Genre Film Porno dengan Setting Akhir Zaman Mulai Banyak Peminatnya

Collage illustration of a man's bare legs behind a nuclear explosion.

Di tengah pandemi global yang belum kunjung mereda, ancaman resesi ekonomi, bencana lingkungan, serta unjuk rasa masyarakat menuntut hak-hak dasarnya dipenuhi, wajar bila ada yang merasa 2020 adalah penanda datangnya akhir zaman. Ada yang sedih, khawatir, atau malah marah membayangkan masa depan serba tak pasti.

Sebagian yang lainnya, menjelang akhir zaman, memilih untuk horni. Jumlah yang horni itu pun tak sedikit. Buktinya, kita bisa melihat semakin banyak konten pornografi di Internet yang menelusuri tema-tema akhir zaman, bencana, serta kiamat Bumi.

Videos by VICE

Bahkan, ketika ngobrol sama psikolog dan pakar seks, ternyata hasrat untuk bercinta tetap terjaga bagi sebagian manusia sekalipun sedang ada krisis mengancam. Makanya subgenre pornografi bertema akhir zaman punya peminat. Berikut sedikit panduan buat kalian yang mungkin baru mendengar istilah ‘Apocalypse Porn’.

Sejarah Singkat Apocalypse Porn

Mendefinisikan “apocalypse porn” agak susah. Sebab, subgenre yang mirip-mirip ada banyak. Mulai dari pornografi bertema bencana, bercinta di tengah puing, atau bahkan bokep dengan latar perang dan aktor atau aktrisnya pura-pura jadi tentara.

Tapi kalau memang harus membuat definisi, lebih baik kita mengambil contoh Crescendo 2012 film porno yang tayang pada 2007 lalu. Premis film ini sederhana: semua orang bercinta di sembarang tempat, setelah tahu dunia bakal kiamat (mengikuti rumor ramalan kuno Suku Maya pada 2012).

Selain film lucah tersebut, contoh lain adalah video klip lagunya Britney Spears “Till the World Ends” yang sekalipun bukan materi pornografi, tapi menggambarkan adegan orgi di akhir zaman. Begitu pula film yang dibintangi Prince berjudul “1999.” Pendek kata, apocalypse porn mengeskplorasi adegan seks yang terjadi dalam skenario manusia menjelang kiamat.

Sayangnya, kalau kalian memasukkan kata kunci “apocalypse” dan “end of the world” di situs macam Pornhub atau Xvideos, hasilnya kurang konsisten. Seringkali yang kalian temukan adalah film porno parodi Mad Max dengan latar dunia pasca-kiamat. Contohnya Apocalypse X atau parodi mesumnya Bird Box. Meski demikian, kita bisa melihat benang merah dari konten-konten yang muncul dari pencarian di Internet. Pornografi tentang akhir zaman biasanya memiliki plot yang lebih padu serta kualitas produksi di atas rata-rata.

Apakah latarnya harus ketika dunia sudah mengalami kehancuran? Tidak juga sih. Beberapa konten pornografi bertema virus corona juga bisa masuk kategori apocalypse porn, karena semangat yang diangkat adalah melampiaskan hasrat di tengah kondisi serba tak pasti. Kadang premis pornografi kayak gini jadi menggelitik. Contohnya The Load Warrior, parodi bokep film Mad Max: The Road Warrior yang menceritakan kalau di masa depan sapi pejantan pun diperah untuk air maninya, karena manusia mulai mandul.

Salah satu pelopor genre erotika akhir zaman di budaya pop adalah Satisfiers of Alpha Blue, yang rilis pada 1981. Film ini menggambarkan manusia di masa depan merasakan sensasi kenikmatan ranjang lewat simulasi komputer. Sekalipun intinya ini bokep, tapi premis yang ditawarkan menarik buat penggemar fiksi ilmiah: mulai dari esensi cinta, romansa, hingga seberapa bisa robot menggantikan peran manusia untuk urusan seks. Premis cerita serupa Satisfiers of Alpha Blue masih terus diajukan oleh film serius kekinian macam Her and Ex Machina.

Tentu alasan orang tertarik dengan genre pornografi macam ini bukan semata karena sensasi membayangkan ngewe menjelang kiamat. Ada perasaan dalam alam bawah sadar manusia, yang membutuhkan simulasi jawaban mengenai kehancuran pranata sosial dan upaya membangun kembali peradaban ketika dunia yang kita kenal sekarang berakhir.

Itu kesimpulan yang diajukan oleh Laura Helen Marks, guru besar di Tulane University yang mendalami kajian pornografi dan sejarah erotika. Film bokep bertema kiamat favorit Marks adalah Café Flesh yang rilis pada 1982. Film itu amat eksperimental untuk ukuran bokep. Ceritanya berpusat pada kondisi dunia yang porak poranda setelah perang nuklir. Mayoritas umat manusia tak bisa lagi berhubungan seks akibat radiasi. Sehingga mereka yang masih sehat diminta gabung bisnis pertunjukan seks di atas panggung untuk ditonton orang-orang.

Marks saat kuwawancarai, menyatakan ada dua esensi utama apocalypse porn yang membuat subgenre ini berbeda dari film bokep sejenis. Pertama, ada nuansa ketiadaan hukum atau kehancuran pranata sosial. Kedua, masa depan amat suram, sehingga muncul para pemberontak yang melawan pemerintah otoritarian.

“Kondisi akhir zaman membuat orang pasrah dan menyerah pada hasrat purbanya. Muncul sensasi kesenangan sekaligus insting bertahan hidup,” kata Marks pada VICE. “Sementara, sebagian genre apocalypse porn menelusuri kemungkinan di masa depan otoritarianisme menang. Sehingga orang ingin lepas dari belenggu moral, makanya mereka laris pada fantasi seksual yang tak mengatur tubuh kita hingga urusan ranjang.”

Bagi akademisi seperti Marks, minat publik pada bokep bertema akhir zaman amat wajar muncul di 2020. Dunia yang kita kenal sedang berubah drastis. Lebih banyak orang berinteraksi lewat Zoom dan kehilangan kesempatan menikmati cinta satu malam hasil nongkrong dan kenalan di dunia nyata. Bahkan, ada ilmuwan sosial yang sudah menjuluki situasi tiga bulan terakhir memicu hasrat “haus belaian“, mengingat orang-orang yang horni tapi terpaksa WFH tidak punya penyaluran selain pornografi.

“Banyak orang terdampak hingga tataran psikologis akibat kebijakan pemerintah menyuruh mereka diam di rumah. Ada aspek ketidakpastian dari swakarantina, yang membuat stimulus pornografi dengan tema seperti itu lebih menarik perhatian,” kata Kristen Mark, Direktur Lembaga Penelitian Kesehatan Seksual the University of Kentucky saat dihubungi VICE.

“Kami sempat bikin penelitian yang menyimpulkan intensitas orang berhubungan seks di tengah pandemi Covid-19 berkurang drastis. Sementara yang masih berusaha rutin melakukan seks, ada perubahan orientasi, sebab mereka kini lebih terbuka untuk menjejalahi kemungkinan seks dengan tema-tema nyeleneh. Semacam hiburan seru yang bisa membuat kita lebih optimis.”

Sebagian faktor meningkatnya minat penonton bokep terhadap genre “apoacalypse porn” juga dipengaruhi faktor gen. Menurut Psikolog spesialis seks di New York, Dulcinea Pitagora, dalam kondisi stres, tubuh manusia sangat membutuhkan asupan oksitosin dan dopamin. Keduanya bisa muncul dari respons terhadap rasa cemas serta kepuasan seksual.

“Makanya, tidak heran kalau orang gampang jatuh cinta atau horni, justru di saat mereka depresi atau stres. Karena itu dipengaruhi meningkatnya jumlah kortisol dan adrenalin dalam tubuh, yang membutuhkan hormon yang berkelabikan (yakni ositosin dan dopamin),” ujarnya pada VICE. “Dunia sedang tidak baik-baik saja dan kita tak tahu masa depan bakal seperti apa, makanya hasrat seksual adalah jalan paling gampang untuk mekanisme otak bertahan agar tidak stres.”

Bokep bertema akhir zaman juga dianggap punya nilai-nilai positif oleh Pitagora. Dia bilang, penonton bisa menstimulus otak mereka, membayangkan betapa hubungan manusia yang tulus itu amat penting bagi keberlangsungan peradaban. Kita tidak bisa sekadar ngewe demi melampiaskan hasrat doang. “Kesadaran orang-orang soal privilese mereka, misalnya punya pasangan, akan meningkat. Dengan begitu, risiko konflik dalam hubungan jadi menurun.”

Seks, salah satu sumber hiburan yang digemari manusia selama jutaan tahun eksistensi di dunia, adalah topik yang sangat wajar bersisian dengan tema akhir zaman. Sebab, seks adalah perlambang sentuhan fisik antar manusia. Yang mustahil terjadi dengan robot atau piranti alternatif lainnya. Aplikasi kencan atau VCS sekalipun tidak bisa menggantikan relasi seks.

“Pornografi selalu merupakan perwujudan ide tentang seks dalam situasi-situasi tak lazim. Namun khusus untuk apocalypse porn, ada benang merah yang cukup menarik, yakni berkurangnya sentuhan fisik, rasa intim, dan upaya perlawanan terhadap norma,” kata Marks. “Erotisme di tengah suasana akhir zaman, sekalipun nyeleneh, tapi buat saya contoh betapa luas kemungkinan produk pornografi. Sebab, konten semacam itu bisa memantik level erotisme tak terduga di tengah suasana penuh duka.”

Artikel ini pertama kali tayang di VICE US.