Setelah empat tahun dikampanyekan para pegiat sosial, pemerintah Skotlandia bersedia mengadopsi kebijakan anyar menggratiskan semua jenis produk perawatan menstruasi. Dengan adanya beleid ini, pembalut maupun tampon dapat diakses gratis oleh perempuan dari kelas sosial manapun. Skotlandia menjadi negara pertama di dunia yang menerapkan kebijakan macam ini.
UU tersebut disahkan parlemen Skotlandia pada Selasa (24/11). Semua fasilitas publik, termasuk gedung pemerintahan, diwajibkan selalu memiliki stok tampon ataupun pembalut, bila sewaktu-waktu dibutuhkan perempuan yang berada di sana. Tak hanya itu, setiap pemerintahan lokal harus memastikan produk perawatan menstruasi itu tersedia gratis “untuk siapapun yang membutuhkannya.”
Videos by VICE
Anggota parlemen dari Partai Buruh, Monica Lennon, merupakan inisiator UU tersebut. “Berkat peran aktivis akar rumput, serta dukungan partai lain di parlemen, Skotlandia berhasil menjadi pelopor tersedianya akses terhadap produk menstruasi secara merata,” ujarnya.
Nyaris semua elemen di Skotlandia mendukung UU tersebut. Mulai dari serikat buruh, organisasi perempuan, maupun lembaga sosial. Realitasnya, tak semua orang bisa membeli pembalut atau tampon secara rutin. Ada fenomena sosial yang disebut kemiskinan akibat menstruasi.
Bagi sebagian perempuan dari kelompok miskin, kondisi keuangan mereka seringkali memburuk karena harus menyisihkan pendapatan bulanan untuk membeli pembalut atau tampon, yang seringkali tidak murah. Beban itu makin terasa bila si perempuan adalah orang tua tunggal.
Problem keuangan akibat pembelian pembalut ini memburuk selama pandemi, ketika banyak perempuan kehilangan pekerjaan, dirumahkan, ataupun dikurangi gajinya. Survei dari lembaga Women’s International pada 2018 menyatakan satu dari lima perempuan di Skotlandia mengalami masalah keuangan karena harus menyisihkan gaji membeli produk menstruasi.
UU ini adalah perluasan dari kebijakan yang sudah berlaku dua tahun lalu, menjamin ketersediaan pembalut bagi pelajar sekolah menengah hingga universitas. Kalau itu, kementerian pendidikan Skotlandia mengikuti saran dari riset Yayasan Young Scot yang menunjukkan satu dari empat responden pelajar di negara tersebut seringkali terpaksa memakai pembalut lebih lama dari seharusnya, akibat ketidaan biaya.
Artikel ini pertama kali tayang di VICE News