Julian Assange, aktivis kebebasan internet berusia 47 tahun, dilarang internetan kalau dia belum mematuhi peraturan tuan rumah. Aturan-aturan bahkan terdengan seperti buat bocah. “Rumah” di sini maksudnya Kedutaan Besar Ekuador di London yang sudah ditinggali Assange sejak enam tahun lalu. Mau tahu apa peraturannya? Kira-kira begini isinya: dilarang berdebat politik, memastikan kamar selalu rapi, mencuci pakaian kotor sendiri, dan jangan lupa kasih makan ke kucing peliharaan.
ABC melaporkan Pemerintah Ekuador telah menghentikan akses internet Assange pada Maret lalu, setelah pendiri WikiLeaks ini menunjukkan dukungannya kepada kelompok separatis Catalonia di Spanyol lewat media sosial.
Para pejabat mengklaim mereka mengecualikan Assange dari pembicaraan online untuk menjaga hubungan baik dengan negara-negara Eropa dan “mencegah potensi bahaya.” Mereka memberikan memo setebal sembilan halaman yang menjelaskan peraturan-peraturan baru yang harus dipatuhi Assange kalau dia masih mau tinggal di komplek kedutaan.
Videos by VICE
Memo tersebut, yang pertama kali diterbitkan oleh situs Ekuador Código Vidrio dan kemudian diperoleh The Guardian, menyebutkan aktivitas yang gemar membocorkan dokumen rahasia itu hanya boleh menggunakan wifi kedutaan. Assange dilarang membawa “perlengkapan yang tidak diizinkan” oleh pihak kedutaan. Assange dan tamunya wajib menjaga kebersihan kamar mandi. Dia juga harus menggunakan uangnya sendiri untuk membeli makanan dan mencuci pakaian terhitung sejak 1 Desember 2018 nanti.
Pihak kedutaan mengancam akan memberikan kucing peliharaan Assange ke orang lain atau tempat penampungan hewan apabila dia tidak “mengurus dan memberi makan kucingnya dengan benar.”
Masih belum jelas dari mana kucing itu berasal, tetapi menurut The Verge hewan peliharaan tersebut punya akun Twitter dan Instagramnya sendiri. Kucingnya dikenal sebagai “Michi” dan “Embassy Cat.” Parahnya lagi, larangan bermain internet ini membuat Assange tidak bisa memperbarui profil sang kucing di media sosial sejak Maret lalu.
“Rasanya seperti dipenjara,” kata Carlos Poveda, pengacara Assange di ibu kota Ekuador, Quito.
“Rezim baru ini menentang martabatnya sebagai pencari suaka.”
Assange mencari suaka di Kedutaan Besar Ekuador pada 2012 untuk menghindari ekstradisi ke Swedia sehubungan dugaan Assange terlibat kejahatan seksual. Kasus itu diduga rekayasa saja oleh aparat beberapa negara, untuk mengkriminalisasi aktivitas Assange dan timnya menyebar dokumen rahasia melalui Wikileaks.