FYI.

This story is over 5 years old.

Terorisme

Teroris Pelaku Penembakan Masjid di Quebec Pria Anti-Imigran Pendukung Trump

Media Kanada menggambarkan Alexandre Bissonnette sering melecehkan pengungsi Timur Tengah. Dia didakwa enam pembunuhan tingkat pertama.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE News.

Kepolisian Quebec menangkap dan menuntut mahasiswa Laval University, Alexandre Bissonnette, dengan enam dakwaan pembunuhan tingkat pertama terkait penembakan masjid di Kota Quebec..

Bissonnete, 27 tahun, ditangkap beberapa jam setelah melakukan serangan teror akhir pekan lalu di Centre Cultural Islamique de Québec. Insiden itu mengakibatkan enam orang tewas dan 19 lainnya luka-luka, termasuk dua korban yang masih dalam kondisi kritis di rumah sakit. Semua korban adalah jamaah yang sedang bersiap melaksanakan salat Maghrib. Setelah beraksi, Bissonnette sempat bersembunyi di dalam masjid.

Iklan

Selain itu, Kepolisian Kanada juga menuntut Bissonnette dengan lima dakwaan percobaan pembunuhan.

Berikut nama-nama korban tewas yang dirilis oleh Pemerintah Quebec:

  • Mamadou Tanou Barry, 42 tahun
  • Abdelkrim Hassane, 41 tahun
  • Khaled Belkacemi, 60 tahun
  • Aboubaker Thabti, 44 tahun
  • Azzeddine Soufiane, 57 tahun
  • Ibrahima Barry, 39 tahun

Berdasarkan laporan beberapa media lokal, penyelidik telah menggeledah tempat tinggal Bissonnette di Distrik Cap-Rougue, Quebec. Beberapa bulan lalu, pelaku ternyata beberapa kali menelepon polisi untuk melaporkan dirinya sendiri. Dia mengaku ingin melakukan kekerasan. Dia pernah ditangkap di Île d'Orléans Bridge, 19 km dari lokasi penembakan.

Perdana Menteri Justin Trudeau sudah menyatakan bahwa penembakan di Masjid Jami Quebec ini sebagai aksi terorisme.

Berbeda dari laporan awal bahwa ada dua hingga tiga pelaku penembakan di Masjid Jami Quebec, polisi belakangan menyimpulkan Bissonnette beraksi seorang diri. Dia memiliki pandangan sayap-kanan anti-imigran. Saat menembaki jamaah masjid, Bissonnette menggunakan senapan AK-47.

Menurut surat kabar La Presse, Bissonnette adalah mahasiswa Ilmu Politik di Laval University, yang dikenal sering berkomentar rasis di grup Facebook para pengungsi di Kanada. Admin grup, François Deschamps, saat diwawancarai La Presse menyatakan Bissonnette memiliki pandangan anti orang asing alias xenofobik. Di Facebook Bissonnette juga sering menggunakan istilah "feminazi."

Iklan

Globe and Mail melaporkan bahwa Bissonnette juga menunjukkan dukungan untuk politikus nasionalis Perancis, Marine Le Pen, yang menyamakan Muslim menggelar salat di jalan raya dengan tindakan "okupasi" Nazi.

Dua laki-laki yang mengenal Bissonnette berkata pada Journal de Québec bahwa sosok pelaku penembakan itu adalah pendukung Donald Trump.

Éric Debroise, kawan pelaku, menginformasikan kepada polisi bahwa Bissonnette adalah seorang "nasionalis harga mati yang mendukung supremasi kulit putih". Satu kawan sekelas Bissonnette, Jean-Michel Allard-Prus, berkata dia punya pandangan politik sayap-kanan. "Dia pro-Israel, anti-imigrasi. Kami sering berdebat soal Trump. Dia jelas pendukung Trump."

Beberapa kenalan juga mengatakan Bissonnette tidak punya banyak teman dan pernah di- bully semasa SMA.

Seorang laki-laki lain yang ditangkap bernama Mohamed Belkhadir, awalnya digambarkan kepolisian sebagai tersangka, rupanya saksi mata kejadian yang dilaporkan La Presse sedang membantu korban penembakan di masjid. Dia kemudian berlari ketika seorang polisi mengiranya sebagai pelaku penembakan.

Belkhadir, 29 tahun, mahasiswa teknik berasal dari Maroko, berkata dia sedang memberikan pertolongan pertama untuk kawannya yag terluka ketika dia melihat seseorang dengan senjata berkeliaran di dekat masjid. Dia berlari ke lapangan parkir masjid karena tidak menyadari bahwa orang yang dia lihat ternyata polisi sedang berusaha mengamankan lokasi setelah mendapat laporan warga.

"Mereka melihat saya berlari, polisi kemudian berpikir saya mencurigakan. Wajar sih," ujarnya pada La Presse. "Bagi mereka, seseorang yang melarikan diri adalah tersangka."

Follow Manisha Krishnan di Twitter .