FYI.

This story is over 5 years old.

The VICE Guide to Right Now

Pakistan dan Indonesia Kompakan, Gemar Melarang Perayaan Valentine

Perayaan Valentine dianggap “imoral dan merayakan kecabulan". Di Pakistan malah sudah ada petisi yang menuntut hari kasih sayang dilarang.

Pernahkah kamu berharap perayaan Valentine menghilang dari muka bumi? Apakah penampakan pasangan yang mesra membuatmu ingin duduk di rumah lalu menonton secara maraton serial televisi sembari makan semangkuk es krim? Pakistan baru saja mewujudkan mimpi indah para pembenci Valentine. Pengadilan Tinggi Islamabad merilis putusan awal pekan ini melarang seluruh kota merayakan Valentine's Day. Putusan tersebut buntut dari sebuah petisi yang menyatakan hari perayaan kasih sayang itu "melawan ajaran Islam dan oleh sebab itu wajib dilarang secepatnya." Petisi tersebut, didaftarkan oleh laki-laki bernama Abdul Waheed, menyatakan Valentine sebetulnya merayakan "imoralitas, ketelanjangan, dan ketidaksenonohan."

Iklan

Pelarangan Valentine di Pakistan telah diprediksi sejak lama. Presiden Mamnoon Hussain tidak menyukai hari Valentine. Tahun lalu, dia mengimbau warga Pakistan menghindari perayaan yang menurutnya produk impor dari Barat yang fana dan berbahaya. "Valentine tidak memiliki hubungan dengan budaya kita, maka harus dihindari," kata Hussain saat diwawancarai surat kabar Dawn. Hal tersebut cukup untuk membuat orang mempertanyakan bagaimana, sesungguhnya, warga Pakistan mesti menghindari sebuah hari perayaan. Apa polisi akan melarang lagu-lagu bertema cinta di radio? Apa mereka akan menutup paksa toko-toko yang menjual balon-balon berbentuk hati? Pertanyaan tersebut sekarang terjawab. Pengadilan Tinggi Pakistan melarang penjualan pernak-pernik Valentine's Day, atau referensi terkait hari kasih sayang baik di Internet, media cetak, di ruang publik ataupun gedung pemerintahan. Pakistan bukan satu-satunya yang mendukung sentimen anti-Cupid. Perayaan ini dianggap sebagai temuan tidak bermoral dari Barat. Penolakan Valentine banyak terjadi di negara yang mayoritas penduduknya Muslim. Tentu saja, Indonesia masuk dalam daftar itu. Di Indonesia, perayaan Valentine kerap memancing amarah organisasi pelajar islam konservatif yang memprotes perayaan kasih sayang. Valentine dianggap identitk sebagai propaganda mendorong anak muda yang pacaran melakukan "seks bebas". Larangan merayakan Valentine di Indonesia juga disokong oleh lembaga pemerintah. Tahun ini, para pelajar di Surabaya menyebarkan plakat yang mengklaim bahwa "Muslim tidak merayakan," Valentine's Day. Asosiasi perayaan ini dengan "seks bebas" membuat banyak pelajar konservatif merasa "takut." Di Jawa Timur, Dinas Pendidikan setempat melarang pelajar merayakan hari Valentine di dalam maupun luar kampus. Otoritas tersebut mengatakan Valentine's Day berlawanan dengan "norma agama, sosial, dan budaya" Indonesia.  Sukabumi melarang dekorasi Cupid dan hati pada klub-klub malam—mengancam akan menggerebek klub-klub, bar, dan kos-kosan untuk merazia "perilaku tidak bermoral."
Pada kota-kota lain di Indonesia, Satpol PP secara rutin menggerebek hotel-hotel dan taman-taman pada malam Valentine, menahan pasangan-pasangan yang tertangkap "berbuat mesum." Daftarnya akan terus bertambah. Mulai dari Tasikmalaya, Semarang, sampai Disdik Jabar. Semuanya mengimbau, terutama pelajar, agar tidak merayakan Valentine. Jangan lupa, walaupun alasannya agak beda, Pemerintah Kota Kupang juga melansir pengumuman agar perayaan Valentine ditunda. Cuma, alasannya sih karena ada pergelaran Pilkada. Oke deh. Jadi, kalau kalian ingin merayakan kasih sayang pada 14 Februari, rayakanlah secara kecil-kecilan. Tapi, jangan lupa gembok pagar rumah supaya kalian tidak kena gerebek.