Penelitian terbaru mengungkapkan orang bisa tetap berkendara dengan selamat meski berada di bawah pengaruh cannabidiol (CBD) dosis tinggi. CBD merupakan senyawa kimia yang ditemukan dalam tanaman ganja.
Disampaikan oleh para peneliti Australia dari University of Sydney, temuan ini memperkuat penelitian terdahulu yang mengkaji topik serupa dan menunjukkan hasil yang sama. Mereka menemukan, konsumsi dosis harian tertinggi, yakni 1.500 miligram, tidak mengurangi konsentrasi dan kewaspadaan saat mengemudi.
Videos by VICE
“CBD umumnya dianggap ‘tidak sebabkan mabuk’, tapi efeknya terhadap aktivitas yang berkaitan dengan keamanan masih menjadi perdebatan,” terang Dr Danielle McCartney, penulis utama dari University’s Lambert Initiative for Cannabinoid Therapeutics. “Penelitian kami menjadi yang pertama mengonfirmasi, CBD aman untuk pengemudi.”
“CBD tidak memabukkan seperti [tetrahidrokanabinol] THC, senyawa utama ganja yang dapat menyebabkan rasa kantuk, euforia (teler) dan gangguan [kognitif]. Senyawa ini justru dilaporkan memberi efek menenangkan dan meredakan nyeri.”
Untuk membuktikan ini, para peneliti menugaskan 17 peserta berkendara setelah mengonsumsi plasebo atau minyak CBD dengan dosis 15, 300 atau 1.500 miligram. Tiga dosis ini yang paling umum diresepkan dokter.
Dalam simulasi, peserta awalnya diminta “menjaga jarak aman” dengan kendaraan di depannya. Mereka mengemudi di sepanjang jalan raya dan pedesaan selama 45-75 menit setelah menerima pengobatan CBD.
Para peserta diminta berkendara lagi sekitar empat jam kemudian, untuk memastikan percobaan mencakup seluruh kisaran konsentrasi plasma pada waktu yang berbeda. Masing-masing harus mengulangi proses ini setelah menjalani keempat jenis pengobatan.
Peneliti memperhatikan cara peserta mengemudi untuk melihat gangguan kognitif yang mungkin mereka alami, seperti nyetir ngepot atau “nge-drift”, sekaligus menilai fungsi kognitif mereka secara keseluruhan dan konsentrasi CBD pada plasma.
Hasilnya menunjukkan, tak satu pun dari dosis yang diuji membuat peserta mabuk maupun memengaruhi kemampuan seseorang mengemudi atau kinerja kognitif mereka.
“Akan tetapi, kami ingin menegaskan studi ini hanya mempelajari CBD secara terpisah, dan pengemudi harus tetap berhati-hati apabila mengonsumsi CBD dengan pengobatan lain,” terang Dr McCartney.
Australia termasuk salah satu negara yang mengizinkan orang berkendara di bawah pengaruh CBD asalkan dosisnya diresepkan oleh dokter. Di New South Wales, misalnya, pengguna CBD boleh menyetir mobil selama mereka tidak mengalami “kerusakan” akibat kelelahan atau tekanan darah rendah setelah mengonsumsi produk ganja tersebut.
Para peneliti Maastricht University di Belanda memiliki kesimpulan serupa. Diterbitkan pada 2020, penelitian mereka mengadakan simulasi mengemudi pada 26 peserta yang menghirup empat jenis ganja uap yang mengandung berbagai campuran CBD dan THC.
Ini penelitian pertama yang menyelidiki dampak CBD pada kemampuan mengemudi para penggunanya, dan memberikan hasil yang menjanjikan di tengah meningkatnya popularitas produk ganja obat.
Follow John di Twitter.