Artikel ini pertama kali tayang di Noisey.
Awal minggu adalah waktu paling tepat memburu musik-musik baru. Sayangnya, kita kadang kebingungan harus mulai dari mana. Karena itulah, tiap minggu tim redaksi Noisey menyusun daftar album, mixtape, atau EP yang bisa kamu putar seminggu penuh. Kalian juga bisa mencoba lagunya langsung lewat pemutar streaming di artikel ini. Kami sadar rekomendasi tersebut tidak mungkin bisa komprehensif menggambarkan semua yang sedang seru dari kancah musik dunia. Setidaknya kami berharap usulan kami membantu kalian menemukan musik-musik baru yang menghibur. Jadi, silakan membaca daftarnya!
Videos by VICE
Offset, 21 Savage, & Metro Boomin: Without Warning
Bisa dibilang 21 Savage melonjak popularitasnya setelah merilis Savage Mode tahun lalu. Album ini mengangkat nama 21 Savage berkat produksi Metro Booming yang mengoplos aura sedih dilabrak beat-beat spektral. Issa Album, album kedua rapper yang bernama asli Shayaa Bin Abraham-Joseph itu, menjadi jauh lebih berbahaya. Rapper asal Atlanta itu bermain-main dengan komposisi musik yang lebih ringan, kalau tidak bisa dibilang ngepop. jadi, kalau boleh jujur sih, kami kangen mendengar 21 Savage ngerap lewat topik-topik gelap lagi. Untungnya, Without Warning dilepas di momen Halloween. Album ini berfungsi sebagai sekuel dan perluasan tema lirik Savage Mode. Layaknya album debut 21 Savage, Without Warning mengeksploitasi topik-topik gelap yang bikin album pertama rapper 25 tahun ini dulu terasa keren. Yang baru dalam album kolaborasinya adalah Offset yang energik—pasangan pas buat flow 21 Savage yang malas-malasan, berat sekaligus mirip orang baru bangun tidur itu. —Phil Whitmer, Metro Boomin, 21 Savage, and Offset’s Surprise EP Is a Gory Delight
DJ Seinfeld: Time Spent Away From U
LP pertama DJ Seinfeld ini tak terdengar seperti dugaan awal para kritikus musik. Setidaknya, album ini terkesan dibuat niat banget. Okelah, album ini tak akan membuat penggemar musik house lo-fi terpuaskan. Setidaknya pengetahuan DJ Seinfield—yang keliahatan nerd abis—terhadap sejarah house dalam album ini wajib banget disimak. Album ini juga menawarkan kesempatan mengintip kehidupan pribadi sang DJ yang lumayan woles. Dalam keterangan pers yang menyertai album ini, sang DJ menyebut albumnya ibarat “surat cinta panjang sesudah saya putus…dari lantai dansa yang sepi.” Sebenarnya, kalau disimak lebih seksama, Time Spent Away From U lebih mirip jam-jam setelah pulang dari klab, kawan-kawan yang kobam di sofa, ulangan tayangan TV yang tak ditonton siapapun, dan kanal YouTube yang memainkan mixtape dari kaset langka. Pendekanya, album ini menawarkan nostlagia party yang tak pernah kita hadiri—Tim Gagnon, DJ Seinfeld Is Not a Punchline
Rabit: Les Fleurs Du Mal
Dua rilisan awal Rabbit, produser musik elektronik asal Houston, sangat kental estetika Kristiani. Kedua album itu diberi nama Communion dan Baptizm, dan mempunyai track berjudul “Advent.” Meski kesannya relijius abis, track-track dalam album ini rupanya komposisi elektronik yang sangat garang. Pokoknya, lebih berdarah-darah atau gelap dari lagu-lagu relijius standar. Album terbaru Rabbit Les Fleurs Du Mal menyisihkan bungkus yang terkesan garang itu untuk menampakkan bagian ringkihnya. Noise dari album-album awal disingkirkan dan digantikan dengan komposisi drone sepi dan ambiens lembut menawarkan kesedihan sekaligus harapan dalam dosis seimbang. Imbasnya, album ini terdengar seperti rekaman jujur ketika manusia menghadapi kiamat. —Colin Joyce
Cannibal Corpse: Red Before Black
Album terbaru Cannibal Corpse, Red Before Black (album keempat belas mereka!) baru saja dirilis label Metal Blade Records. Sampai saat ini, ikon death metal asal Florida ini telah menghasilkan lebih dari dua lusin rilisan—19 di antaranya menampilkan growl death metal serak George “Corpsegrinder” Fisher. Fisher bergabung ke kolektif death metal paling populer sedunia ini pada 1995, mengisi posisi yang ditinggalkan Chris Barnes (yang kemudian membentuk Six Feet Under), tepat sebelum sesi rekaman album Vile pada 1996. Kepergian Barnes membawa perubahab subtil namun penting dari tema lirik dan artwork Cannibal Corpse. Sebelum kedatangan Fisher, lirik dan artwork Cannibal Corpse terkenal sangat misoginis (enggak heran kalau kemudian dilarang beredar di Jerman, Rusia dan Austalia). Waktu itu Chris Barnes dkk senang membuat lagu-lagu seperti “Fucked With a Knife,” “Entrails Ripped from a Virgin’s Cunt,” dan “She Was Asking for It,” bergabungnya Fisher menandai era baru dalam dunia gore Cannibal Corpse—masih mengambil inspirasi dari film horor tapi kini objek penderitanya tak memiliki gender. Memang, di atas panggung, Fisher masih mau menyanyikan lagu-lagu Cannibal Corpse, tapi dia mengaku bahwa “kami membantai siapapun—apapun gendernya.” —Kim Kelly, Chewing the Fat with Cannibal Corpse’s Corpsegrinder
Shamir: Revelations
“They say we don’t feel pain, they say we’re gross and vain,” begitu Shamir bernyanyi dalam track terbarunya, “90’s Kids“. Lagu ini adalah ballad lo-fi indah yang punya langsung nempel karena terasa akrab, bagaikan suara tetangga kosanmu yang nyanyi dari kamar mandi. Pokoknya, suara-suara dari kamar sebelah yang baru bisa kamu dengar dengan baik begitu kamu menempelkan kupingmu ke tembok. Yang membedakan track ini dari nyanyian tetangga kosanmu adalah komposisnya beda banget dari lagu pop standar. Shamir berhasil menggambarkan secara akurat kegelisahan eksistensial anak muda, kekhawatiran yang kelewat besar dan humor-humor mengenai kedua perasaan tadi—semacam perasaan kerap dimiliki mereka yang menghabiskan waktunya menyusuri ribuan meme sampai mata terasa perih dan otak tak lagi bekerja. —Daisy Jones, On Pop Music, Instagram Anxiety, and Being Alone
S U R V I V E: RR7387
S U R V I V E, Kolektif elektronik asal Austin, Texas—yang namanya naik daun setelah menggarap lagu tema Stranger Things —merilis EP berisi remix keren. Album ini bisa memperpanjang suasana Halloween kalian sampai seminggu ke depan. EP ini melibatkan pula kolaborator beken macam Lena Willikens, Not Waving, Sam Haar (Blondes) dan Justin K Broadrick aka JK Flesh (Godflesh, Jesu). —Alex Robert Ross
Willow: The 1st
Willow Smith, saat diwawancarai the FADER mengatakan dua tahun terakhir dirinya memutuskan menarik diri dari konser dan studio rekaman. Dia memilih menghabiskan waktunya mempelajari teori musik lebih mendalam. Hasilnya bisa terlihat dalam The 1st. Album kedua penyanyi RnB muda ini indah dan ambisius. Willow santai bercerita tentang cinta monyet, kecemasan, fase menjadi dewasa, dan nilai-nilai yang tetap dijunjungnya sebagai perempuan kulit hitam di AS. Willow Smith seperti kerasukan Lauryn Hill dan Tori Amos bersamaan. Suara Smith terdengar lantang dalam track “Romance” dan “Warm Honey”, seakan ingin mengingatkan publik kalau dirinya patut diperhitungkan walau usianya masih belia. —Tiffany Wines
Mista Cain: Lebron Cain
Datang dari Baton Rouge, rapper bernama Cain, bernama asli Samuel Nicholas, punya semua kualitas terbaik dari rapper-rapper lain di kotanya. Cain menulis lagu-lagu yang kental dengan perenungan akan diri sendiri dan hasil pengamatan langsung tentang betapa busuknya kehidupan di sana. “Aku membiarkan semuanya keluar begitu saja,” katanya. Saat Cain bicara tentang penyesalan di masa lalu, harapan bagi masa depan yang lebih cerah jadi bensin bagi rima-rimanya. Lalu, saat dirinya sedikit bersenang-senang, ada kesedihan yang—meski tak begitu kelihatan—menyusup. Tapi, jangan buru-buru menganggap keberanian Cain sebagai wujud emosi. “Saya bisa saja duduk semalaman, bercerita tentang orang-orang yang penting dalam hidup. Tapi, apa pentingnya coba? Kecuali niatmu mengajak orang lain ikutan emosional. Saya bukan orang yang gampang emosional. Saya blak-blakan. Kalian mengerti apa isi kepala saya? Kalau saya ngomong, berarti begitulah adanya. Kalau saya bilang ‘saya sayang kamu,” berarti saya sayang kamu. Itu bukan kiasan,” katanya—Trey Smith, Mista Cain, A King Uncrowned
James Holden & The Animal Spirits: The Animal Spirits
James Holden, komposer dan produser musik asal Inggris, tak lagi melakukan eksperimen menggarap The Animal Spirits, album pertamanya di bawah bendera James Holden & The Animal Spirits. Terinspirasi pengalamannya bermain bersama musisi legendaris Maalem Mahmoud Guina, ikon genre gnawa asal Maroko, album The Animal Spirits penuh kejutan dan kental akrobat sound yang mengesankan. Track-track dalam album ini bisa bikin kening berkerut—Holden doyan sekali menyerempet progressive rock dan jazz fusion berbarengan. Kendati demikian, kalian bisa menikmati interaksi antara satu anggota band dan lainnya. Album ini mengingatkan kita bahwa tak ada lebih yang menyenangkan daripada membahas hal-hal yang nerd banget bareng kawan-kawanmu terdekatmu. —Colin Joyce
Follow Noisey di Twitter.