Artikel ini pertama kali tayang di Motherboard.
Ilmuwan nuklir terkaget-kaget saat mengetahui tingkat radiasi di seluruh Eropa meningkat bulan lalu. Mereka kesulitan mencari sumber dari radiasi nuklir berskala kecil yang merajalela di Eropa sepanjang Januari 2017. IRSN di Perancis, lembaga pemerintah untuk risiko nuklir dan radiologi, mengumumkan lewat pernyataan 13 Februari bahwa Iodine-131, radio nuklida asal muasal manusia, terdeteksi dalam jumlah amat sedikit pada atmosfer permukaan tanah di seluruh Benua Biru. Iodine-131 pertama kali terdeteksi pada minggu kedua Januari di bagian utara Norwegia, kemudian terdeteksi lagi di Finlandia, Polandia, Jerman, Republik Ceko, Perancis, dan Spanyol. Meski sejak itu tingkatan radiasi tersebut telah kembali normal, para ilmuwan belum dapat menentukan sumber radiasi tersebut.
Norway’s Radiation Protection Authority (NRPA), yang pertama kali mendeteksi Iodine-131 pada perbatasan utara Rusia, menyampaikan pada Motherboard hari ini lewat telepon bahwa tingkatan radiasi saat ini tidak berisiko pada kesehatan manusia. “Saya bisa memastikan bahwa tingkatannya rendah,” ujar juru bicara mereka.
Namun dengan paruh kehidupan selama delapan hari, pendeteksian Iodine-131 adalah bukti dari rilisan terbaru, ujar IRSN dalam pernyataan ke media.
Menurut rumor yang beredar, Rusia secara rahasia menguji senjata nuklir berkadar rendah di Kutub Utara, kemungkinan di daerah Novaya Zemlya—yang menurut sejarah digunakan sebagai tempat pengujian nuklir Rusia. Iodine-131, ditemukan oleh dua peneliti asal University of California tahun 1938, merupakan persamaan radioisotop bagi pengujian bom atom yang dilakukan oleh AS dan Rusia selama 1950an, dan baru-baru ini menunjukkan ancaman kebocoran selama bencana daya nuklir Chernobyl dan kecelakaan nuklir Fukushima tahun 2011.
Iodine-131 juga ditemukan dalam industri medis, umum digunakan untuk mengobati penyakit dan kanker terkait kelenjar gondok. Astrid Liland, kepala seksi persiapan darurat di NRPA, menyampaikan pada Motherboard pada surel har ini, “Karena hanya Iodine-131 yang diukur, dan tidak ada substansi radioaktif lainnya, kami beranggapan asalnya dari perusahaan farmasi yang memproduksi obat-obatan radioaktif. Iodine-131 digunakan sebagai pengobatan kanker.”
Videos by VICE
Partikel Iodine-131 (value +/- uncertainty) pada atmosfer (µBq/m3). Gambar: IRSN
Britain’s Society for Radiological Protection (SRP) juga mengatakan pada Motherboard bahwa keberadaan eksklusif Iodine-131 menyiratkan bahwa sumbernya bukan insiden nuklir, melainkan sebuah institusi medis seperti rumah sakit atau pemasok radiofarmaka. “Pelepasannya mungkin berasal baru-baru ini. Mustahil untuk berspekulasi lebih jauh dari ini,” ujar Briand Gornall dari SRP kepada Motherboard melalui surel.
Lokasi perusahaan farmasi yang memicu lonjakan radiasi tersebut belum diketahui. “Karena angin yang selalu berubah haluan, tidak mungkin untuk mengikuti jejak asal muasalnya. Pelepasan ini sepertinya muncul dari Eropa Timur,” ujar Liland saat dihubungi Motherboard.
Awan Iodine menyebabkan Angkatan Udara AS mengirim pesawat khusus pendeteksi partikel untuk menyeldiki kasus ini. Sebagaimana dilaporkan pada The Aviationist, Angkatan Udara AS WC-135 ditugaskan di basis Angkata Udara Kerajaan di Britania Raya pada 17 Februari, untuk menguji apakah masih ada radiasi pada atmosfer di penjuru Eropa. Ekspedisi interkontinental terakhir yang dilakukan pesawat tersebut adalah untuk menganalisa atmosfer pada Peninsula Korea, mengikuti dugaan pengujian nuklir Korea Utara.
Perkembangan yang ada memicu rumor mengenai uji coba nuklir oleh Rusia di Kutub Utara. Juru bicara Comprehensive Nuclear-Test-Ban Treaty Organization (CTBTO), sebuah lembaga internasional yang memonitor pengujian senjata nuklir, menyampaikan pada Motherboard melalui surel hari ini bahwa rumor itu tidak berdasar. “Meski beberapa interpretasi dari tingkatan pendeteksian minimum I-131 telah diamati sejak awal tahun di Eropa, belum ada perkembangan luar biasa sejauh ini.”
IRSN berkata dalam pernyataan tertulis, jika data yang mereka miliki kini telah tersebar di antara anggota jaringan informal Eropa bernama Ring of Five, sebuah kelompok organisasi yang meneliti tingkatan radiasi atmosfer.