Coronavirus

Maraknya Hoax Coronavirus, WHO Main TikTok Demi Mengedukasi Publik

TikTok itu sudah seperti platform iklan layanan masyarakat sekarang
Shamani Joshi
Mumbai, IN
Foto ini diambil pada 18 Februari 2020, ketika anggota kepolisian menyemprotkan cairan desinfeksi di sepanjang jembatan kota Bozhou, Provinsi Anhui, Cina. Foto: AFP/STR
Foto ini diambil pada 18 Februari 2020, ketika anggota kepolisian menyemprotkan cairan desinfeksi di sepanjang jembatan kota Bozhou, Provinsi Anhui, Cina. Foto: AFP/STR

Sejauh ini, wabah virus corona (COVID-19) telah menginfeksi 90.932 orang di seluruh dunia—termasuk dua kasus dari Indonesia—dan menewaskan 3.129 jiwa. Meski 48.173 pasien sudah dinyatakan sembuh, penyakit ini keburu memicu ketakutan publik dan teori konspirasi liar, seperti orang yang kena coronavirus dapat berubah jadi zombie.

Sejumlah orang bahkan percaya bisa sembuh dengan minum cairan pemutih, dan bir Corona ada kaitannya dengan virus mematikan. Serangkaian berita palsu tersebut berkeliaran bebas di dunia maya, terutama platform TikTok yang digandrungi anak muda.

Iklan

Di saat kebanyakan orang main TikTok untuk menghibur diri, tak sedikit yang sengaja memanfaatkan momen ini buat panjat sosial. Mereka pura-pura kena coronavirus, atau bahkan menyebarkan berita palsu di sana. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sampai bikin TikTok untuk menghalau hoaks yang bertebaran dan mengajarkan publik cara pencegahan coronavirus.

Selaku pimpinan teknis bagian Pencegahan dan Pengendalian Infeksi WHO, Benedetta Allegranzi memulai video pertama dengan menjabarkan tindakan melindungi diri, seperti menutup hidung ketika bersin dan menghindari kontak dengan orang yang menunjukkan gejala seperti demam. Dalam video kedua, Dr April Baller dari Health Emergencies Programme WHO mengajarkan cara pakai masker dengan benar dan apa saja yang perlu diperhatikan sebelum mengenakannya.

WHO menyebut penyebaran berita palsu ini sebagai ‘infodemik’. Mereka secara aktif meningkatkan kesadaran dan langkah-langkah pencegahan dengan menyebarkan visual macam infografis di Facebook, Twitter, Tencent dan Instagram. Mereka kini mengambil langkah lebih jauh dengan membuat video instruksional di TikTok.

Konten WHO telah ditonton jutaan kali, menunjukkan masih banyak orang yang menggunakan akal sehat mereka dalam menghadapi ancaman coronavirus. Selain WHO, organisasi-organisasi seperti Palang Merah dan UNICEF juga menjangkau anak muda lewat aplikasi berbagi video tersebut.

Walaupun upaya mereka mengesankan, tidak bisa dipungkiri video-videonya terlalu to the point dan bisa saja membosankan untuk kalangan millenial dan Gen Z yang lebih suka meme dan lelucon receh.

Follow Shamani Joshi di Instagram.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE INDIA.