Artikel ini pertama kali tayang di Broadly.
Lebih dari satu juta orang turun ke jalan di Amerika Serikat membela hak wanita dan keseteraan gender, serta mengecam kata-kata seksis Donald Trump di masa lalu. Partisipasi ini menjadikan Women’s March sebagai protes terbesar yang digelar dalam sejarah upacara pelantikan presiden Amerika Serikat. (Persetan dengan apapun yang dikatakan penasihat Kellyanne Conway, jumlah peserta adalah fakta yang tak bisa didebat—bukan “fakta alternatif ” yang sering dipakai oleh tim Presiden Trump mendiskreditkan kalangan oposisi.)
Protes ini awalnya cuma dirancang Washington D.C, namun banyak perempuan yang ikut melakukan march di berbagai negara lainnya. Di London, lebih dari 100.000 orang melakukan pawai, membuat lalu lintas di Ibu Kota Inggris itu kacau balau. USA Today memperkirakan ada lebih dari 2,5 juta orang yang ikut serta dalam Women’s March di seluruh penjuru dunia, meski menurut pengakuan penyelenggara Women’s March, jumlah aslinya bisa mencapai 4,6 juta orang.
“Hari ini, jutaan orang berkumpul di kota-kota di seluruh dunia untuk membela hak-hak asasi manusia,” ujar penyelenggara Women’s March dalam sebuah unggahan di Twitter. “Ini bukan sebuah aksi sehari saja. Ini hanyalah awal sebuah gerakan untuk melindungi, membela dan memajukan hak asasi manusia, bahkan jika kami harus menghadapi tindakan keras.”
Berkat bantuan beberapa kontributor dari seluruh penjuru dunia, kami mendatangi unjuk rasa di enam negara berbeda guna mendukung perjuangan kawan-kawan mereka di negeri Paman Sam.
Semua foto dan Wawancara di Berlin oleh Maansi Jain.
BERLIN, JERMAN Christine (kiri), 36, dari Irvine, US Aku tak setuju tentang pandangan Trump terhadap hak difabel dan beberapa pemotongan anggaran yang rencananya akan dilakukan di AS. Sekarang aku sedang mengandung. Aku kesel banget karena aku sangat bergantung terhadap Obamacare dan aku tahu beberapa teman yang sama sepertiku. Sekarang, Obamacare mungkin akan dihapus. Mengerikan sekali.
Birgit, 58, dari Berlin, Jerman Bagi semua perempuan: Kalian tidak sendiri dan ini bukan masalah yang terjadi di AS. Aku sering ikut turun ke jalan untuk memperjuangkan hak perempuan selama 40 tahun. Kami tak akan mengizinkan Trump atau siapapun menginjak-injak hak kami. Perjuangan kami sudah membawa kami ke sini dan kami berniat untuk terus melakukannya. Seksisme itu akan tetap ada, dengan atau tanpa Trump. Trump cuma bikin seksisme kedengeran oke buat orang awam.
Abeni, dari Santa Ana, AS Aku tinggal di sini. Aku bekerja di lingkungan kerja yang didominasi oleh kaum laki-laki. Aku cuma mau bilang pada kaum perempuan di AS: Kalian bisa melakukannya! Yang perlu kita lakukan adalah bersatu dan saling mendukung satu sama lain. Aksi ini menunjukkan bahwa mereka mendapatkan dukungan dari seluruh penjuru dunia. Mayoritas orang Jerman membenci Trump—banget!. Mereka selalu bilang kepadaku pas mereka tahu kalau aku dari Amerika Serikat. Kami akan bisa membongkar batasan yang menghalangi kami. Hillary dan Michelle sudah memulainya. Banyak perempuan lainnya juga telah berusaha mendobraknya sebelum mereka. Ini cuma halangan kecil…kami akan bisa melewatinya.
Firna, 22, Indonesia Sekarang adalah masa-masa sulit. Kita harus bersatu, persatuan yang melampui segala perbedaan. Itu yang penting. Kami dari seluruh penjuru dunia berada di belakang kawan-kawan kami, perempuan di Amerika Serikat. Para perempuan di AS itu berada di garis depan perlawanan terhadap kebencian dan narasi yang dikembangkan Trump. Kami mendukung mereka sepenuhnya.
Semua foto dan wawancara di Sydney oleh Sean Foster.
SYDNEY, AUSTRALIA Belle, 39, datang bersama kedua anak perempuannya Misha Elsie, dari Sydney, Australia Melahirkan dan menjadi seorang ibu membuka mata saya tentang betapa pentingnya hak-hak perempuan. Bagiku, hak asasi manusia dan persoalan lingkungan itu saling berhubungan. Dengan turun ke jalan bersama seperti ini, kita akhirnya bisa membuat pernyataan tentang seperti apa dunia yang ingin kita tinggali—dan sebagai ibu sepasang anak perempuan, semua ini tentang bagaimana membesarkan perempuan yang liar, kuat lagi penuh semangat dalam menyuaakan pendapat dan visi mereka.
Latch, 35, dari Brisbane, Australia Kita harus terus berjuang. Perlahan-lahan. Semua ini tak akan beres dalam waktu semalam—kekerasan dalam rumah tangga tak akan hilang dengan sendirinya. Semua masalah ini tak berhenti begitu saja. Hal sekecil apapun yang kita lakukan dalam skala global akan sangat membantu. Pokoknya, apapun yang kamu lakukan itu sudah jauh lebih baik daripada bengong nonton TV di rumah dan berharap semua masalah perempuan terselesaikan. Perempuan Amerika, kuatkan diri kalian. Tak usah khawatir tentang hasil pilpres kemarin dan apa yang terjadi setelahnya, kita lebih kuat dari yang kita duga.
Paige, dari Santa Monica, AS Papan yang saya bawa, satu sisinya ada tulisan “Pussy grabs back” dan sisi lainnya bertuliskan “Resist.” dua-duanya berkata tentang banyak hal. Menurutku, kita harus melawan dan melakukan sesuatu, sekecil apapun itu. Aku bahkan sampai membuka skype dan ngobrol degan seorang senator AS. Hal-hal seperti ini lebih mudah dilakukan saat ini, jauh lebih gampang dari yang kita kira. Orang-orang telah banyak terlena—Australia juga terlena—sekarang saatnya kita semua bangun dan melakukan sesuatu. Kita bisa kok membuat perbedaan. Ingat selalu ada dua sisi mata uang—kita toh sudah lihat apa yang terjadi AS dengan Trump dan protes terhadapnya. Yang harus kita lakukan adalah berjuang bersama, terus melawan dan saling mencintai satu sama lain.
Semua foto dari Amsterdam oleh Frederieke van der Molen dan wawancara oleh Aysha van Gorp.
AMSTERDAM, BELANDA Linda, 21, dari Breda, belanda Aku salah satu pengacara muda di CHOICE for Youth and Sexuality , sebuah organisasi yang memperjuangkan hak kesehatan seksual dan remaja di seluruh penjuru dunia. Namun, alasan utama aku ada di sini adalah karena dunia makin rasis saja dari hari ke hari. Alasan lainnya karena kulitku hitam dan aku seorang muslim. Aku turun mewakili kaum minoritas karena semua orang berhak diperlakukan dengan adil. Aku harap karena protes ini terjadi di mana-mana, aspirasi kami bisa didengar. Dan yak, memang ada orang-orang seperti Trump dan (politikus kanan ekstrem Geert) Wilders yang wajib kita khawatirkan. Tapi, aku juga berharap semua orang tak lupa bahwa mereka bisa jadi apapun yang mereka mau. Kita berbeda-beda tapi satu jua.
Mees dan Paloma, 16, dari Amsterdam, Belanda Mees: Aku berharap di masa depan dunia menjadi sebuah tempat yang menyenangkan, tempat anakku bisa tumbuh dewasa tanpa aku harus khawatir akan terjadi apa-apa dengan mereka. Aku juga berharap orang mulai kembali saling mencintai alih-alih saling membenci, kita akan sebarkan cinta ke semua mahluk di muka bumi ini. Kita harus menyadari bahwa planet ini tak baik-baik saja dan kita harus melakukan sesuatu.
Paloma: Aku setuju. Aku tipe orang yang datang ke demo karena aku ingin suaraku bisa didengar. Terutama di dunia seperti sekarang ketika semua kekuasaan ada di tangan pemerintah. Aku ingin ini berubah. Kita harus mulai memikirkan apa yang tengah terjadi di dunia ini dan menggunakan suara kita untuk mengubahnya. Ini alasan saya ikut protes ini.
Nina, 26, dari Amsterdam, Belanda Selama tahun 2016, aku merasakan energi negatif dan polarisasi di sekitarku. Aku enggak mau ini terjadi di dunia ini. Makanya aku ada di sini. Aku berusaha membawa energi positif dan menciptakan kondisi positif juga. Ketakutan terbesarku adalah karena kebencian yang menyebar di dunia, hubungan baik antar tiap penduduk bumi akan hilang. Mereka akan diadu domba. Dan rasa saling memahami akan musnah.
Semua foto dari Toronto oleh Jake Kivanç; wawancara oleh Sarah Hagi.
TORONTO, KANADA Mary (kiri), dari Toronto, Kanada Menurutku penting perempuan berkumpul di sini. Kita ke sini untuk memprotes Trump dan orang-orang yang bersikap seperti Trump—orang-orang yang engga mau menghargai perempuan dalam berbagai latar belakang. Hari ini aku juga memainkan drumku dan kelompokku berpartisipasi pada acara apapun yang berhubungan dengan keadilan sosial. Aku di sini untuk mendukung Black Lives Matter juga. Nyawa-nyawa orang kulit hitam jelas berarti. Selalu. Kita berdiri di sini untuk melawan segala bentuk penindasan.
Zack dari Toronto, Kanada Aku di sini karena aku tahu pentingnya mengkomunikasikan kepada Trudeau bahwa kita perlu menunjukkan dukungan pada kejadian di AS. Aku di sini untuk banyak isu; tidak ada yang terlalu spesifik. Aku khawatir tentang [politisi Kanada konservatif seperti Kelly leitch dan Kevin O’Leary] tapi aku berharap bahwa mekanisme pemilihan di negara kita engga membawa kita ke nasib yang sama seperti yang dilamai warga Amerika.
Kate (kanan), dari Guelph, Kanada Aku menyadari banyak apati. Aku rasa semua orang hanya terkaget-kaget dengan apa yang terjadi di AS dan terkaget-kaget dengan backlash rasisme dan segala misogini yang kita kira tidak ada, tapi ternyata ada. Kita di sini untuk protes, dan aku juga membawa serta keluargaku. Aku mau memberi contoh pada anak laki-lakiku bahwa ada harapan atas terciptanya dunia yang lebih baik. Aku di sini untuk kesetaraan, cinta, dan kedamaian di masyarakat. Ketimpangan ini terjadi di mana-mana, dan aku rasa kemenangan Trump menunjukkan hal itu pada dunia. Ini adalah protes pertamaku, dan aku memang merasakan tanggung jawab untuk melakukan ini.
Grrrl Justice Toronto, dari Toronto, Kanada Penting banget bagi kita di Kanada untuk mengakui bahwa isu yang diangkat di Washington hari ini bukanlah isu baru. Ketidakadilan sosial telah berlangsung selama ratusan tahun. Sebagai Grrrrl Justice kami di sini untuk membicarakan rasisme, seksisme, kolonialisme, dan ableisme—segala sistem penindasan yang saling terhubung dan berdampak besar bagi hidup banyak perempuan. Tipe retorika yang kita dengar di AS tidak unik bagi mereka; kita mendengar rasisme, seksisme, dan segala bentuk opresi yang terjadi di Kanada dengan cara yang berbeda-beda. Kita baru saja menyaksikan perdana menteri kita menandatangani perjanjian pipeline melawan persetujuan warga pribumi, jadi isu-isu ini terjadi setiap hari.
Semua foto Spanyol milik Alejandra Núñez dan wawancara oleh Anna Pacheco.
BARCELONA, SPANYOL Shaina, 29, dari New York, AS Aku datang karena aku seorang feminis, anarkis, dan anti-rasis. Dan karena aku ingin sesama feminis sama-sama memikirkan bagaimana cara kita bisa hidup di dunia yang lebih baik, sebuah dunia yang aman dans etara untuk kita semua. Donald Trump adalah seorang rasis dan misoginis, tapi kita perlu tahu bahwa yang dia bicarakan itu tidak baru. Dia adalah bagian dari sistem. Meski dia sangat vokal akan hal itu, kita perlu ingat bahwa masalah-masalah ini selalu ada. Itulah mengapa masalahnya tidak akan berhenti di sini. Protes ini akan berlangsung terus.
Mimi, 20, dari California, AS Aku protes untuk semua perempuan yang telah dilecehkan, yang telah dipermalukan atau direndahkan dengan cara apapun. Untuk semua perempuan yang sangat membutuhkan pengakuan hari ini. Aku juga berharap bisa cukup berani dan kuat untuk melakukan hal-hal yang dilakukan para laki-laki, suatu hari nanti. Donald Trump adalah laki-laki yang kasar dan kurang ajar. Aku pengin kembali ke AS untuk bersatu dengan para perempuan dan warga minoritas. Aku engga mau terus-terusan kabur atau pergi. Aku musti mengupayakan hak-hak perempuan.
Sophie, 28 Kalau kita pengin sukses, kita mesti bersatu dan mengupayakan hak-hak perempuan, bersama dengan para laki-laki. Patriarki menghancurkan kita semua, perempuan dan laki-laki. Kita juga harus mendukung gerakan-gerakan lainnya, seperti Black Lives Matter, dan hak-hak LGBTQ, dan memberantas ableisme. Kesetaraan adalah tentang inklusivitas dan sistem kepercayaan yang menindas satu kelompok dengan mekanisme yang sama untuk menindas kelompok-kelompok lain. Kita engga bisa mencapai kesetaraan paripurna sampai kita mulai menganggap serius perbedaan yang membentuk masyarakat kita. Hal ini mulai dengan melek.
Semua foto dan wawancara oleh Bekky Lonsdale.
LONDON, BRITANIA RAYA Chrystal, 21, dari Washington DC, AS [Pesan saya untuk warga Amerika adalah] untuk hidup di atas urusan remeh-temeh. Mudah banget untuk menyerah pada kebencian, tapi selalu ingat bahwa ada orang-orang baik di luar sana, dan pada dasarnya aku rasa orang-orang terlahir baik. Hal buruk terjadi pada mereka terus mereka jadi setan deh.
John, 80, dari London, Britania Raya Ibuku lahir di tahun 1896—dia bekerja seumur hidupnya, bekerja untuk orang lain sambil mengurus anak-anaknya. Dia bukan orang yang bahagia; terlebih dalam pernikahannya. Aku mengamati saudara-saudara perempuanku dan aku pikir, mereka berhak mendapatkan lebih. Tapi perjalanan masih jauh. Ada Kita punya permasalahan upah perempuan. Jelas ada jurang. Coba lihat sekeliling deh, amati keluargamu sendiri: Siapa yang mengurus anak-anak tanpa digaji; membersihkan rumah? Siapa yang diharapkan menyediakan dukungan emosional? Siapa yang memikul beban itu semua?
Anabel, 25, dari Bristol, Britania Raya Kita akan meninggalkan Uni Eropa dan rasanya ini adalah sebuah kesempatan lain di maan kita bisa menyuarakan kekhawatiran kita tentang dunia. Jadi aku bergabung protes, aku juga punya teman dari Amerika yang ke sini, dan kita menunjukkanbahwa kita menudukung orang-orang di Amerika dan bahwa kita ada untuk mereka. Aku rasa [PM Inggris, Theresa] May akan meninggalkan [Uni Eropa] dan dia sepertinya pengin punya hubungan spesial dengan Trump. Jadi [kita] di sini untuk bilang, “May, serious deh—kita engga akan mundur. Kita engga akan membiarkan ini terjadi.”
Emily, 18 Aku percaya pada demokrasi—meski hasilnya jadi taik, aku rasa kita engga bisa diem-diem aja dan nonton ini terjadi. [Kemenangan Donald Trump] hal yang menyedihkan. Ini adalah hal tragis dan payah; ini seperti menonton sebuah negara menghancurkan dirinya sendiri.
Kita mesti membawa vagina [papan di belakang] ke [distrik perbelanjaan] Oxford Street dan kita mendapatkan reaksi yang cukup positif, kita hanya ketemu dua orang yang bilang, “kamu sangat engga patut” atau “fuck off” tapi ya, bodo amat!