Begini Rasanya Mengunjungi Wahana Hiburan Bertema Bukti Kunjungan Alien di Masa Lalu

Een piramide met bomen eromheen

Bayangkan, kamu anak kecil yang sedang liburan di kawasan pegunungan Interlaken, Swiss, yang sering dikunjungi turis. Suasananya indah. Pokoknya indah lah untuk ukuran kota kecil di kaki gunung: udaranya segar, sungai mengalir melalui gunung, dan banyak bangunan dengan arsitektur khas Eropa. Tapi kamu masih bocah. Semua pemandangan alam itu tidak berarti buat anak-anak. Kamu bosan banget.

Kamu lantas melihat iklan di TV soal wahana permainan Mystery Park, dengan cuplikan adegan anak kecil sebaya berlari-larian di lokasi mirip Disney World. Habis itu dia mencari emas, lompat-lompat dengan tali bungee, terus ada cuplikan kapal luar angkasa, piramida, dan hiu. Isi taman hiburan ini tak terlalu jelas, tapi kelihatan menarik.

Videos by VICE

Setelah itu kamu membujuk orang tuamu supaya mampir ke sana. Kamu tiba di Mystery Park. Atraksi pertama yang kamu temui adalah sebuah piramida Mesir, dengan banyak tulisan berisi janji menguak misteri peradaban Mesir Kuno. Kamu tidak sabar melihat apa yang menantimu di dalam. Semacam rollercoaster kah?

Pas kamu masuk, isinya ternyata bioskop dan pameran doang. Film yang ditayangkan memberitahumu bahwa SEGALA HAL YANG KAMU PELAJARI TENTANG MESIR KUNO DI SEKOLAH ITU SALAH BESAR. Bertentangan dengan yang kamu diajar orang tuamu, gurumu, dan Wikipedia, bangsa Mesir Kuno tidak membangun piramida dengan sistem lereng dan kereta seret.

Oh tidak.

Orang Mesir Kuno bisa membangun piramida karena dibantu peralatan listrik––teknologi yang dihadiahkan pengunjung dari luar angkasa, yang kemungkinan juga ikut merancang desain bangunannya.

Erich von Daniken, in a blue jacket, in front of the Mystery Park theme park
Erich von Däniken berpose untuk salah satu poster di Mystery Park. Foto dari arsip Erich von Däniken

Begitulah. Mistery Park adalah wahana yang isinya tentang kunjungan alien ke bumi di masa lalu.

Wahana ini didasarkan pada buku Chariots of the Gods?, yang ditulis Erich von Däniken akhir dekade 60-an. Buku ini mengusulkan teori bahwa alien sempat mendarat di bumi pada zaman kuno. Pada zaman itu berbagai struktur dibangun dengan teknologi alien, atau oleh manusia sebagai tanda penghormatan untuk para alien.

Contohnya, Stonehenge, Garis-garis Nazca di Peru, dan patung kepala manusia Pulau Paskah. Sebagian besar bukti yang diajukan von Däniken seperti ini: “kalau karya peradaban kuno yang terlalu canggih pada masanya, dan para sejarawan belum yakin bagaimana dan mengapa struktur ini dibangun… kayaknya yang membangun alien deh.”

Buku von Däniken, sekalipun premisnya menggelikan, ternyata berdampak pada pembaca di seluruh dunia. Adaptasi film dokumenter buku ini menjadi film terlaris ke-9 pada 1970, dan masuk nominasi Academy Award untuk film dokumenter terbaik.

Buku ini menginspirasi film Prometheus, Stargate, dan seri terakhir Indiana Jones. Selain itu, buku von Däniken menjadi sumber acuan acara TV Ancient Aliens, yang sudah sepuluh tahun tayang di History Channel (acara ini terkenal karena menghasilkan meme foto dari salah satu narasumber berambut gondrong yang hobi banget bilang “aliens”). AlienCon, sebuah konferensi Ancient Aliens yang rutin digelar di Los Angeles, AS, selalu sukses mendatangkan 10.000 pengunjung setiap tahun.


Tonton dokumenter VICE soal sekte keagamaan di Eropa yang percaya bahwa alien itu Tuhan:


Setengah abad kemudian, von Däniken merasa bukunya berhasil mengubah jalan pikiran banyak orang. “Ada ratusan orang yang mengantre minta tanda tangan saat saya berada [di konvensi] di Pasadena, California. Mereka semua bilang, ‘Pak von Däniken, bukumu telah mengubah pemikiranku,’” ujarnya bangga saat ngobrol bersama VICE.

Teori von Däniken tentu saja banyak menerima penolakan dari dunia ilmiah. Arkeolog, South Park, sampai Southern Poverty Law Center kompak menyebutnya penyebar teori konspirasi. Dia juga dituduh menyebarkan informasi palsu, teori cocoklogi, dan mengarang bebas.

Namun, kita tak bisa memungkiri teorinya soal kunjungan alien di masa lalu sangat populer. Biasanya, kalau ada sesuatu yang menjadi sangat populer—mau itu Harry Potter, film Disney, sampai Alkitab—orang-orang segera mendirikan wahana hiburan yang dikhususkan mengulik tema tersebut. Tidak heran kalau pada 2003, von Däniken bersama sejumlah pengusaha Swiss mendirikan Mystery Park.

A giant model of a human skeleton in a museum space
Kerangka ‘alien’ ini dipajang di lobi Mystery Park. Von Daniken percaya mahluk besar seperti raksasa dulunya menguasai bumi sebelum manusia. Foto via Bloomberg/Getty Images

Mystery Park dibagi menjadi tujuh “paviliun” dengan tema berbeda-beda. Masing-masing berlokasi mengelilingi menara pusat. “Ada pertunjukan utama di setiap paviliun,” kata von Daniken. “Pertunjukannya penuh dengan misteri.”

Ada paviliun dengan atraksi simulator penerbangan yang akan membawa pengunjung menjelajahi misteri garis aneh di gurun Nazca Peru (von Däniken percaya garis-garis di gurun itu dibangun suku masa lalu sebagai tanda untuk pendaratan pesawat alien). Selain itu, ada juga replika besar Stonehenge yang tampak hidup berkat pertunjukan laser dan lampu.

Pertunjukan ini katanya akan mengungkapkan rahasia dari bangunan kuno itu (menurutnya, bangunan batu dari masa Inggris kuno itu adalah portal alien). Sementara itu, pameran lainnya mengeksplorasi kalender Maya, naskah Hindu kuno, dan jejak kota Atlantis yang hilang.

Jumlah pengunjung objek wisata itu ternyata tidak sesuai harapan. Sebelum dibuka, mereka memperkirakan akan sukses menarik 500.000 pengunjung setiap tahun. Tiga tahun kemudian, tepatnya pada 2005, wahana ini hanya mampu mendatangkan 200.000 orang.

Saat diwawancarai VICE, von Däniken menyalahkan performa buruk wahananya itu akibat review jelek kritikus, pilihan lokasi yang buruk, dan kurangnya promosi. “Seharusnya wahana ini dibangun dekat kota besar,” tuturnya. “Di Hamburg atau Berlin, misalnya.”

Kantor berita setempat melaporkan masalah yang sebenarnya adalah pameran museum terlalu statis, sehingga pengunjung tidak tertarik kembali lagi.

Apapun alasannya, Mystery Park terpaksa tutup sementara pada 2006. Pada akhirnya, tempat hiburan ini kembali dibuka dengan jam operasional yang lebih sedikit dan nama baru (Jungfrau Park). Ada beberapa perubahan, seperti beberapa atraksinya diganti menjadi sesuatu yang tidak ada kaitannya dengan alien, tapi lebih terkait ajaran Kristen. “Alkitab menceritakan tentang Nabi Yehezkiel, dan nabi ini menjelaskan kalau dia melihat ‘chariot of the gods,’” kata von Däniken.

“Dia menggambarkan suara, sayap, kaki dan rodanya dengan detail. Kami lalu menunjukkannya di paviliun. Sangat realistis. Tapi, paviliun ini harus ditutup untuk selamanya karena dikritik telah menyinggung agama.” Wahana barunya termasuk taman bermain penuh petualangan dan rental Segway.

“Saya kecewa konsepnya berubah, tapi bersyukur juga karena setidaknya tempat hiburannya masih buka,” ujar von Däniken.

A building in the shape of an Egyptian pyramid
Ini Paviliun Mesir kuno di Mystery Park. Foto dari arsip Erich von Däniken

Beberapa ulasan TripAdvisor menyatakan objek wisata ini terlalu mahal, kumuh, dan sepi pengunjung. Walaupun begitu, penggemar von Däniken merasa sangat puas saat berkunjung ke sana.

Seakan tak belajar dari kegagalan sebelumnya, ternyata masih ada investor ingin membangun taman hiburan lain yang terinspirasi pemikiran von Däniken.

Taman hiburan indoor Chariots of the Gods dijadwalkan akan mulai dibangun tahun depan di Blackpool, kota pesisir di utara Inggris. Objek wisata ini digarap oleh perusahaan bernama Media Investment Entertainment, yang memegang hak edar buku-buku von Däniken. Tempat hiburannya akan menjadi bagian proyek multiguna senilai $395 juta (Rp5,6 triliun) mencakup hotel, toko, dan restoran.

A rendering showing riders on a
Di wahana ini, kalian bisa membayangkan simulasi pendaratan UFO di masa lalu. Sumber foto: Media Investment Entertainment

Norbert Reichart, CEO Media Invest Entertainment, mengatakan ingin membangun restoran, permainan outbound, atraksi VR, dan beberapa wahana di tempat hiburan anyar tersebut. Tema wahananya tetap mengikuti beberapa aspek dari karya von Däniken. Atraksi terbesarnya adalah “teater terbang”, mirip seperti wahana Soarin di Disneyland. Menurut Reichart, pengunjung diajak terbang melintasi Inggris, sebelum akhirnya melewati Stonehenge (yang merupakan portal alien) lalu melihat pembangunan monumen-monumen kuno di seluruh dunia.

“Kami juga memiliki pameran interaktif multimedia dari Chariots of the Gods Erich von Däniken yang pertama di dunia,” imbuh Reichart.

Reichart menjamin taman hiburannya berbeda dari yang ada di Swiss. “Jujur saja, Mystery Park di Interlaken bukan tempat hiburan asli,” ujarnya. “Konsepnya bagus, tapi mereka salah ambil lokasi. Unsur menyenangkannya juga tidak ada… [perusahaanku] tidak ada kaitannya dengan taman hiburan itu.”

Pembangunan Chariots of the Gods terdengar seperti ide bagus, karena Blackpool memiliki tingkat kemiskinan dan pengangguran yang tinggi. Pada 2013, Kementerian Sosial Inggris merilis laporan yang menyebut kota tersebut sebagai “tempat pembuangan bagi orang-orang yang bermasalah karena pengangguran, dikucilkan, dan memakai narkoba.”

Pembangunan senilai $395 juta (Rp5,6 triliun) tentu akan disambut dengan baik warga lokal. Yang jadi pertanyaan: Siapa yang mau menginvestasikan uangnya untuk membangun tempat wisata yang percaya Kota Sodom dan Gomora dihancurkan oleh alien menggunakan bom atom?

Reichart meyakinkanku, kontroversi teori alien di masa lalu tidak akan membuat orang ogah datang. Dia menganggap teori konspirasi adalah genre hiburan tersendiri yang punya pangsa pasar cukup besar.

“Kami sudah mengantisipasi kritik atau pertanyaan kritis. Orang-orang pasti sudah bosan dengan cerita superhero dan Hollywood yang telah memenuhi pasar [taman hiburan]. Mereka menginginkan sesuatu yang baru dan berbeda.”

Follow Jamie Lee Curtis Taete di Instagram.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE US.