Drogue

Geng Motor Australia Ternyata Ikut Andil Dalam Peredaran Narkoba di Asia Tenggara

Geng motor Australia dan paket narkoba

Dalam laporan terbarunya, Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa Urusan Narkoba dan Kejahatan memperkirakan nilai pasar metamfetamin saat ini di seluruh Asia Tenggara, Asia Timur, Australia, Selandia Baru, dan Bangladesh kira-kira mencapai US$30,3-61,4 miliar (Rp424-860 triliun) per tahun. 11,1 miliar Dolarnya (Rp155 triliun) diwakili Australia dan Selandia Baru, karena tingginya harga jual narkoba di kedua negara. Berdasarkan laporan yang dikutip The Guardian, semakin banyak geng motor liar Australia yang memperluas jangkauannya ke wilayah Asia Tenggara untuk meraup keuntungan dari pasar obat-obatan terlarang.

Laporan yang dirilis pekan lalu menguraikan “jangkauan global” ekspor narkoba dari negara-negara seperti Myanmar, Thailand, Kamboja dan Vietnam, serta strategi sindikat kriminal mengedarkan sabu-sabu “dalam jumlah besar” dari negara-negara tersebut ke Australia dan Selandia Baru. “Dewasa ini, geng motor liar Australia dan Selandia Baru mulai memperluas jangkauannya ke Asia Tenggara dan terlibat dalam perdagangan narkoba, pemerasan, pencucian uang, dan tindak kriminal lainnya,” bunyi laporan.

Videos by VICE

“Mereka masuk ke pasar Asia Timur dan Tenggara,” lanjutnya, “untuk mengotaki perdagangan obat-obatan terlarang, khususnya sabu-sabu dan bahan kimia prekursor.”

Penulis laporan menyinggung penyitaan lebih dari 1,4 ton efedrin yang datang dari Guangdong, Tiongkok ke Australia pada Juni 2017. Saat itu, polisi juga mengamankan 14 orang yang beberapa di antaranya anggota geng motor Rebels. Beberapa bulan sebelumnya, tepatnya April 2017, tiga anggota geng motor liar ditangkap usai ketahuan menyelundupkan 119 kilogram sabu-sabu dari Malaysia.

Walaupun kelompok kriminal dari Tiongkok, Hong Kong, dan Thailand masih mendominasi produksi dan pengedaran metamfetamin, geng motor liar dari Australia dan Selandia Baru berusaha “mengambil bagian di wilayah ini,” menurut laporan. Perluasan jangkauan tersebut kemungkinan didorong oleh prospek pasar yang lebih menguntungkan—khususnya “harga rendah per kilogram dan meningkatnya jumlah produksi sabu-sabu…di kawasan” dan “tingginya” harga jual obat-obatan terlarang di Australia dan Selandia Baru.

Laporan menyebutkan alasan terjadinya pergeseran itu sebagian karena “adanya hukum yang sangat ketat terhadap geng motor di negara mereka.” Berhubung geng motor liar di Australia dan Selandia Baru sedang mendapat tekanan besar dari pihak berwajib setempat, mereka mencari alternatif lain ke Laut Timor dan Asia yang harga jualnya lebih murah dan celahnya lebih besar.

Jeremy Douglas, perwakilan regional PBB untuk kawasan Asia Tenggara dan Pasifik, menjelaskan negara-negara di kawasan tersebut perlu mengambil pendekatan terpadu untuk mengatasi masalah kejahatan transnasional dan perdagangan narkoba di Asia Tenggara.

“Kita membutuhkan upaya yang lebih kuat dalam mencegah, mengatasi, dan meminimalisir perdagangan sabu-sabu dan pasar obat-obatan yang berkembang di Australia dan Asia Tenggara,” katanya kepada Fairfax. “Masalahnya, upaya kawasan ini belum sekeras Australia dalam mengurangi permintaan lokal. Alhasil, terjadi ketidakseimbangan dan malah menguntungkan kejahatan terorganisir.”

Follow Gavin di Twitter atau Instagram.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE ASIA.