FYI.

This story is over 5 years old.

Musik Baru

Debut Album Ache Akan Membuat Kalian Bernyanyi dan Bangga Kembali Emo

Trio asal Tangerang itu memberi banyak hal menarik bagi pendengar mini albumnya yang diberi tajuk "Tired".

Bagi banyak orang, emo adalah genre musik yang getol kita dengarkan waktu masih muda dan cupu, terutama kalau lagi pengin sesuatu yang agak dramatis dan angsty. Namun, bagi Ache, trio emo rock yang anggotanya berusia kepala dua akhir atau awal tiga puluh, emo adalah punk rock melodik yang ditulis dengan baik dan selalu bikin kita ingat momen-momen bernyanyi bersama teman di sebuah gig kecil di studio sempit atau rubata kecil. Dan dengan merilis Tired, Debut EP pertama mereka, trio asal Tanggerang ini berhasil menyuguhkan album mini emo dengan cita rasa seperti itu.

Iklan

Ache tak pernah menyembunyikan kekaguman mereka pada band-band punk Amerika Serikat dekade 90'an seperti Jawbreaker dan Texas is the Reason. Coba dengarkan track terakhir dalam ep ini, “Turning Point” yang merupakan cover dari tembang milik band indie rock AS, Denali. Saking kagumnya pada band-band tersebut, Ache dengan tanpa malu menyuguhkan lagu-lagu penuh emosi bertempo lambat yang terdengar mentah.

Album mini yang dirilis oleh label indie sang vokalis, Rizkan Records, memang jauh dari sempurna—kalau menurut saya sih, kalau saja produksi lebih dinamis dan vokalnya sedikit lebih naik, pasti lebih cihuy. Namun, setidaknya album punya songwriting yang kuat dan itu bakal bikin kamu terus-terusan memutarnya. Percayalah, melodi dalam album ini nempel banget di kepala dan dalam waktu singkat kamu bakal air-drumming sambil menyanyikan single “Larry”.

Sampai sekarang, belum ada kejelasan apakah trio ini akan melepas album penuh dalam waku dekat. Cuma untuk sementara waktu, Ache berhasil bikin saya pengin pakai celana pendek skater berbahan khaki dan mengenakan flanel serta tentu saja, mengenang masa muda yang kayaknya belum rumit-rumit amat.