Bila ditanya apa lagu indonesia paling seram sepanjang masa, saya emoh memilih opsi-opsi mainstream, seperti lagu-lagu horror punk lokal dari album Kelelawar Malam atau lagu-lagu seram dari band black metal mana pun. Ah tai, sombong bet ini orang, mungkin kalian mikir seperti itu. Enggak papa sih, itu hak kalian.
Padahal seriusan, saya beneran punya alasan-alasan yang sahih saat memilih lagu yang enggak itu-itu aja mewakili karya musisi lokal paling seram. Tiga di antaranya berikut ini:
1. Memilih lagu-lagu Kelawar Malam bakal melanggengkan pendapat bahwa yang horor itu itu cuma arwah gentayangan, setan penasaran atau paling banter—meminjam istilah tayangan horor lokal—makhluk astral. Jika begini, genre horor punk, seperti subgenre punk lainnya menjelma jadi kemapanan itu sendiri. Ini kan haram, katanya punk, kok membiarkan kemapanan? #azek
2. Terus, anak horor punk kok rasanya kurang update mulu, masa terus-terusan nyanyi tentang pocong, sundel bolong atau Nyi Roro Kidul. Kapan dong mau ngomongin ketakutan-ketakutan modern kayak cicilan KPR, enggak pernah match di Tinder, atau postingan instragram selalu sepi like?
3. Susan Punya Cita-Cita, yang dinyanyikan oleh Ria Enes dan boneka cerewetnya, merupakan lagu paling seram yang pernah direkam oleh musisi Indonesia.
Videos by VICE
Tenang, saya dalam posisi sadar saat menulis Susan Punya Cita-Cita sebagai lagu lokal paling seram sepanjang masa. Saya juga tahu pilihan ini agak riskan. Pasalnya, bagi mereka yang cukup beruntung menghabiskan masa kecil sepanjang dekade ’90an, Ria Enes dan bonekanya, Susan, lekat dengan imej sebagai musisi papan atas kancah lagu anak yang mendongeng tentang kodok dan semut, serta mengajari anak-anak menggantung cita-cita setinggi langit—termasuk jadi presiden. Sebuah cita-cita yang nyaris subversif masa itu.
Pendeknya, Kak Ria adalah sosok ventriloquist pengajar anak supaya berbudi luhur. Sekilas kayaknya kok enggak mungkin ya dia tega bikin lagu terseram sepanjang masa?
Masalahnya, nilai seram sebuah karya enggak pernah ajeg. Apa yang dulu dianggap seram sekarang ternyata biasa saja. begitu juga sebaliknya. Badut, misalnya, dulu dianggap lucu. Imej badut berubah total setelah IT film seram tentang badut, dibuat ulang. Sebaliknya, lirik-lirik Cannibal Corpse dulu dianggap seram, kini setelah semua band brutal death metal bikin lirik yang mirip-mirip, kita adem-adem saja mendengarnya karena kita tahu itu semua gimmick belaka.
Nah di atas konteks seperti inilah Susan Punya Cita-Cita menjelma jadi lagu lokal terseram sepanjang masa. Ketika dirilis 24 tahun lalu, lagu Ria Enes ini sekadar dimaknai sebagai cerita boneka terkenal yang pengin jadi dokter dan insinyur. Sekarang, seiring bertambahnya pengalaman, umur, bacaan, tautan-tautan berita di group whatsapp keluarga dan referensi musik, saya berhasil mengungkap bila Susan Punya Cita-Cita sebetulnya lagu seram tentang boneka celometan menyebarkan pesan-pesan menyeramkan.
Berarti Kak Ria dan Papa T. Bob (si pengarang lagunya) diem-diem sadis dong? Enggak lah. Kan bikin lagu seram enggak otomatis bikin orang jadi sadis atau jahat. Tom Araya, vokalis Slayer yang udah ribuan kali nyanyi lagu seseram Angel of Death saja baik banget sama anak kecil.
Lagipula, saya bukan psikolog yang bisa menebak tabiat orang. Setidaknya, saya cukup tengil (dan cukup waktu luang) memahami lagi lirik lagu Ria Enes dan Susan. Hasilnya, saya menemukan poin-poin menyeramkan di bawah ini.
Susan Punya Cita-Cita Jadi Boneka Psikopat Mirip Chucky
Susan sejak awal dirancang Kak Ria sebagai boneka anak kecil yang sedikit nakal. Mulut anak kecil, eh boneka, ini nyablaknya minta ampun. Kesan nyablak ini makin begitu Susan menggunakan bahasa indonesia, dialek Jawa Timuran. Nah, karakter psikopat Susan baru terungkap ketika dia mengungkapkan cita-citanya sebagai dokter. Begitu ditanya alasannya memilih dokter, Susan bernyanyi mau suntik orang lewat /Jus enjus enjus.
Ucapan boneka anak kecil ini jelas bikin merinding. Pertama, salah orang-orang lewat itu apa coba? Kok bisa-bisanya langsung disuntik. kedua, kita enggak pernah tahu cairan macam apa yang dimasukkan Susan ke dalam jarum suntiknya. Masih mending kalau vitamin C, orang-orang lewat ini bakal sehat dan bugar. Kulitnya bakal lebih bersinar dan seterusnya. Happy ending!
Gimana kalau skenarionya ternyata enggak gitu. Katakanlah susan lagi iseng. Bukannya masukin vitamin C, dia malah masukin darah yang terpapar Ebola. Kita niscaya dihadapkan kiamat kecil yang ironisnya dipicu boneka anak perempuan.
Pilihan Susan menjadi dokter juga perlu diselidiki. Seorang anak punya cita-cita biasanya setelah melihat seseorang dewasa yang menjalani suatu profesi tertentu. Misalnya, Anak-anak yang bercita-cita jadi pembalap karena, jangan-jangan, mereka kebanyakan nonton sinetron Anak Langit. Sesederhana itu. Pada Susan, setidaknya dalam lagu Susan Punya Cita-Cita, hal ini enggak pernah tuntas. Kak Ria enggak menginterogasi Susan tentang dokter panutannya.
Interogasi ini wajib dibahas tuntas karena Josef Mangele, Dr Boyke dan Dr Lie A. Dharmawan sama-sama dokter. Bedanya, dokter yang pertama adalah malaikat pencabut nyawa yang menjadi tahanan di kamp yahudi Nazi sebagai bahan percobaan sadis, sementara dua sosok lainnya adalah malaikat penolong, bagi yang bermasalah di kasur atau mereka yang kesusahan mengakses layanan kesehatan murah.
Dua puluh empat tahun setelah lagu ini keluar, ihwal mengenai dokter panutan Susan masih gelap. Tapi, kalau dari hobinya suntik orang-orang lewat sih, saya khawatir abis kalau Susan mengidolakan Josef Mangele.
Susan Ingin Dokter Berkolusi Sama Perusahaan Farmasi
Masih tentang suntik sembarangan, saat ditanya kenapa dirinya melakukan itu, Susan menjawab ringan “biar obatnya laku!”
Dulu sih, saya ngakak mendengar guyonan receh macam ini. Sekarang, saya malah dibikin kagum sekaligus merinding gara-gara jawaban Susan. Selama bertahun-tahun, praktek over-prescription alias sembarangan meresepkan obat ke pasien tanpa memperhatikan faedah obat adalah cheat yang digunakan yang para dokter nakal agar obat titipan para agen farmasi langganannya cepat laku dan dapat beragam macam bonus dari perusahan farmasi. Menurut sebuah artikel yang dilansir Forbes di zaman Susan berjaya sebagai penyanyi anak (baca: dekade ’90an), bonus-bonus yang diterima para dokter yang ‘rajin bikin obat titipan laku’ di luar sana adalah jamuan makan malam di hotel mewah.
Di Indonesia, praktek menyogok dokter terus berlangsung. Zainal Abidin, mantan Ketua Pengurus Ikatan Dokter Indonesia saat diwawancarai Majalah Tempo pada 2015, mengaku praktek gratifikasi masih terjadi. Malah pada 2016, sebuah pabrik di farmasi di Palembang terungkap mengalirkan dana gratifikasi ke sejumlah dokter. Jumlah sogokannya kecil kok, cuma Rp 600 miliar saja.
Sampai saat ini, saya belum nemu penjelasan tentang akar dari hubungan berbahaya antara dokter nakal dan perusahaan farmasi ini. Tapi, kalau saya diminta mencari akar masalahnya. ini jawaban saya: dokter-dokter nakal itu enggak bersalah, mereka cuma niru cara Susan biar obatnya cepat laku.
Gila ya. Ria Enes sejak 24 tahun lalu sudah bisa melakukan inception bahkan sebelum tema Inception kepikiran sama Chistopher Nolan. Merinding bray!
Cita-Cita Susan Membohongi Satu Generasi Milenial
Susan adalah boneka bandel yang cerdas. makanya, selain bercita-cita jadi dokter, Susan pengin jadi insinyur. Alasannya gampang saja: Mau bangun gedung bertingkat (dan) jadi Konglomerat.
Dua puluh empat tahun kemudian, kita tahu ada yang salah sama kalimat Susan. Insinyur enggak bisa bikin gedung bertingkat sendiri. Yang benar adalah konglomerat bayar insinyur buat bikin hotel. Udah gitu, kita dulu dibikin percaya kalau nanti bisa bikin gedung bertingkat, wong beli rumah tapak tanah saja ngos-ngosan. Kalau masih ngotot pengen jadi insinyur, harus kuliah dulu. Kuliah ongkosnya mahal banget, sampai ortu kita terpaksa “menyekolahkan” sertifikat rumah atau SK PNS-nya ke bank. Solusi lain ya jadi konglomerat. Tapi mengingat Indonesia belum ramah buat wirausahawan bermodal cekak yang pengen memulai usaha, jalan menuju status konglomerat sama beratnya. Akhirnya, sebagian besar dari kita terpaksa menerima kenyataan harus kerja dari awal dengan gaji mepet UMP.
Intinya, selama 24 tahun anak-anak millenial terlanjur menggantungkan cita-cita tinggi akibat kata-kata Susan. Jahat deh :(
Susan Bercita-cita Bikin Pulau Jawa Tenggelam
Kembali ke cita-cita luhur Susan bikin gedung bertingkat. Misalnya kan nih ya, Susan beneran bisa jadi kaya lantaran jual perusahaan rintisan (seperti mimpi para milenial saat ini) dan bisa bikin gedung bertingkat. Maka Susan Punya Cita-Cita adalah lagu paling tidak mengindahkan AMDAL.
Gini loh, pada tahun 2015 The Council on Tall Buildings and Urban Habitat (CTBUH) mencatat Indonesia sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan gedung bertingat tinggi tercepat di dunia. Sampai saat ini, di Jakarta saja ada 345 gedung bertingkat yag terdiri dari 118 gedung dengan tinggi di atas 100 meter, 66 gedung di atas 150 meter, dan 28 gedung di atas 200 meter. Tentunya, gedung-gedung ini punya dampak lingkungan. Untuk kebutuhan air tenantnya, gedung-gedung super tinggi menyedot air dari dalam permukaan tanah Jakarta. Air memang berhasil dikuras tapi imbasnya, permukaan tanah jakarta amblas.
Percayalah, kondisi ini dalam sepuluh tahun ke depan bakal lebih parah. Apa pasal? Gampang, waktu itu ribuan penggemar Susan yang dulu masih berusia lima sampai tujuh tahun ketika Susan Punya Cita-Cita dirilis bakal masuk usia kepala empat. Beberapa persen di antaranya mungkin jadi konglomerat dan bikin gedung bertingkat sebagai penanda kemapanan mereka.
Jawa, atau setidaknya Jakarta, akhirnya makin nylungsep dan mungkin akhirnya tenggelam. Lalu siapa biang kerok penurunan tanah ini?
Tak lain dan tak bukan, ucapan Susan di lagu terseram sepanjang masa: Susan Punya Cita-Cita.