Twitter emang berulang kali bisa bikin “magic”, tapi Aurellia Nathania Mekel enggak menyangka momen keajaiban itu datang begitu cepat.
Pada 12 Oktober petang, Aurel menuliskan utas tentang usahanya mencari adik kandungnya yang hilang lima tahun lalu. Utas yang langsung dibagikan berulang kali di bawah komando satu rasa solidaritas netizen Indonesia ini sampai ke jangkauan Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Belai Kasih di Jakarta Barat.
Videos by VICE
Lewat akun Twitter lembaga, PSBG Belai Kasih mengonfirmasi bahwa Yehezkiel Freddy Paulus Mekel, nama adik kandung Aurel, ada dalam naungan mereka. Waktu itu tanggal 14 Oktober jam dua siang. Tidak sampai dua hari, pencarian tahunan berbuah hasil manis berkat kolaborasi netizen.
“Mama saya langsung nangis kemarin [begitu mendengar kabar]. Kaget,” ujar Aurel saat dihubungi VICE, Jumat (15/10).
Dari cerita Aurel, Yeskil, nama panggilan Yehezkiel, disebutnya sebagai anak yang “sangat hiperaktif”, namun mengalami kesulitan bicara. Ia diduga mengidap autisme. Kondisi ini membuat Yeskil selalu ingin menjelajah keluar rumah, mengakibatkannya sudah beberapa kali hilang. Salah satu yang terlama adalah pencarian selama 1,5 tahun sebelum akhirnya Yeskil ditemukan di wilayah Kedoya, Jakarta Barat.
Dalam keluarga, bocah kelahiran 2007 tersebut mendapat perhatian khusus. Masing-masing anggota keluarga silih berganti jadi pengawas. Namun, pada 2016, Yeskil diduga mendapati pintu yang terbuka kala sang ibu, yang saat itu seorang diri di rumah, sedang sibuk mencuci piring. Sejak hari itu Yeskil hilang.
“Dua tahunan saya dan ayah keliling menyusuri wilayah ke wilayah. Dulu awal lapor polisi, tapi keluarga saya tidak melanjutkan lagi dan memilih mencari Yeskil dengan tenaga sendiri saja, saya kurang tahu kenapa (alasan ortu),” tambah Aurel.
Yeskil kini telah berumur 14 tahun. Pihak panti dan keluarga sudah menyepakati bertemu di hari Senin (18/10) untuk serah-terima anak tersebut. Aurel yakin, sang adik tidak akan melupakan keluarganya, berkaca dari kasus hilang 1,5 tahun pada 2015 di Kedoya. “[Saat itu] begitu adik saya melihat wajah ayah saya, adik saya langsung lari ke arah Ayah dan langsung minta pulang,” cerita Aurel.
Peran ajaib internet mempertemukan anggota keluarga yang lama hilang pernah VICE laporkan Oktober tahun lalu. Ervan Wahyu Anjasworo, pemuda 19 tahun asal Sragen, mengalami momen persis film Lion setelah diculik pengamen di Jakarta saat berusia 7 tahun.
Pada September 2020, doi sukses menemukan rumahnya lewat fitur Street View di Google Maps saat meminjam komputer milik Panti Rehabilitasi Sosial Anak Berhadapan dengan Hukum (PRSABH) di Cileungsi, Kabupaten Bogor.
“September [2020] kemarin, saya main komputer. Saya itu iseng-iseng [cari informasi] dengan membuka Google Maps. Awalnya saya searching Google Solo. Saya lihat lagi Solo-nya ini ada Wonogiri, Boyolali, Sragen, begitu. Saya telusuri satu per satu yang seingatnya itu Pasar Gonggang Sragen,” ujar Ervan saat diwawancarai Kompas. Pasar Gonggang adalah satu-satunya petunjuk kampung halamannya yang masih ia ingat.
Dibantu kepala panti, Ervan menghubungi Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) Sragen untuk menyebar foto Ervan kecil ke wilayah sekeliling pasar. Bu Ani, seorang anggota TKSK Sragen, akhirnya menemukan dan mendatangi rumah orang tua kandung Ervan. Kedua pihak lantas dipertemukan pada 6 Oktober 2020 setelah 12 tahun terpisah.
Cerita menyentuh lain datang dari Nadya Elvira dan Nabila Azzahra. Kedua saudara kembar ini berhasil menemukan satu sama lain lewat TikTok. Untuk lengkapnya, VICE membuat video laporan khusus yang bisa kalian tonton di sini.
Di balik kekaguman kita atas kekuatan internet dalam mencari orang hilang, banyaknya kasus serupa membuat genting pembentukan lembaga khusus pencarian orang hilang yang diharapkan bisa fokus mencari para anggota keluarga yang terpisah tanpa niatan.
Saat ini, pihak-pihak yang berkepentingan terlihat berjuang sendiri, berharap dibantu sebanyak mungkin netizen yang berempati menyebarkan informasi. Di media sosial panti asuhan PSBG Belai Kasih misalnya, lembaga secara konsisten dan mandiri mengunggah foto-foto anak hilang yang ditemukan dengan harapan ada famili yang melihat. Problemnya, viral saja belum tentu bisa ditemukan, apalagi kalau unggahannya tenggelam dalam timeline.
Setidaknya insiatif untuk membuat kanal pelaporan sudah muncul dari lembaga Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang merilis situs “cari temu”. Situs tersebut diharap bisa menjadi sarana mempermudah proses pencarian orang hilang dalam berbagai situasi. BAZNAS mengaku terdorong membuat situs tersebut setelah terjadi bencana Gempa Palu pada 2018 lalu.
“Baznas melalui Cari Temu telah berhasil menemukan 41 orang dari banyaknya laporan yang masuk,” kata Direktur Utama Baznas RI, M Arifin Purwakananta, dalam jumpa pers 17 Januari 2021. “