Entertainment

Pejabat Partai Komunis Cina Sebut Tren Crazy Rich Wedding di Negaranya ‘Kemerosotan Moral’

Crazy Rich Wedding di Tiongkok

Sudah jadi rahasia umum bahwa orang-orang kaya di Cina sering melangsungkan pernikahan mewah. Salah satu contoh nyatanya adalah artis Tiongkok yang menghabiskan $31 juta (sekitar Rp446 miliar) untuk upacara pernikahan. Biaya tersebut setara dengan royal wedding Pangeran Harry pada pertengahan tahun lalu. Kebiasaan ini menandakan kalau orang Tiongkok senang berkompetisi untuk memamerkan kekayaannya. Namun, bagi para pejabat komunis di Beijing, tren ‘Crazy Rich Weddings’ wajib diperangi. Mereka menganggap upacara boros tersebut sebagai tanda “kemerosotan moral” bangsa, dan siapa pun yang melakukan ini sudah ‘gila uang.’

Fenomena pernikahan mewah menjadi musuh baru mereka, karena mengancam struktur sosial negara. Tahun lalu, pejabat Partai Komunis Cina (PKC) memberangus industri hip-hop, melarang seniman “bermoral rendah” tampil di televisi, dan mencekal acara kuis karena telah mempertontonkan sikap “mamonisme, boros, atau sensasionalisme”.

Videos by VICE

Selain itu, mereka juga menghentikan tren sewa penari striptis untuk tampil di acara pemakaman karena “pertunjukannya mengandung unsur cabul, pornografi, dan vulgar.”

Dari semua larangan ini, kita bisa melihat satu hal spesifik yang ingin diberantas oleh Kementerian Kebudayaan, yaitu kekayaan yang terlalu dipamerkan (dan budaya pop yang menunjukkan kekayaan). Pejabat Tiongkok terobsesi menyeimbangkan ideologi komunisnya dengan tingkat kekayaan penduduknya yang meningkat.


Tonton budaya toxic yang membuat jomblo sulit dapat jodoh di Tiongkok:


Mantan pemimpin Deng Xiaoping sadar kalau tidak semua orang Tiongkok bisa mendapatkan keuntungan yang setara ketika dia menegakkan reformasi ekonomi berbasis pasar di Cina. “Biarkan beberapa orang menjadi kaya dulu,” katanya saat membahas kekhawatiran bahwa ketidaksetaraan pendapatan dan kelas ekonomi tidak sejalan dengan prinsip awal Leninis PKC.

Sejak itu, kesenjangan kekayaan di Cina semakin meningkat di mana satu persen teratas memiliki sepertiga dari semua kekayaan, sedangkan 25 persen terbawah hanya memiliki satu persen, menurut survei yang dilakukan oleh Peking University.

“Kita bisa melihat dengan jelas kalau kekayaan semakin dikumpulkan oleh orang kaya, yang mana mereka mendapat keuntungan besar dari pasar modal,” kata Lin Caiyi, kepala ekonom di Guotai Junan Securities, kepada South China Morning Post.

Semua uang ini membuat Cina menjadi salah satu negara paling kaya dan berkuasa di dunia. PKC khawatir dengan kenyataan ini. Semakin kaya orang Tiongkok, semakin tinggi seleranya. Namun, alasan kecemasan Beijing mudah dipahami apabila kita melihat betapa mudahnya keluarga tajir di Cina mendapatkan uang dari Instagram, gerai Hermes, Prada, dan Cartier yang jaraknya hanya 30 menit dari makam Mao, dan “perempuan simpanan” menjadi salah satu pekerjaan paling didambakan di daerah pedesaan Cina.

“Pemerintah sedang menghadapi konflik,” kata Michael Ouyang dari World Luxury Association di Cina kepada Washington Post. “Mereka tidak ingin memamerkan kekayaan karena takut orang yang tak mampu akan mengira itu iklan. Akan tetapi, mereka tidak mau membatasi barang mewah karena barang-barang ini menguntungkan ekonomi negara. Jadi mereka sedang dilema sekarang.”

Lalu, kenapa mereka ingin memberantas pernikahan? Kekayaan berperan penting dalam adat pernikahan di Cina. Praktik harga pengantin sudah berlaku lebih dari seabad lalu. Laki-laki harus memberikan uang kepada keluarga pengantin sebelum menikah. Menurut sebuah survei nasional yang dilakukan oleh dua perusahaan real estat, harga pengantin atau pinjin di kota-kota besar seperti Shanghai bisa lebih dari $16.300 (Rp234 juta).

Biayanya yang mahal membuat sejumlah oknum menculik perempuan dari negara-negara Asia Tenggara yang lebih miskin untuk diperdagangkan sebagai pengantin di pedesaan.

Acara lamarannya pun tak kalah mewah dari prosesi pernikahan. Lelaki muda di Cina saat ini lebih pilih melamar pacarnya di depan umum dengan cara yang sangat mahal. Laki-laki satu ini membeli 99 buah iPhone dan menyusunnya seperti bentuk hati untuk melamar kekasihnya. (Sayang, lamarannya ditolak.) Ada juga anak tajir yang memarkirkan 11 mobil mewah baru sampai membentuk hati ketika acara lamaran. (Untung saja pacarnya mau menikah dengannya.) Sementara itu, laki-laki ini membuat buket uang. (Ceweknya menerima lamarannya.)

Kalau lamarannya saja sudah lebay begini, kalian bisa bayangkan sendiri betapa heboh pernikahannya nanti. Memang sih, orang Tiongkok yang tajir dan terkenal bukan satu-satunya yang melakukan pernikahan mewah. Orang India dan Indonesia juga mengikuti tren Crazy Rich Weddings ini. Akan tetapi, memamerkan kekayaan di Cina memiliki dampak yang berbeda.

Yang jadi pertanyaan, apa mungkin pejabat komunis menghentikan sesuatu yang sudah sangat berakar di kebudayaan Cina? Pakar tak yakin mereka bisa melakukan itu. Memang mudah untuk mencekal rapper dari televisi atau mengadili pelayat yang mengundang penari striptis, tapi tradisi ini sulit untuk dihentikan.

“Tradisinya sudah dipraktikkan sejak bertahun-tahun lamanya dan semakin populer sekarang. Jadi perintah dari pemerintah tidak bisa semudah itu mengakhirinya,” kata Xu Anqi dari Shanghai Academy of Social Sciences kepada South China Morning Post.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE ASIA.