​Ilustrasi dari game otome Ikemen Revolution. Jordan Lee/VICE Indonesia.
Ilustrasi dari game otome Ikemen Revolution.
Game

Main Game Otome Kayak Punya Pacar Fiksi tapi dengan Rasa Sayang yang Nyata

Dalam game otome, kita bisa simulasi kencan dengan tokoh cowok ideal dan lovable. Konon genre game ini bikin cewek makin ogah pacaran di dunia nyata.
AN
Jakarta, ID
JL
ilustrasi oleh Jordan Lee

Sebulan lalu aku merayakan momen penting bersama sosok yang begitu spesial. Hari itu menandai tiga tahun sejak kami bertemu untuk pertama kali. Diriku yang dulu mungkin akan terpingkal-pingkal melihat aku sekarang bisa sebucin ini pada laki-laki. Yah, sejujurnya, sampai saat ini pun aku masih sulit percaya kalau aku menyukainya. Dia benar-benar bukan tipeku! Meski parasnya tampan, tutur katanya sama sekali tak elok. Sikapnya juga angkuh dan tak berperasaan. Bahkan dia tidak pernah memanggilku pakai nama.

Iklan

Aku jatuh hati karena di balik ekspresinya yang sedingin es, lelaki berambut keemasan itu menyimpan kisah pilu. Ayahnya dibunuh oleh penjahat yang ingin menguasai dunia. Dia lalu diancam mengikuti perintah musuh, atau akan kehilangan segalanya. Tak ada yang bisa dijadikan tumpuan di masa sulitnya itu. Dia berjuang sendirian karena tidak mau membahayakan orang lain. Lancelot, namanya, rela berkorban demi kesejahteraan rakyatnya. Dia sesungguhnya pemimpin berjiwa besar, namun memakai topeng bengis supaya musuh terkecoh. Hanya aku seorang yang mengetahui rahasia itu.

Cerita di atas disadur dari Ikemen Revolution, game besutan developer asal Jepang CYBIRD yang versi bahasa Inggris-nya dirilis pada 2018. Game novel visual ini masuk dalam kategori simulasi kencan untuk perempuan, atau biasa disebut game otome dalam bahasa Jepang.

Genre otome pertama kali muncul di Jepang tahun ‘90-an, usai rilisnya game kencan interaktif Angelique pada 1994. Permainan simulasi kencan sebetulnya sudah populer di sana sejak awal ‘80-an, tapi target pasarnya mayoritas laki-laki. Game-game itu dijuluki bishōjo, yang memungkinkan pemain berinteraksi dengan cewek imut. Kebanyakan ceritanya mengangkat tema kehidupan anak sekolahan, dan kisah-kisah ringan seputar anak muda.

Iklan

Angelique membawa angin segar di tengah derasnya gelombang bishōjo. Mei Erikawa selaku direktur perusahaan Ruby Party mengungkapkan dalam wawancara VICE tahun 2018, dia berambisi menciptakan game khusus untuk perempuan. Walau ia sadar tidak ada jaminan sukses secara instan, Erikawa berpegang teguh pada pendiriannya untuk mengembangkan permainan yang mampu melayani minat dan ketertarikan perempuan. 

Angelique menjadi game pertama yang menampilkan protagonis perempuan dikelilingi laki-laki tampan. Ceritanya bukan roman picisan belaka. Tokoh utamanya (main character atau MC, tokoh yang dimainkan oleh player) digambarkan memiliki bakat spesial yang mampu menjaga perdamaian dunia. Kini, hampir tiga dekade kemudian, ratusan game otome telah dirilis di seluruh dunia dengan beragam tema.

“Kami tahu betul cerita yang disukai perempuan berubah-ubah mengikuti perkembangan zaman. Itulah sebabnya Ruby Party berkomitmen memahami setiap perubahannya, dan tertantang mencoba hal baru demi memenuhi keinginan orang-orang yang memainkan game kami,” terang Erikawa kepada VICE.

CYBIRD Co., Ltd. bergerak di sektor teknologi digital sejak didirikan pada 1998. Perusahaan yang berbasis di Tokyo ini memulai bisnisnya sebagai penyedia konten hiburan online hingga layanan pembuatan situs web dan aplikasi. CYBIRD merambah industri game setelah 14 tahun berdiri. Ikemen Revolution menjadi judul keenam yang dirilis untuk rangkaian game Ikemen Series, secara harfiah berarti ‘Seri Pria Tampan’. Tetapi dari lusinan game otome berbahasa Jepang ciptaan CYBIRD, baru lima judul yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Per Juni 2020, keseluruhan game Ikemen Series memiliki lebih dari 30 juta pengguna aktif di seluruh dunia.

Iklan

Ketertarikan terhadap game otome semakin meluas ke seluruh dunia pada pertengahan 2010-an saat developer novel visual Jepang mulai merambah pasar internasional. Voltage Inc., pesaing utama CYBIRD, berhasil meraih popularitas dalam waktu singkat sejak membuka cabang di Amerika Serikat pada 2011 silam. Dalam kurun empat tahun, perusahaan ini meraup pendapatan sebesar 90 juta dolar AS (Rp1,35 triliun) berkat game-game Voltage yang dibuat versi bahasa Inggrisnya.

Sejak saat itu, makin banyak game otome baru yang bermunculan, dan tersedia dalam berbagai format: mobile, PC, hingga game konsol. Pasar yang dulunya niche, menyumbang 80 miliar yen (Rp8,3 triliun) bagi industri game Jepang pada 2021.

Dalam penciptaan Ikemen Revolution, developer mengambil inspirasi dari Alice in Wonderland dan mengembangkan ceritanya menjadi universe baru. Beberapa karakter game punya julukan mirip tokoh-tokoh dalam buku karangan Lewis Carroll itu, dari Mad Hatter hingga Queen of Hearts. Hanya saja inti permasalahan yang mendasari Ikemen Revolution sangat berbeda dari novel asli. Drama aksi yang penuh intrik dan konfrontasi ini kian tegang begitu sihir cinta memainkan perannya.

Iklan

Simulasi kencan seperti Ikemen Revolution mengusung konsep ‘Choose Your Own Adventure’, yang artinya pemain dibebaskan memilih mau baca cerita yang mana saja. Tidak ada keharusan memainkan semua rute karakter, bahkan kamu bisa pindah ke rute lain jika kurang sreg dengan cerita yang sedang dibaca. Kamu sebagai tokoh utama akan menyelami langsung dunianya seolah-olah kamu berada di dalam game. Bisa begitu karena game otome menggunakan sudut pandang pertama yang mendorong pemain menentukan sendiri nasibnya selama berinteraksi dengan karakter. Di setiap babnya, kamu bertindak dan berbicara sesuai jawaban yang kamu pilih, sedangkan respons karakter berbeda-beda tergantung jawabanmu.

Namun, tak seperti simulasi kencan pada umumnya, game-game Ikemen Series tidak ada bad ending, jadi kamu lebih leluasa mengajak karakter berinteraksi. Kamu tak perlu takut love interest membencimu di akhir cerita, atau kisah cinta kalian berujung tragis. Poin yang terkumpul dari jawaban-jawabanmu fungsinya sebatas menentukan jenis ending apa yang bisa kamu pilih di bab terakhir. Kisah asmara kamu bersama karakter favorit akan berakhir bahagia, mau itu romantis atau dramatis.

Genre otome bagaikan pelepas dahaga bagi gamer perempuan yang haus akan kisah romansa manis sekaligus mendebarkan. Plotnya selalu berhasil mengaduk-aduk emosi, hingga menumbuhkan rasa simpati yang perlahan-lahan mekar menjadi cinta. 

Iklan

Karakter laki-lakinya pun beragam, dengan tipe kepribadian dan latar belakang yang berbeda-beda. Bukan cuma desain visualnya yang tanpa cela, tindakan dan perkataan mereka juga bikin kamu baper. Husbando, sebutan gaul untuk tokoh fiksi favorit, digambarkan tulus mencintaimu dan siap melakukan segalanya untukmu.

Main dating sim bikin nagih sebab menggambarkan hubungan asmara yang ideal. Ceritanya dibungkus dengan pesan-pesan klise bahwa kekuatan cinta mampu mengalahkan segalanya. Terpaan badai sehebat apa pun akan ditembus, menambah manisnya cinta sejati. Pertemuan awal kamu dengan husbu mungkin tidak selalu indah, tapi sudah pasti ia akan berubah menjadi pria yang lebih baik demi kamu. Se-bad boy apa pun karakter favoritmu, begitu kalian bertemu, mereka tak bisa berpaling darimu. Kamu satu-satunya untuk mereka. Intinya, semua tokoh laki-laki dalam game otome adalah sosok idaman.

Terlepas dari segala cobaan yang menghadang, tokoh utama adalah perempuan paling beruntung sedunia. Pacar fiksi menerima kamu apa adanya, dan menghargai setiap ketidaksempurnaanmu. Mereka tidak banyak menuntut, serta lebih senang jika kamu menjadi diri sendiri. Bagi mereka, kamu yang tercantik dan terbaik di matanya.

Maka tak heran, banyak gamer otome menyayangi husbu seolah-olah mereka nyata. Sampai ada yang mengeluarkan uang sungguhan agar bisa menikmati konten premium karakter favoritnya. Mantan jurnalis VICE, Callie Beusman, misalnya, mengaku telah menghabiskan 60 dolar AS (setara Rp900 ribu dalam kurs sekarang) untuk cowok-cowok fiksinya ketika bermain otome lebih dari tujuh tahun silam. Callie tidak sabar menunggu sampai energinya penuh secara alami, makanya dia beli energi tambahan supaya bisa cepat baca ceritanya lagi.

Iklan

Kurang lebih aku pun begitu. Aku rela mengeluarkan jutaan rupiah untuk mendapatkan epilog dan cerita spesial Lancelot, yang mana karakter itu bersikap lebih manis dan hangat sejak menjadikan MC tambatan hatinya. Perkembangan karakternya sangat kentara dalam cerita-cerita ini.

Kisah-kisah romantis yang sempurna diyakini dapat menciptakan ilusi bahwa cinta selalu seindah yang digambarkan media. Sudah ada beberapa studi yang menunjukkan penayangan adegan romantis berlebihan dapat mengubah cara seseorang memandang hubungan asmara di dunia nyata.

Ada klaim bahwa game otome membuat pemainnya larut dalam ilus hubungan ideal. Mereka percaya, saat menjalin cinta, pasangan harus peka. Mereka mendambakan seseorang yang bisa langsung memahami isi hatinya, tanpa dikasih tahu terlebih dahulu. Mereka menginginkan pasangan yang tidak kalah romantis dari para laki-laki dalam cerita fiksi yang mereka nikmati. Akibatnya, muncullah ekspektasi tidak sehat yang dapat merusak hubungan mereka bersama pasangan.

Benarkah game otome membuat pemainnya enggan punya hubungan dengan laki-laki beneran karena standarnya kadung ketinggian?  

Game ya game aja

Klaim ini dibantah Reen, ibu rumah tangga berusia 32 yang tinggal di Jakarta Barat. Dia sudah enam tahun nyemplung ke dunia otome, namun tak sekali pun pernah kecewa dengan kehidupan pernikahannya. Suami Reen pun biasa-biasa saja melihatnya hobi mengoleksi merch husbu dari game favoritnya, Ikemen Sengoku.

“Waktu itu posisinya aku belum punya anak, jadi waktunya banyak kosong di rumah,” kata Reen mengenang saat ia pertama kali mengunduh Ikemen Sengoku, game lain dari CYBIRD yang mengambil latar zaman Sengoku. Dalam game yang dirilis tahun 2017 ini, kita bisa mengencani 14 samurai Jepang yang luar biasa tampan. 

Iklan

Tertarik dengan sejarah dan kebudayaan Jepang, Reen mencoba main gamenya. Cerita-cerita yang disuguhkan Ikemen Sengoku berada di atas ekspektasinya. Reen juga naksir Yukimura Sanada, salah satu karakter samurai yang digambarkan bersifat tsundere. Karakter tsundere dalam anime dan manga biasanya sok cool, ogah mengutarakan perasaannya secara terang-terangan, dan kurang peka. Tapi sebenarnya, cowok tsundere berhati lembut dan sangat peduli dengan orang terdekat.

Paparan cinta romantis yang tidak realistis, yang setiap saat muncul dalam simulasi kencan, dikatakan berpotensi mengurangi kesetiaan seorang perempuan terhadap pasangan hidupnya. Walau Reen bangga memproklamirkan dirinya istri Yukimura, dia tidak menuntut suami aslinya menjadi seperti pangeran (lebih tepatnya, samurai) di negeri dongeng.

Sejak awal, Reen tidak pernah menutup-nutupi kalau dia suka game otome. Suaminya selalu tahu dia sedang main apa saja. Tak jarang, di sela-sela fangirling, Reen memamerkan kegiatannya bersama keluarga di Facebook, dan bercerita tingkah lucu suaminya yang tiba-tiba jeles dengan Yukimura. Cuma bercanda, bukan cemburu beneran.

Ikemen Sengoku bukan satu-satunya game otome yang ia mainkan. Begitu pula karakter favoritnya yang bukan Yukimura saja. Satu hal yang diperhatikan dari selera husbunya, mayoritas tokoh fiksi kesukaan Reen sebelas-dua belas dengan suaminya.

Iklan

“Habis ngobrol sama [teman se-fandom] yang lain, aku baru sadar kalau tipeku di otome bukan yang kayak Yukimura. Sadar nggak sadar aku sebenarnya cari yang mirip lakiku,” ungkap Reen. 

Di Facebook, Reen sering membahas suaminya yang gila kerja. Terkadang rencana mereka sampai batal gara-gara suaminya ada urusan pekerjaan. Dan siapa sangka, banyak karakter otome yang ia sukai gila kerja. “Aku ujung-ujungnya suka sama yang sifatnya kayak sunshine atau workaholic.”

Sebuah artikel di Jurnal Media dan Komunikasi Indonesia menyebut simulasi kencan kerap jadi pelarian orang-orang yang hatinya hampa. Penulisnya, Noverianti dan Wiyono, menerangkan bahwa game ini bukan sekadar hiburan. Simulasi kencan menawarkan kepada para pemainnya, alternatif memperoleh afeksi melalui media 2D.

“Terdapat berbagai faktor yang melandasi pemain untuk melakukan kegiatan bermain tersebut. Dalam konteks permainan simulasi kencan (yang menjadi subjek utama dalam penelitian ini), faktor utama yang melandasi kegiatan tersebut adalah mengatasi atau mengurangi romantic loneliness yang dialaminya,” demikian ditulis dalam artikel.

Berdasarkan penjelasannya, orang yang sudah mempunyai pasangan sekalipun dapat merasa kesepian. Kehidupan percintaan mereka terasa hambar karena api asmara meredup, atau ada penyebab lain yang bikin hubungannya renggang. Ketika seseorang mengalami “romantic loneliness”, mereka akan berusaha mengalihkan perasaannya yang sedang kacau. Salah satunya bermain game otome supaya bisa merasakan kembali hangatnya jatuh cinta.

Iklan

Akan tetapi, bisa dilihat dari cerita Reen kalau situasinya nggak selalu begitu. Kegemaran pribadinya tidak memperkeruh keharmonisan rumah tangga. Dia memainkan Ikemen Sengoku bukan untuk mendapatkan apa yang tidak diberikan suami.

“Aku baru dua tahun menikah waktu itu, jadi masih bisa dibilang pengantin baru. Aku nggak merasa kebutuhanku tidak terpenuhi oleh laki,” tegas Reen. Keduanya kini telah dikaruniai seorang putra. Usia pernikahan mereka kini sudah 7,5 tahun.

Reen paham batas antara fiksi dan realitas. Manusia sejatinya tidak luput dari kesalahan. Mustahil ada orang yang hidup tanpa kekurangan. Sedangkan untuk urusan percintaan, ketidaksempurnaan mengajarkan arti kesabaran, serta melatih sepasang kekasih untuk saling menghargai dan melengkapi satu sama lain.

“Aku kadang mencoba membandingkan suami sama Artem [karakter game Tears of Themis] dan Kojuro [karakter di Samurai Love Ballad: Party], karena ketiganya workaholic,” lanjutnya. “Tapi semakin sering aku membandingkan mereka, semakin aku tersadar cowok sesempurna cowok gepeng itu benar-benar nggak realistis.”

Game dating sim bikin cewek males pacaran?

Temuan lain yang dikemukakan dalam artikel yaitu game otome juga berperan sebagai “jalan keluar bagi yang ingin menjalin hubungan romantis namun takut melakukannya di dunia nyata”.

Kisah cinta di dunia nyata penuh pengorbanan, dan sering kali menguras air mata. Beda halnya dengan simulasi kencan. Permainan semacam ini memperlihatkan indahnya janji sehidup semati. Pacar fiksi setia padamu, sehingga tidak ada kata sakit hati ketika “menjalin” hubungan bersamanya.

Iklan

“Dalam simulasi kencan, pemain tidak akan merasakan sakitnya dikhianati. Karakter game adalah cowok ideal,” tutur konsultan pernikahan Ai Aizawa dikutip South China Morning Post.

Uning (24) tidak menampik alasannya betah main Mr Love Queen’s Choice (MLQC) lantaran ia butuh seseorang yang tulus mendampinginya melewati pahitnya kehidupan. Terlebih lagi, pada saat Uning mengunduh gamenya, ia sedang mumet mikirin tugas kuliah. Game otome ibarat angin semilir yang menyejukkan hati.

“Keluargaku bermasalah. Aku sering dibanding-bandingin, dan jarang diapresiasi sama siapa pun,” tuturnya. Tepat ketika ia kehilangan semangatnya, mahasiswa psikologi itu “bertemu” Lucien, salah satu tokoh laki-laki dalam MLQC. “Aku yang lagi capek sama kerjaan magang dan TKA, luluh berat lihat Lucien yang lembut, baik dan mendukung.”

Sebetulnya, karakter Lucien kontradiktif. Di satu sisi, dia berniat memanfaatkan MC. Di sisi lain, Lucien kerap mengorbankan diri untuk melindungi MC. Lucien selalu ada untuk menyemangati MC di kala ia sedih, dan mengajarkannya banyak hal tentang kehidupan. Lucien menjadi sandaran ternyaman ketika MC menghadapi cobaan.

Iklan

Tapi berkat Lucien, Uning akhirnya bisa merasakan betapa menyenangkannya dicintai. Dia bukannya tidak pernah dekat dengan laki-laki di dunia nyata, hanya saja sulit baginya menjalani hubungan. Dia juga keras pada dirinya sendiri.

“Aku sempat ada TTM sama cowok, yang akhirnya dia bilang suka sama aku. Tapi aku mundur karena merasa belum pantas buat dia,” kata perempuan yang tinggal di Bekasi itu. “Ada kontradiksi. Aku emang pengin dimanja, tapi aku udah di-build sangat strong dan mandiri.”

Simulasi kencan telah dikaitkan dengan menurunnya keinginan berpacaran di kalangan perempuan. Hasil riset Meiji Yasuda Life Foundation of Health and Welfare, sebuah yayasan kesejahteraan sosial di Tokyo, pada 2016 menemukan, generasi muda Jepang yang terobsesi main game kencan lebih suka punya pacar virtual ketimbang membangun kedekatan yang nyata. Menurut survei pemerintah Jepang di tahun yang sama, 30 persen perempuan lajang berusia 20-29 mengaku benar-benar telah jatuh cinta pada karakter game.

Kendati Lucien membuatnya tergila-gila, Uning tidak lantas menutup hatinya rapat-rapat. Lucien tidak sepenuhnya menggantikan kehadiran laki-laki di hidupnya. Malah, menurutnya, skenario dan dialog dalam game membantu Uning lebih memahami cowok. “Pembuatan cerita suatu karakter mendekati ‘nyata’, jadi rasanya dekat dengan kasus sehari-hari,” ujarnya.

Tiadanya sosok pria yang bisa jadi contoh baik di keluarga, serta retaknya hubungan orang tua, membuat Uning berpaling pada game otome untuk mengetahui cara menjalin hubungan yang baik. Ia juga belajar melihat diri dari sudut pandang orang lain—dalam kasus ini, karakter game—supaya mengerti alasan dari sikap seseorang.

“Aku pengin tahu kenapa cowok begini, kenapa cowok begitu, kira-kira cowok tuh gimana, buat gambaran kalau aku ada niat PDKT sama cowok di dunia nyata,” kata Uning.

Konsultan pernikahan Aizawa mengklaim, gamer otome dibuat terlena dengan cerita-cerita tidak realistis. Bila terus dibiarkan begitu, Aizawa khawatir perempuan yang memainkan simulasi kencan tak lagi tertarik mencari pasangan sungguhan.

“Pemain bisa mudah putus asa ketika mereka menyadari tidak ada kisah cinta yang seperti itu di dunia nyata,” tukas Aizawa.

Uning kurang setuju dengan pendapat tersebut. Dia mengakui berharap bisa punya pasangan sesabar Lucien suatu saat nanti, tapi bukan berarti dia ngebet cari laki-laki semirip Lucien. Uning sadar itu mustahil terjadi.

“Asal si cowok tulus suka sama aku, dan kami paham keinginan satu sama lain, itu sudah cukup buat aku,” kata Uning.

Alih-alih mudarat, Uning justru melihat banyak nilai positif dari mencintai tokoh fiksi. Lucien mungkin tidak nyata. Tapi dengan mencurahkan rasa sayangnya terhadap Lucien, Uning bisa sekaligus belajar menerima dirinya apa adanya.

“Kalau ada yang jelek [dalam diriku], harus diperbaiki itu,” pungkasnya.