FYI.

This story is over 5 years old.

Duka dan kematian

Sistem Direct Message dari Akhirat Bakal Mengubah Cara Kita Menghadapi Duka

Berkat teknologi bernama SafeBeyond, mendiang bisa tetap memberi kenang-kenangan pada keluarga yang ditinggalkan.
Image: Georgie Pauwels/Flickr

Oktober kemarin, ketika Nakina Talbert melihat keluar jendela rumah singgahnya di Guatemala dan mendapati sebuah gunung berapi dengan jarak kurang dari 100 mil darinya sedang meletus, insting pertamanya adalah mengambil sebuah foto. “Walaupun jauh, tapi letusannya seperti meriam!” tulisnya di foto itu, beserta sebuah panah yang mengarah ke gunung itu. Talbert, seorang project manager dari Dallas, Texas, lalu masuk ke akunnya di SafeBeyond, sebuah platform untuk menyimpan warisan. Di platform tersebut, ia mengunduh foto tersebut ke “vault” miliknya yang berisi foto, video, rekaman suara, dan surat-surat yang ingin dia kirim untuk anggota keluarganya setelah ia meninggal dunia. Ada surat untuk cucunya ketika ia berulang tahun yang ke-21 (sekarang ia baru berumur 14 tahun), video untuk hari Natal pertama yang dirayakan putra Talbert (usia 37) tanpanya, surat-surat untuk para cicitnya (jika ada), dan banyak rekaman dari perjalanan-perjalanan yang ada di bucket listnya sejak tahun lalu. Kedatangan Talbert ke Guatemala merupakan masuk dalam daftar keinginan sebelum mati, yang ketujuh, walaupun dia tidak tahu berapa perjalanan lagi yang bisa ia tempuh. Menurut dokter-dokternya, dia bahkan seharusnya tidak hidup selama ini. Pada 2014, Talbert didiagnosa mengidap progressive supranuclear palsy, atau biasa disebut PSP, sebuah penyakit neurodegeneratif dengan gejala mirip Parkinson. Dia segera mempersiapkan segala hal. Dia sejak awal ingin mewariskan rekaman suaranya untuk anak-anak dan cucu-cucunya. Ketika ayah Talbert meninggal hampir 40 tahun silam, suara beliau merupakan hal yang pertama ia lupa. “Saya masih bisa melihat wajahnya dengan jelas, seperti kami baru bertemu kemarin,” katanya. “Tapi saya sudah tidak bisa ingat suaranya.”

Iklan

Image: NaKina Talbert

Talbert menciptakan SafeBeyond sekitar satu tahun setelah didiagnosa. Platform tersebut merupakan salah satu jasa (selain DeadSocial dan GoneNotGone) yang memungkinkan penggunanya untuk mengirimkan file video, audio, dan pesan tertulis untuk orang-orang yang dicintai di waktu-waktu yang direncanakan, setelah mereka sendiri meninggal dunia. Pengguna jasa tersebut bisa merencanakan video-video ulang tahun untuk dikirimkan kepada anggota keluarga setiap tahunnya, atau menulis surat, seperti yang sudah Talbert lakukan, untuk dikirimkan kepada anak cucu yang tidak akan pernah mereka temui.

Kebanyakan jasa-jasa tersebut mengharuskan pembayaran melalui paket langganan atau storage sekali bayar. DeadSocial, salah satu perusahaan yang menawarkan jasa warisan digital, saat ini sudah memiliki lebih dari 12.000 pengguna, menurut pendirinya. Walaupun begitu, jumlah total orang yang sudah mendaftarkan diri di industri tersebut belum diketahui secara pasti. Talbert juga memanfaatkan SafeBeyond untuk merencanakan pemakamannya, yang memiliki banyak persyaratan. Salah satu syaratnya adalah seluruh anggota keluarganya harus memakai tie-dye, karena dia suka membayangkan kalau seseorang akan melewati rombongan mereka dan berpikir kalau “palingan mereka semua baru dipecat dari Joe’s Crab Shack.” Tetapi harapan utamanya adalah agar SafeBeyond bisa membantu keluarganya melewati kesedihan ketika dia meninggalkan mereka. Dia sudah merencakan pesan-pesan yang akan dikirimkan sepanjang tahun pertama mereka berduka, termasuk pesan yang akan diterima anaknya di hari pertama tanpa Talbert. Bagi Talbert, pesan-pesan tersebut adalah sebuah cara untuk memberikan dukungan kepada anggota keluarganya dari akherat. Kalau sekarang kita bisa menerima pesan-pesan digital langsung dari almarhum orang terdekat, bagaimana hal itu dapat mengubah cara kita berduka atas ketiadaan mereka? Ini merupakan sebuah variasi dari pertanyaan lama--bagaimana teknologi mengubah hubungan kita dengan kematian?--dan beberapa pakar sudah mempelajari hal ini. Riset membuktikan bahwa komunikasi dari seseorang yang telah meninggal yang konsisten dapat memiliki dampak positif untuk penerima yang sedang mencoba mengikhlaskan kehilangannya.

Debra Bassett, seorang kandidat doktor di University of Warwick yang meneliti dampak kematian di dunia digital, percaya bahwa pesan-pesan dari seseorang yang sudah meninggal dapat membantu orang yang ditinggalkan untuk kembali ke perasaan berduka di saat mereka membutuhkannya. Secara umum, “hampir semua orang yang pernah saya teliti berkata bahwa warisan-warisan ini membuat mereka merasa tenang,” kata Bassett.

Tapi, semua itu tergantung situasinya. Di “Shadows of the Dead: Social Media and Our Changing Relationship with the Departed,” sebuah riset yang diterbitkan Bassett awal tahun ini, ia mewawancara individu-individu yang telah melihat kembali berbagai bentuk komunikasi digital yang dikirimkan oleh orang-orang terdekatnya yang telah tiada. Dia menemukan bahwa membaca kembali email atau SMS terbukti membantu banyak orang mengikhlaskan kepergian orang-orang yang dicintai, namun rekaman audio jauh lebih kompleks. Menurut riset tersebut, banyak peserta riset yang merasa bahwa mereka “harus sedang mengalami hari yang sudah buruk” sebelum mendengarkan rekaman-rekaman tersebut, dan biasanya hal ini cuma dilakukan kadang-kadang saja, bahkan juga perlu banyak pertimbangan. Dan untuk banyak orang, apapun metode komunikasinya, menerima pesan dari orang yang sudah meninggal bisa terasa seperti sebuah serangan. Lori Earl, ibu dari Esther yang meninggal karena mengidap kanker pada umur 16, kaget ketika menerima email dari Esther sekitar 3 bulan setelah kematiannya. Earl sedang menghadiri suatu rapat ketika dia menerima SMS dari suaminya: Jangan cek email sebelum rapatmu selesai, katanya. Tidak lama kemudian, ia mengerti apa maksud suaminya. Beberapa tahun sebelum kepergiannya, Esther sudah menulis pesan untuk dirinya di masa depan. “Teruntuk diriku di masa depan,” tulisnya, “Aku harap kamu sedang baik-baik saja, lebih baik dari diriku yang sekarang.” Orang tuanya belum tahu tentang surat tersebut, yang dikirimkannya dari jasa FutureMe, sampai pada suatu hari pesan itu sampai ke inbox mereka. Tak berapa lama kemudian, sebuah tweet muncul di timeline Esther: “hari ini hari Jumat, 14 Januari di tahun 2010. cuma ingin bilang: Aku benar-benar berharap bahwa aku masih hidup ketika tweet ini dipost. B).” Tweetnya muncul di bulan Februari 2011, lebih dari 6 bulan setelah Esther meninggal. Tidak ada yang tahu jasa apa yang digunakan untuk mengirimkan pesan itu. Pertamanya, ibunya merasa terguncang. Membaca pesan-pesan dari almarhum anaknya membuka kembali luka lama. “Ketika kita mengalami kembali perasaan-perasaan dan memori-memori itu, rasanya seperti mengulang kembali peristiwa kehilangan orang tersebut,” kata Earl. Tweet itu masih membangkitkan kepedihan. Tapi akhirnya keluarga Earl menerima surat dari almarhum Esther sebagai sumber kenyamanan. Membacanya membuat mereka merasa seperti sedang ngobrol dengan putri mereka, sesuatu yang mereka semua rindukan. Saat ini pun, Earl mengatakan bahwa ia sering membaca kembali surat itu. “Kita sering membaca surat tersebut, karena surat itu bercerita tentang siapa [Esther] sebenarnya, dan juga tentang harapan-harapannya,” tuturnya. Earl, yang sejak saat itu menulis kisah hidup Esther di buku terlaris This Star Won’t Go Out, membandingkan pesan-pesan almarhum dengan menggerakkan gigi yang goyah: Memang selalu sakit, “tapi tidak bisa ditinggalkan.” Merasakan kepedihan, baginya, lebih baik dari merasa hampa. Dan “walaupun sebuah surat mungkin memilukan,” tambah Earl, “itu akan menyembuhkan kita.”

An infant Rose and her uncle. Image: Emma Rose

Peter Barrett, pendiri GoneNotGone, berkata bahwa dia menghindari percakapan pasca kematian yang bisa membuat penerima pesan kaget sampai jantungan. Penerima pesan harus memberi persetujuan untuk menerima pesan yang ditinggalkan oleh almarhum melalui jasa tersebut, kata Barrett. Mereka akan menerima email berisi informasi akun GoneNotGone, dan bisa menonaktifkannya kapanpun jika hal itu membuat mereka merasa tidak nyaman. Barrett yakin bahwa perusahaan-perusahaan yang menawarkan jasa seperti perusahaannya akan membantu orang-orang untuk mengikhlaskan kepergian kerabatnya. “Ketika kamu mengetahui bahwa kamu akan menerima pesan dari seseorang lagi dan lagi di hari ulang tahunmu, hal itu akan menjadi sesuatu yang kamu nantikan,” katanya. “Orang itu akan tetap ada dalam hidupmu, walaupun tidak secara fisik.” Emma Rose, seorang mahasiswa tingkat kedua yang berusia 19 tahun, setuju dengan pernyataan tersebut. Ketika ia berusia 12 tahun, paman Rose meninggal dunia setelah 3 tahun berjuang melawan kanker. Hari ini, Rose masih mengingat pamannya sebagai ahli tato Cookie Monster, seorang penggemar serial TV Say Yes to the Dress yang memanjakan keponakan-keponakannya dengan mengajak mereka liburan ke Disney World. Sebelum kepergiannya, kata Rose, pamannya menulis surat-surat di kertas untuk dikirimkan kepadanya dan adiknya di waktu yang berbeda-beda di kehidupan mereka --Satu dikirimkan segera setelah kematiannya, satu lagi saat prosesi pemakamannya sebulan kemudian, dan yang ketiga masih disimpan untuk dibuka pada hari pernikahan mereka masing-masing. “Kanker selalu membuatmu merasa bahwa orang terdekatmu direbut darimu,” katanya. “Sepertinya tidak ada acara liburan atau ulang tahun dimana saya tidak merasa, ‘Dia seharusnya ada di sini.’ Ketika saya tahu bahwa di hari pernikahan saya hal itu tidak akan terjadi,” katanya, “Bahwa ada bagian dari dirinya yang akan hadir, saya sangat senang.” Bahkan, karena Rose merasa sangat nyaman ketika membaca surat terakhir dari pamannya, hal ini membuatnya cemas. “Ini akan menjadi hal baru terakhir yang kudapat darinya, dan aku akan sangat sedih,” katanya. “Tapi setidaknya aku mendapat sebuah hal yang baru bertahun-tahun setelah keluargaku meninggal. Tidak semua orang memiliki kemewahan itu.” Di akhir hidupnya, paman Rose mendapatkan keinginannya. Rose merasa bahwa ketakutan terbesar pamannya adalah ketika Rose dan adiknya akan melupakannya, karena mereka masih kecil ketika ditinggalkan almarhum. Ia tidak ingin hilang begitu saja dari kehidupan mereka; surat-surat tradisionalnya merupakan upaya untuk tetap dekat dengan keponakan-keponakannya. “Bisa dibilang ia mencurangi kematian,” kaga Rose. “Kayak, ‘lol kanker, menurut lo gue nggak akan bisa ngobrol sama ponakan gue pas mereka nikah suatu hari nanti? Yakali!’” Paman Rose mungkin tidak menggunakan platform warisan digital untuk merencanakan pesan-pesannya--tapi tante Rose menyampaikan surat-surat yang telah ditulisnya. Bagaimanapun, pengalaman Rose serupa dengan kerabat dari pengguna jasa GoneNotGone, DeadSocial, dan SafeBeyond yang menggunakannya untuk mengkurasi kehidupan digital akhirat mereka. Sedangkan Talbert berharap untuk mencapai apa yang sudah dicapai oleh paman dari Rose. Dia ingin cicit-cicitnya di masa depan mengetahui bahwa “nenek gila” mereka duduk di ayunan dan menonton letusan gunung berapi dari jendela kamarnya. “Menurut saya, orang-orang lebih tertarik dengan hal-hal seperti itu,” katanya. “Ya, cerita-cerita keren aja.”