Tidak terhitung berapa kali alur obrolan di medsos berakhir ke arah tak terduga. Contoh paling kiwari, emang ada gitu yang nyangka video TikTok Ivan Gunawan sebelum bobo justru bikin warganet teringat bahasa Indonesia punya kata sakti untuk melibas segala macam gaslighting?
Kata itu adalah “memang”.
Videos by VICE
Buat pembaca yang ketinggalan info (kami tidak menyalahkanmu, detoks medsos baik untuk kesehatan), kami berikan gambaran konsepnya. Dasar pemikirannya adalah enggak semua pertanyaan butuh jawaban, enggak semua komentar butuh pembelaan.
Beberapa di antaranya cuma bermaksud jadi jembatan bagi si penanya agar bisa memberi petuah padahal enggak diminta. Sejumlah lainnya sekadar kedok si penanya buat cari validasi. Lalu sisanya, murni mancing emosi lawan bicara.
Masih menurut konsep ini, karena sejumlah pertanyaan dan komentar tak layak diberi perhatian, memberi jawaban sama saja dengan menggarami lautan. Berguna kagak, capek iya.
Katakanlah kamu dikomentari “Hidup lo kok gitu-gitu aja sih?” Terus kamu rajin tuh menjelaskan konteks inflasi pangan yang tidak dibarengi peningkatan upah beberapa tahun terakhir, kemudian masuk ke paparan kalau kamu bagian dari 56 juta orang Indonesia yang berstatus sandwich generation. Apakah yang nanya akan mengerti?
Bila iya, syukurlah. Tapi kadang orang tak peduli, sebab tujuan pertanyaannya ya bridging doang ke topik kesuksesan dirinya. Mau menimpali untuk klarifikasi bahwa kamu bukannya males, ujung-ujungnya jadi debat. Eh, di sini masih boleh pakai kata menglelah enggak sih? Oh udah outdated? OK.
Ketidakmampuan banyak orang untuk mendengar dan memahami alasan membuat pertanyaan semacam ini masih sering diterima. Orang-orang yang sedang di puncak rasa lelah menghadapi kehidupan mendapati ini sangat melelahkan. Ekspektasinya membangun legacy, kenyataannya tiap bulan hidup dari gaji ke gaji. Saban musim semi teman-teman di IG posting foto sakura di Jepang, sedangkan kita masih sibuk bookmark twit “100 Ribu Buat Menu Seminggu”. Bisa enggak sih ngasih komentar yang apresiatif aja?
Singkat kata banyak anak muda sudah jompo secara psikologis untuk debat kusir. Beruntung, Ivan Gunawan yang kemungkinan besar been there done that, hadir dengan kata andalan ✨ memang ✨.
Satu lagi manfaat “memang” adalah memberi sensasi kemenangan kecil bagi penjawab. Bila lawan bicara seketika kicep, rasanya setara melayangkan satu jab berakhir KO. Demi sensasi nampol itu, VICE mau ngasih sejumlah variasi jawaban “memang” supaya cita rasa kemenangannya tidak monoton dan itu-itu saja.
Memakai “memang” di situasi formal dan “emang” saat informal
Contoh pemakaiannya:
Teman: “Kamu mah enak.”
Kamu: “Emang.” [Kesan: percaya diri dan menyiratkan kehidupan yang sukses.]
Om: “Kamu mah enak.”
Kamu: “Memang, Om.” [Kesan: percaya diri, sukses, tetap santun.]
Menambahkan “ya” di depan “emang” untuk menyampaikan pesan kok-masih-pake-nanya
Dia: “Heran deh generasi sekarang dikit-dikit ngeluh. Emang hidup secape itu?”
Kamu: “Ya emang.”
Merangkai “ih, emang kali shay” sebagai kode kalau kamu siap memotong ceramah dia dengan unsolicited advice balasan
Dia: Mirror selfie mulu tuh maksudnya ngerasa badannya oke ya?
Kamu: “Ih, emang kali shay.”
“Bener bgtt” bisa menggantikan “memang” dalam percakapan chat agar lebih segar
Catatan: “bgtt” harus tetap disingkat dengan dua “t” supaya kamu terkesan tidak akan menganggapnya serius.
Dia: “Hah??? Lo udah sedesperate itu???”
Kamu: “Bener bgtt”
“Emang” disambung dengan “ke mana aja lo/kamu/anda” khusus untuk orang yang ngegibahin temen baik kita
Dia: “Gila ya duitnya banyak banget.” [Dengan nada sarkas]
Kamu: “Emang kali. Ke mana aja lo???”
“Iya, Kak, emang bener” agar terdengar sopan sekaligus pemberani
Dia: “Jadi selama di [masukkan nama negara] nginep di tempat temen? Pacar ya? Kumpul kebo ya?”
Kamu: “Iya, Kak, emang bener!”
Sebelum mengucapkan selamat menggunakan variasi-variasi di atas, VICE mengingatkan agar “memang” dan semua bentuk turunannya sebaiknya tidak kamu gunakan saat berhadapan dengan masalah hukum. Sejauh ini tak satu pun pengacara pidana merekomendasikan jawaban seperti itu saat wawancara pembuatan BAP.