FYI.

This story is over 5 years old.

Eksperimen Sosial

Saya Seharian Menggoda dan Catcall Cowok-Cowok di Jalanan

Saya keliling Kota Los Angeles, ngasih “pujian” verbal yang tak diinginkan ke laki-laki, seperti biasanya dialami perempuan. Hasilnya aneh banget....
Saya Seharian Menggoda dan Catcall Cowok-Cowok di Jalanan
Semua foto oleh Justin Caffier.

Artikel ini pertama kali tayang pada 22 November 2014, tapi karena substansinya keren kita publikasikan ulang.

Kelompok aktivis Hollaback pernah merilis video yang langsung menjadi bahan omongan banyak orang. Video viral itu menampilkan praktik catcalling terhadap perempuan, membuat banyak orang tersadar akan serangan verbal yang dihadapi perempuan setiap harinya. Sesuai dugaan, banyak laki-laki memprotes video tersebut—pakai hashtag #notallmen segala Mungkin memang mustahil bagi laki-laki untuk memahami teror catcall dari sudut pandang perempuan. Lagi jalan santai terus tiba-tiba merasa terancam secara seksual bukan sesuatu yang bisa disimulasikan. Namun, sebagai cowok yang tidak pernah melakukan catcalling, saya kira ada hal yang bisa dipelajari dari pola pikir orang-orang yang terbiasa ngegodain perempuan di jalan. Jadi, saya memutuskan mencobanya sendiri. Namun, alih-alih saya catcalling perempuan di jalanan, saya akan mengarahkan perhatian saya pada laki-laki lain.

Iklan

Saya merekrut seorang kawan untuk menemani saya ke area trotoar padat LA, yaitu Hollywood dan Highland, di mana turis dan warga sekitar berusaha sebisa mungkin menghindari sapaan, yang lebih seperti godaan, orang tak dikenal.

Kawan saya akan jadi fotografer untuk ikhtiar ini, namun yang lebih penting adalah, sebagai perempuan, dia punya banyak pengalaman dicatcall dan bisa memberi tahu saya apa yang sebaiknya saya katakan pada target-target saya. Kami menemukan sebuah langkan, di situlah saya memulai latihan.

Saya memulai catcall dengan cukup kikuk.

"Hei. Apa kabar?" tapi enggak ada reaksi. Saya perlu lebih aktif. "Hei? Elo mau ke mana?" Nah, kata fotografer saya, ini udah lumayan. Tapi masih butuh dipoles lagi, sedikit. Selama satu jam selanjutnya saya melatih teknik saya dengan laki-laki yang lewat. Kebanyakan kaget karena ada orang asing (saya) yang membuyarkan lamunan mereka dan ngajak ngobrol. Mungkin karena bingung, mereka hanya membalas "Oh, hai" atau "makasih." Yang lainnya menunduk dan berjalan lebih cepat, seakan-akan takut ada orang sinting yang memaksa mereka berinteraksi atau, lebih parah lagi, meminta receh.

Saya paham sama respons mereka. Ketika saya sedang jalan dan ada orang tak dikenal ngajak ngobrol, pastinya enggak akan saya waro'. Atau saya bahkan menyentuh earphone sebagai tanda "gue enggak bisa denger elo ngomong apa cuy." Saya tahu perlu berusaha lebih keras supaya cowok-cowok tadi dengar kalau lagi digodain.

Iklan

"Cowok, senyum dong!" Itu adalah frasa yang umum didengar perempuan saat berjalan kaki. Namun, saya kok malah dapat reaksi positif dari beberapa laki-laki. Hanya sebagian kecil yang mengabaikan saya, tapi mayoritasnya nengok dua kali dan beneran kasih senyum. Mungkin laki-laki enggak menganggap catcall seperti itu tidak pantas (dan mungkin itulah masalahnya). Dan mungkin mereka juga perlu sedikit semangat untuk menjalani hari. Atau mungkin laki-laki beneran dari Mars. Atau mungkin juga, mereka belum pernah dibilangin kayak begitu oleh 100,000 laki-laki lain selama hidupnya. Faktor turis boleh jadi merusak sampel saya, sih. Tidak semua yang saya catcall sedang di jalan ke atau dari kantor. Terlalu banyak turis tajir yang sedang liburan, dan justru senang ketika ada kesempatan ngobrol dengan warga lokal (saya).

i-spent-a-day-catcalling-men-952-body-image-1416534521

Akhirnya ada yang nanggepin upaya saya catcall, si cowok imut pakai jaket.

Saya mulai catcall, bilang "jaketnya keren amat, bang," dengan nada serius biar dia tahu saya tidak sedang main-main. Tapi yang ada malah dia senyum, bilang makasih, lalu malah nanya-nanya balik soal LA dan kegiatan seru yang mereka bisa lakukan di sini dan apakah saya mau motretin mereka dekat bintang Marilyn Monroe? Duh gusti, kenapa jadi begini. Ini mah namanya, sang pelaku berubah jadi korban. Saya atur tustel dan cekrek! Pada awalan sesi catcalling kedua, orang Australia sampai berhenti jalan ketika saya tanya "gimana hari ini?" Dia berdiri dekat banget dengan tempat saya duduk, menawarkan saya rokok, ketika saya memberi kode ke kawan fotografer supaya memotret. Saya menolak rokoknya dan terpaksa ngobrol sama dia deh.

Iklan
i-spent-a-day-catcalling-men-952-body-image-1416592589

Ada juga cowok Australia yang noleh.

"Ngapain di sini?" dia bertanya.
"Ya nongkrong aja sih."
"Ntap, gue sama anak-anak abis dari Meksiko."
"Ngapain dah di sana?" saya tanya pertanyaan bodoh.
"Main aer. Terus party lah."
"Hoo gitu."
"Jadi bro," sambil menurunkan suaranya, "elo lagi ada gituan enggak?" Lha, kok aneh. Dia kayaknya mau narkoba. Dikira gue pengepul kali ya—atau malah BD? Duh, meski saya enggak ngerti persisnya dia mau apa, saya bilang aja "enggak." Tanpa ba-bi-bu, dia langsung cabut. Ternyata, pertanyaan soal narkoba bukan interaksi teraneh saya hari itu.

Sehabis warga Australia itu pergi, laki-laki paruh baya yang membagi-bagikan brosur bis tur menghampiri saya setelah saya bilang "wih, mantep tuh." Dia mengenakan rompi safari dan topi koboi dan mirip banget sama Larry Davis.

i-spent-a-day-catcalling-men-952-body-image-1416534565

Larry

"Saya boleh tanya sesuatu? Boleh ya? Tapi kamu jangan marah, janji ya?"
"OK deh," saya bilang. Dia mau nanya apa coba, apakah saya gay? Apakah ini kelakar?
Ternyata, yang dia bertanya: "Menurutmu presiden ini gimana?"
Duh, gusti. Amit-amit. Saya tahu banget maksudnya apa. Ini enggak ada hubungannya dengan catcalling. Dia hanya butuh orang buat dikuliahin soal politik. Saya enggak akan mengulang setiap hal yang Larry mansplain pada saya, jadi saya rangkum aja ya.

  • Christopher Hitchens menulis sebuah buku tentang Presiden Clinton memerkosa empat perempuan: "Bill Cosby enggak ada apa-apanya deh. Monster sesungguhnya adalah Bill Clinton!"
  • Kita bego banget soal menangani ISIS: "Warga Amerika dipenggal setiap hari dan semua orang di sini cuma ngomel, 'Duh, mana Starbucks gue?!'"
  • Howard Stern dan kawan-kawan punya selera humor bagus: "Kita tuh mesti berani melanggar batas kayak Sal dan Richard."
  • Dia jago banget menggaet perempuan: "Tau enggak kenapa saya masih ganteng di usia 65 tahun? Karena saya cuek banget." Larry benar-benar bikin saya terkejut.

Iklan

Saya sadar, saya enggak bisa melanjutkan eksperimen di lokasi ini, karena Larry udah ngaco banget. Jadi saya dan fotografer sekaligus pelatih saya pergi ke lokasi baru.

i-spent-a-day-catcalling-men-952-body-image-1416534595

Laki-laki yang balik lagi buat mejeng bareng kawan saya

Lagi ada tren muncul di sudut Los Angeles yang saya datangi belakangan: Laki-laki yang menjadi korban catcalling saya langsung balik lagi untuk berkedip, ngasih senyum, atau ngobrol sama kawan saya. Perlu dicatat bahwa kawan itu berdiri tidak dekat dari saya, pura-pura main ponsel. Jadi saya tidak menunjukkan bahwa kawan saya itu minta tolong saya godain para laki-laki ini ya. Tapi, perhatian yang saya berikan dengan cepat diabaikan dan mereka malah melancarkan serangan-serangan verbal serupa pada kawan saya itu. Dia bahkan ngechat saya untuk mendokumentasi bahwa dua kali dia dibilangin "hai, cewek" saat berjalan ke arah mobilnya. Saya tidak tahu apa sebenarnya yang saya pelajari dari eksperimentasi menyelam ke lautan catcalling yang menimpa perempuan setiap hari. Tidak ada yang marah ke saya, atau bilang saya homo atau bencong, yang sebenarnya lumayan membahagiakan.

Rasanya saja aneh untuk melihat betapa banyak laki-laki merespon sapaan saya secara positif. Mungkin mereka enggak merasa saya akan melakukan lebih dari sekadar menyapa, jadi enggak merasa terancam. Atau karena saya tidak terlihat seperti tukang catcall pada umumnya. Sejujurnya, saya tidak tahu.

Saya tetap percaya bahwa catcalling itu hal buruk untuk dilakukan, dan jika kamu tidak bisa menemukan cara lain untuk bertemu dan bersosialisasi dengan orang asing, mungkin sudah pantasnya kamu sendirian saja. Yang membuat cukup kaget adalah, orang-orang mau menimpali catcall saya. Saya kira, saya akan diabaikan 99 persen laki-laki yang saya catcall. Namun mungkin tukang catcall ini memiliki ekspektasi yang sama rendahnya dengan saya. Mungkin mereka hanyalah anjing besar yang dungu, yang mengejar-ngejar mobil dan bingung mesti ngapain saat mereka berhasil menangkapnya.

Follow Justin Caffier di Twitter .