain, kalau seperti ini saya juga malas menunggu," kata Ria Sambono, 37 tahun, pemilih yang terdaftar di TPS 35, Distrik Abepura. Dia memilih langsung pulang, setelah mendapat informasi dari KPPS kalau pemilihan ditunda besok.

Gubernur Lukas Enembe, saat dihubungi awak media, mengaku tidak habis pikir bagaimana Jayapura sebagai ibu kota provinsi malah mengalami masalah distribusi perangkat pemilu yang mendasar. "Jelas saya sebagai warga negara yang akan memberikan hak suara merasa kecewa besar," ujarnya.

Setidaknya, tak ada gangguan keamanan serius dari berbagai wilayah Tanah Air. Selepas mencoblos, Alysha dan kedua ortunya berfoto bareng, sambil menunjukkan jari dengan nomor urut pasangan Presiden yang masing-masing mereka pilih.

"Seru kan kalau kayak gini kita kompak dan santai aja, walapun pilihan aku sama mama-papa beda," kata Alysha.

*Ananda Badudu, Alfath Asmunda, Arzia Wargadiredja, dan Iqbal Lubis berkontribusi untuk liputan ini