News

Sempat Dikira Punah, Anjing Bernyanyi Papua Ditemukan Kembali

Anjing bernyanyi Papua

Anjing “bernyanyi” Papua ditemukan kembali setelah 50 tahun dianggap punah. Pertama kali diidentifikasi pada 1897, spesies ini hanya bisa melolong seperti serigala.

Jumlahnya saat ini diperkirakan tersisa 200-300 ekor di pusat penangkaran di seluruh dunia. Anjing bernyanyi Papua terakhir kali terlihat di alam bebas pada 1970-an.

Videos by VICE

Namun, “populasi anjing leluhur” ternyata belum sepenuhnya punah. Sejumlah ilmuwan mendapati satwa langka ini masih berkeliaran di dataran tinggi Papua ketika melakukan ekspedisi ke pulau terbesar kedua di dunia pada 2016.

Mereka lalu melaporkannya dalam studi yang diterbitkan di Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America (PNAS) pada 31 Agustus. Menurut peneliti, kawanan anjing liar dataran tinggi tersebut hidup di dekat lokasi tambang Papua. Penemuan itu memungkinkan mereka untuk mempelajarinya lebih dekat.

Peneliti mengumpulkan sampel feses dan foto-foto anjing liar dataran tinggi yang mirip anjing bernyanyi. Spesies ini telah kehilangan keanekaragaman genetiknya karena dikawinkan satu ras di penangkaran.

Pada 2018, mereka kembali mengunjungi Papua untuk mengambil sampel darah tiga dari 15 anjing liar dataran tinggi yang ditemukan di sana. Dengan cara begini, peneliti dapat membandingkan DNA hewan tersebut dengan anjing bernyanyi yang ada di penangkaran.

Ilmuwan Dr. Heidi Parker dari National Human Genome Research Institute (NHGRI) mengetuai studi yang menganalisis sekuens genetik antara kedua ras dan melihat kesamaan mencolok.

“Urutan genom anjing bernyanyi Papua sangat mirip dengan anjing liar dataran tinggi. Kedua ras ini lebih dekat satu sama lain dibandingkan canid lain yang telah diketahui,” ujar Dr. Heidi dalam siaran pers yang diterbitkan oleh Institusi Kesehatan Nasional AS.

“Ini merupakan ras paling dekat daripada ras modern seperti German shepherd atau basset hound,” imbuhnya.

Peneliti menerangkan anjing bernyanyi Papua hidup dan berkembang biak dalam penangkaran, sehingga hewan jenis ini tidak memiliki genom identik dengan anjing liar dataran tinggi. Namun, bukan berarti kedua spesies beda ras.

“Anjing bernyanyi Papua yang kita ketahui sekarang diciptakan manusia,” tulis Dr. Elaine Ostrander, peneliti terkemuka dari Institusi Kesehatan Nasional AS. “Delapan ekor anjing asal Papua dibawa ke Amerika Serikat, lalu dikawinkan sedarah untuk menciptakan kelompok ini.”

Para peneliti yakin temuan ini dapat membuka jalan untuk meningkatkan perlindungan terhadap ras anjing primitif, dan memberikan peluang mengkaji vokalisasi manusia yang secara biologis lebih dekat dengan anjing daripada burung.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE US.