FYI.

This story is over 5 years old.

Pendidikan Seks

Satu Saluran Youtube Berjuang Memberi Pendidikan Seks Kepada Generasi Millennial Malaysia

'Ilmu Seks', nama channel itu, adalah kursus pendidikan seks terbaik di negara konservatif tersebut.

Seorang perempuan Malaysia sedang bingung memerhatikan dildo ketika ada pria Malaysia muncul di video seraya memegang dildo lain layaknya sedang memegang senjata.

“Hayo! Sedang apa kamu?” kata sosok laki-laki tersebut, bernama Shayne. Dia bertanya pada si perempuan yang nampak menyembunyikan mainan seks.

“Di mana kondommu? Kamu bisa hamil, lho.”

“Apa itu kondom?” balas Herinza, tokoh perempuan di video.

Iklan

Di negara konservatif seperti Malaysia, saluran YouTube berbahasa Melayu melewati batas dengan mengunggah video informatif pendidikan seks secara terang-terangan. Ilmu Seks membahas topik-topik yang bisa membuat kebanyakan orang Malaysia malu saat mendengarnya. Di saluran tersebut, sang pembuat video, Shayne Wyatt (bukan nama sebenarnya), membahas kondom, seks oral, dan Infeksi Menular Seksual (IMS), dengan gaya informatif dan tidak menghakimi.

Sebenarnya tidak ada unsur porno dalam channel Ilmu Seks—meski sering menampilkan dildo—tetapi Shayne masih ragu video-videonya akan lolos sensor Malaysia yang sangat ketat.

“Saya ingin membangun komunitas yang bisa membahas hal-hal tabu tanpa hambatan. Kita harus melindungi diri kita masing-masing dan berhenti mengkhawatirkan bahwa hal tabu tersebut akan merusak pikiran kita,” kata Shayne saat diwawancarai VICE.

Shayne memahami konsekuensi yang tidak diinginkan saat membahas seks di Malaysia. Pada 2015, Shayne menduga dia menderita penyakit seksual menular, lalu ingin mengobatinya. Duburnya mengeluarkan darah. Rasa sakitnya membuat dia sulit untuk duduk atau tidur.

Shayne adalah pria kelas menengah yang sehat walafiat. Dia bahkan mahasiswa kedokteran berprestasi di salah satu universitas bergengsi Malaysia. Bagi kebanyakan orang tua, Shayne adalah anak laki-laki idaman. Sayangnya, gara-gara penyakit seksual itu dia jadi berada dalam masa sulit.

Iklan

Shayne sadar kalau berbohong sama dokter itu tidak baik, tetapi dia khawatir tidak akan mendapat reaksi baik dari dokter apabila mereka membahas riwayat hubungan seksnya. Ketakutan seperti inilah yang menghalangi orang Malaysia untuk bersikap terbuka kepada tenaga medis tentang kehidupan mereka dan ini bisa berdampak buruk bagi kesehatan.

Teman Shayne ada yang hampir mati akibat demam berdarah karena dia tidak sadar kalau dia positif HIV. Lagipula, siapa coba yang mau memeriksakan kesehatan seksual mereka apabila dokter akan mempermalukan pasiennya?

Shayne berbohong tentang riwayat hubungan seksualnya di tiga rumah sakit pertama yang dia kunjungi. Baru di rumah sakit keempat, sebuah pusat pengobatan HIV di Malaysia, dia memutuskan untuk jujur kepada dokter. Tapi, di saat dia menjelaskan kondisinya, dokter menolak memeriksa Shayne. Si dokter tersebut bahkan menyuruhnya mencari rumah sakit lain.

“Dia sampai lancang menanyakan apa agama saya dan [kemudian] menolak untuk memeriksa saya karena saya Muslim,” ungkap Shayne.

Begitulah Malaysia. Malaysia dikenal sebagai negara di mana korban pemerkosaan disuruh menikahi pelaku yang telah memperkosanya dan seorang rapper baru saja dipenjara karena telah menghina Islam akibat video musiknya yang melibatkan penari memakai topeng anjing untuk memperingati Tahun Baru Cina—yang merupakan tahun anjing tanah. Negara yang dipenuhi gedung pencakar langit di Kuala Lumpur dan simbol-simbol modernisme ini ternyata masih menganut budaya konservatif yang ingin menertibkan siapa pun yang “menyinggung” agama.

Iklan

Negara ini juga memiliki anggota parlemen Muslim garis keras yang mengajukan petisi mencekal lagu populer “Despacito” setelah menerjemahkan liriknya dari bahasa Spanyol. Di negara ini juga, pegiat kampanye kesadaran HIV/AIDS seperti Ismail Baba, seorang anggota komite Malaysia AIDS Council, dicap sebagai orang sesat oleh penganut Islam garis keras.

“Seks masih dianggap tabu di Malaysia,” kata Ismail kepada VICE.

Ismail, seorang anggota organisasi yang berusaha menurunkan tingkat infeksi HIV, pernah diperintahkan untuk tidak menyebutkan kondom selama presentasi kepada siswa sekolah menengah. Kesusilaan ini berarti pendidikan seks tidak diajarkan di sekolah.

Para remaja di Malaysia banyak yang tidak paham apa yang terjadi ketika orang berhubungan seks. Sebuahpenelitian yang dilakukan perusahaan pembuat kondom, Durex, pada 2016 menunjukkan bila satu dari lima orang Malaysia mengira penyakit seksual seperti gonorhea dapat ditularkan melalui nyamuk. Satu dari 10 perempuan mengira membilas vagina setelah berhubungan seks bisa mencegah kehamilan.

Internet pun tidak dapat membantu penduduk Negeri Jiran memahami seks. Shayne yang realtif memahami seks saja masih sulit mendapatkan rumah sakit yang mau mengobati penyakit seksualnya. Akhirnya dia menemukan dokter di universitasnya yang memahami kondisinya, lalu bersedia memberi obat-obatan. Bagaimana jadinya kalau dia bukan mahasiswa kedokteran? Di mana orang Malaysia bisa menemukan pelayanan kesehatan bersubsidi pemerintah untuk mengatasi masalah seperti penyakit menular seksual?

Iklan

“Mengapa seks tidak menjadi pengetahuan umum?” kata Shayne bertanya.

Banyak situs internet yang bersedia memberikan pengetahuan seks kepada orang Malaysia yang tertarik mempelajari. Sayangnya, konten tidak berbahasa Melayu dan tidak diterangkan oleh orang Muslim.

Contohnya seperti Popek Popek yang diterangkan oleh orang Malaysia non-Muslim yang lebih tua. Satu-satunya cara menghentikan stigma buruk saat membicarakan seks yaitu dengan membuat serangkaian video yang disampaikan oleh pria Malaysia yang masih muda dan berbahasa Melayu seperti mereka.

“Jika orang Malaysia, khususnya yang tinggal di daerah pedesaan, menonton orang Malaysia yang membahas seks, saya rasa orang akan mulai berani membahas seks secara terang-terangan,” kata Shayne.

Namun, ini lebih dari masalah bahasa Melayu. Shayne dan rekannya Reen dan Mussy—serta host video terbaru Misha—membahas tentang seks dengan bahasa sehari-hari agar mudah dimengerti oleh penonton. Mereka tidak menggunakan kata-kata kaku. Misalnya, mereka tidak menggunakan kata penis (“zakar”) atau vagina (“faraj”), tetapi mereka menggunakan kata “batang” (untuk “penis”) dan “lubang” (untuk “vagina”).

Ilustrasi organ seksual ditampilkan secara keseluruhan. Tidak ada penyensoran saat menampilkan apa yang terjadi ketika sepasang manusia berhubungan seks. Shayne memberi tahu VICE bahwa bahasa yang dilarang adalah kata-kata yang mengandung unsur rasisme atau diskriminatif.

Iklan

Konten seperti ini diharapkan bisa membuat generasi Millennial Malaysia bisa lebih melek soal seks, jelas Noel Solomon Punniah, seorang program manager di PT Foundation—LSM kesehatan seksual terbesar di Malaysia. Informasi seperti ini perlu disebarkan di media sosial, menarik perhatian, dan menggunakan bahasa Melayu.

“Anda harus menghargai bagaimana anak remaja di Malaysia berusaha mencerna dan memahami informasi yang disampaikan,” Noel memberi tahu VICE. “Ketika Ilmu Seks dibahas secara terang-terangan, generasi muda senang apabila diperlakukan seperti orang yang bisa memikirkan dirinya sendiri. Anda tidak bisa membuat mereka merasa bergantung dan tidak bebas membuat keputusan. Anda bisa memberikan informasi yang nantinya akan mereka lakukan secara bertanggung jawab.”

Saat ini, PT Foundation sedang bekerja sama dengan Ilmu Seks untuk membuat video yang mendorong generasi Millennial untuk mengunjungi Community Healthcare Clinic (CHCC) setempat dan memeriksakan kesehatan seksualnya. Shayne dan teman-temannya berencana untuk membahas hal-hal seperti mainan seks, kebebasan gender, dan masturbasi. Mereka juga ingin membahas lebih dalam masalah-masalah sosial seperti slut-shaming dan penelantaran bayi di video-video selanjutnya.

Di bagian akhir video dildo dan kondom (yang membahas tentang kehamilan remaja), penonton mempelajari bagaimana cara menggunakan kondom yang benar dan memilih alat kontrasepsi yang efektif. Setelah menjelaskan fungsi kondom, mereka menunjukkan cara memakainya.

“Sekarang, kamu sudah siap bermain,” kata Shayne.