Penelitian: Orang Ganteng dan Cantik Sering Kesulitan Saat Cari Kerja Pertama Kali

Artikel ini pertama kali tayang di VICE Australia.

Kalian mungkin tak perlu kaget. Sebetulnya sangat susah hidup sebagai orang ganteng atau cantik. Jangan dikira punya tampang enak dilihat selalu memberi kemudahan lho. Apalagi sekarang telah ada penelitian terbaru yang memastikan asumsi saya sejak lama: orang yang ganteng atau cantik malah susah buat cari kerja, khususnya buat pekerjaan yang gajinya tidak besar ketika status mereka masih fresh graduate. Bayangin, kamu ikutan jobfair kampus, punya perut sixpack, kulit mulus, gigi putih sempurna, atau rambut indah justru membebani.

Videos by VICE

Penelitian ini, dipublikasi oleh the American Psychological Association, memang berseberangan sama anggapan umum yang bilang orang cantik atau ganteng gampang buat cari kerja. Yang benar, berkah fisik ganteng atau cantik hanya akan membantu sesudah mereka mapan di bidang pekerjaan tersebut. Artinya kalau anda sudah jadi CEO atau minimal manajer, penampilan menarik sangat membantu kelancaran karir. Sebaliknya, mau wajahmu bagai pinang dibelah dua dengan Hamish Daud atau Raisa, ketika kamu baru lulus kuliah, tampangmu yang imut malah menghambat proses pencarian kerja.

“Penelitian ini menemukan kesimpulan bahwa orang berpenampilan menarik sangat mungkin mengalami diskriminasi ketika melamar ke beberapa bidang pekerjaan, terutama sektor yang kurang diminati di bursa kerja,” kata Margaret Lee sebagai kepala penelitian ini dalam keterangan pers tertulis.

Hasil dari penelitian Lee dkk mengakui orang berparas cantik atau ganteng cenderung mudah mendapat pekerjaan yang punya kesan keren, sementara orang yang penampilannya kurang menarik gampang buat dapat pekerjaan yang kurang prestisius, bergaji rendah, atau tidak terkesan bergengsi.

Lee menjelaskan dari sudut pandang pemberi kerja, pelamar yang berusaha tampil semenarik mungkin secara fisik dikesankan memiliki ambisi pribadi besar. Dengan kata lain, orang menarik terlihat punya standar yang tinggi. Dampaknya, sangat sedikit perusahaan mau merekrut orang dengan standar tinggi macam itu (karena diasumsikan mereka harus make up dan merawat tubuh supaya terus terlihat menawan) untuk pekerjaan yang kasar.

Lee dan rekan kerjanya dari London Business School melakukan penelitian ini melibatkan 750 subyek penelitian. Para peneliti mengkaji foto pelamar kerja, dari orang-orang yang dianggap berwajah menarik dan yang kurang menarik.

Tiap responden mewakili perusahaan diminta merespons foto-foto tersebut, mana yang mudah mencari pekerjaan kasar (seperti kerja di gudang, menjadi asisten rumah tangga, dan customer service) dan mana yang mudah menjadi pekerjaan yang banyak diminati (jadi manager, atau magang disebuah perusahaan ternama).

“Kami menemukan kesimpulan yang konsisten, bahwa para informan penelitian ini menganggap orang berpenampilan menarik kurang puas dengan pekerjaan kasar di sektor yang kurang diminati,” kata Lee.

“Ketika mau merekrut pekerja, para pembuat keputusan di bidang pekerjaan yang kurang diminati akan memilih orang yang penampilannya kurang menarik. Bahkan ketika HRD bersiap merekrut manajer baru.”

Tentu saja penelitian ini menyiratkan satu masalah besar. Kan tidak mungkin semua orang yang ganteng dan cantik dapat pekerjaan bergengsi. Ada yang harus berjibaku dulu dari bawah dari lantai ruang produksi pabrik. Jadi anak bawang di kantor yang pekerjaannya masih disuruh-suruh. Masak orang berparas menawan lulus kuliah semuanya diminta langsung jadi manajer atau analyst atau VP apa gitu? Emang perusahaan kakeknya?

Sedih! Buat HRD yang baca ini, sekali-sekali rekrut orang yang ganteng atau cantik ya buat pekerjaan kasar. Semua orang berhak atas kesempatan yang sama jadi anak bawang. Tak peduli seperti apapun tampangnya.