The VICE Guide to Right Now

Kata Penelitian: Orang Ateis Lebih Suka Memelihara Kucing yang Berlagak Bak Tuhan

Sifat kucing yang misterius dan sulit dimengerti, ternyata mampu menaklukkan hati orang yang tak percaya Tuhan.
Shamani Joshi
Mumbai, IN
Orang Ateis Lebih Suka Memelihara Kucing yang Berlagak Bak Tuhan
Foto ilustrasi oleh  Paul Hanaoka / Unsplash

Sejak dulu, kucing sering dianggap sebagai dewa. Buktinya mereka disembah dan diistimewakan pada peradaban Mesir kuno. Dengan demikian, tak mengherankan apabila studi yang diterbitkan dalam Journal for the Scientific Study of Religion mengungkapkan, orang ateis cenderung lebih memilih kucing sebagai hewan peliharaan mereka.

Dilakukan oleh Samuel Perry dari Universitas Oklahoma, penelitian ini menemukan orang Kristen yang bersembahyang lebih dari sekali dalam seminggu memelihara rata-rata 1,4 kucing. Sementara itu, orang yang tidak religius memiliki rata-rata dua kucing. Hasil survei yang diikuti 2.000 peserta menyimpulkan rata-rata orang suka mencari apa yang didapatkan dalam agama pada hewan peliharaan.

Iklan

"Kita memelihara hewan sebagai teman, dan mereka memberikan interaksi khusus kepada manusia," kata Perry saat diwawancarai The Times. Dia menjelaskan orang yang patuh pada ajaran agama mendapatkan interaksi sosial yang memadai, sehingga mereka jarang memelihara kucing.

Perry juga menekankan kucing mampu membuat pemiliknya ‘menyembah’ mereka karena sifat sulit dimengerti tadi dan kecenderungan dicintai dengan caranya sendiri. Pemilik mati-matian mendapat perhatian mereka. Sang peneliti membandingkan sifat ini dengan yang dimiliki anjing.

Tak seperti anjing yang mendewakan pemilik, kucing biasanya menganggap diri sendiri segala-galanya. Oleh karena itu, penelitian menyimpulkan kurangnya simbol agama dalam kehidupan orang ateis, membuat mereka beralih ke kucing.

Follow Shamani Joshi di Instagram.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE India