Rancangan istana kepresidenan dalam proyek pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) ke Kalimantan Timur, diklaim sudah mendapat persetujuan formal dari Presiden Joko Widodo. Karya yang terpilih adalah rancangan perupa kenamaan asal Bali, Nyoman Nuarta. Kabar tersebut disampaikan langsung oleh seniman berusia 70 tahun itu, lewat akun Instagram pribadinya pada 5 Januari 2022.
Mengacu pada caption di postingan tersebut, Nyoman Nuarta mengaku sudah diundang melakukan presentasi rancangan desain istana anyar pada 3 Januari lalu. Dalam presentasi tersebut, selain RI-1, turut hadir Mensesneg Praktikno serta Menteri PUPR Basuki Hadimuljono.
Videos by VICE
Adapun mengutip Liputan6.com, Nyoman Nuarta menyatakan desain istana dan lingkungan penunjangnya menerapkan prinsip nilai-nilai khas Indonesia. ”Terima kasih atas segala dukungannya untuk dapat menciptakan karya orisinil yang tidak dipengaruhi kaidah-kaidah arsitek kolonial,” ujar Nuarta.
Kabar terpilihnya desain buatan Nyoman Nuarta untuk istana di Ibu Kota baru sudah beredar sejak Maret 2021. Namun, desain yang beredar kala itu mendapat banyak kritik. Istana negara dalam desain lama berbentuk seperti burung garuda raksasa yang nampak seram, dan mendapat olok-olok netizen.
Menanggapi kritik netizen kala itu, Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Diana Kusumastuti mengonfirmasi rancangan yang beredar di medsos statusnya belum final.
“Tahapan selanjutnya, basic design, lalu ada perencanaan lagi. Jadi, masih panjang prosesnya jadi kami masih mengatur itu. Karyanya sudah mendekati, finalnya itu masih proses, sampai Agustus [2021],” kata Diana dilansir Tempo.
Artinya, jika dibandingkan, memang sudah tampak ada perbedaan konsep yang beredar tahun lalu, dengan yang baru-baru ini dipamerkan Nyoman Nuarta. Masih ada kesan bangunan utama istana berupa burung garuda, namun tidak setegas desain awal. Selain itu, ruang terbuka hijau juga diperbanyak dalam desain dari sudut pandang udara (bird view). Akan tetapi, respons sebagian netizen juga masih belum hangat terhadap konsep istana yang terkini. Muncul pula polemik di medsos, mempertanyakan apa definisi lepas dari kaidah arsitek kolonial, seperti disampaikan Nyoman Nuarta.
Merujuk laporan Tirto, desain Nyoman Nuarta itu bersaing dengan beberapa rancangan arsitek lain yang juga diundang pemerintah untuk berpartisipasi dalam sayembara terbatas proyek IKN. Total ada 12 konsep gedung yang disayembarakan, melibatkan nama-nama tenar seperti Andra Matin, Supie Yolodi, Yori Antar, Nyoman Nuarta, hingga Sibarani Sofian.
“Kami hanya diberi waktu 12 hari untuk mewujudkan konsep gagasan desain dalam bentuk visual, dan harus membuat sekaligus 12 konsep desain,” kata Nyoman Nuarta lewat keterangan tertulis pekan lalu.
Nyoman lebih dikenal sebagai pematung, alih-alih arsitek. Meski demikian, Diana sempat menjelaskan Nyoman Nuarta terpilih karena dia seorang pematung yang memiliki “jiwa arsitek”. Salah satu karya Nyoman Nuarta yang kondang adalah proyek Garuda Wisnu Kencana di Bali yang menelan biaya triliunan dan sempat molor pembangunannya.
Desain awal istana kepresidenan yang beredar tahun lalu turut dikritik asosiasi arsitek. Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), Green Building Council Indonesia (GBCI), Ikatan Ahli Rancang Kota Indonesia (IARKI), Ikatan Arsitek Lanskap Indonesia (IALI), dan Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia (IAP) bersatu padu merilis pernyataan sikap mengkritik konsep desain istana kepresidenan.
“Sangat tidak mencerminkan kemajuan peradaban bangsa, terutama di era digital, dan era bangunan emisi rendah dan pasca-Covid-19,” kata Ketua IAI I Ketut Rana Wiarcha lewat keterangan tertulis.
Merespons berbagai tanggapan tersebut, Nuarta menyatakan pemilihan desain untuk bangunan penting di IKN adalah hak prerogatif presiden. “Semua memang kemudian menjadi keputusan Presiden untuk memilih mana konsep desain yang dianggap memenuhi syarat,” ujarnya.