Daftar Momen Viral yang Ngehe Sekaligus Inspiratif dari Anak Muda Indonesia 2020

Video Viral dan konten Ngehe Sekaligus Inspiratif dari Internet Indonesia 2020

Sangking absurdnya tahun ini, 2020 kayaknya jadi satu-satunya rentang waktu di mana melihat layar ponsel kelamaan dapat penghargaan yang lebih baik dibanding keluar rumah main sama teman-teman. Semua aktivitas mendadak didigitalisasi, memaksa para generasi non-internet beradaptasi dengan cepat dengan hidup serbamaya. Hasilnya, perhatian atas isi internet jadi makin besar.

Di balik segala kesulitan gara-gara corona, tahun ini anak muda nyatanya tetap sukses melakukan satu keahlian unik generasi internet: menjadi viral. Semakin banyak perhatian pada dunia digital, semakin besar pula sorotan kepada para aktornya.

Videos by VICE

Untuk urusan ini, Bintang Emon bisa jadi contoh terbaik. Kritiknya soal sidang kasus Novel Baswedan pandemi sukses bikin doi dapat label pelawak autoviral. Tapi, ya enggak semuanya sebagus Bintang, beberapa di antaranya bahkan sampah banget kayak kasus Ferdian Paleka atau Hasanjr11.

Nah, selain batas jelas konten hitam-putih kayak di atas, ada satu lagi kelompok momen viral yang tidak masuk dalam dua kelompok namun tetap perlu apresiasi. Konten-konten ini dibikin juga sama anak muda yang bikin kita merasa gimana gitu. Takjub sekaligus gelisah. Dilematis. Mau bilang konten ginian adalah terobosan zaman, tapi kok ya kacrut banget. Di universe film pahlawan, konten semacam ini bisa dikasih label antihero macam Deadpool.

Atas nama apresiasi, rasa campur aduk tersebut coba kami pegang teguh dalam menentukan daftar momen viral anak muda kacrut namun menggugah di tahun 2020 versi VICE. Berikut daftarnya.

Konten YouTube Diam Berjam-jam Gak Ngapa-ngapain

Sampai detik ini saya sendiri masih mengalami pergulatan batin gara-gara eksistensi video ini. Didit Deelon, lewat kanal YouTube bernama sama (dulu namanya Sobat Miskin Official sebelum diganti), mengajak penonton menghabiskan waktu bersama-sama sembari… enggak ngapa-ngapain. Ceritanya pada 10 Juli 2020, doi mengunggah video berdurasi 2 jam 20 menit 52 detik berjudul “2 JAM nggak ngapa-ngapain”. Isi video memenuhi ekspektasi judul: Didit emang cuma bengong depan kamera tanpa suara, tanpa “hey guys”, tanpa ajakan likesubscribe, dan nyalakan lonceng.

Per 28 Desember, video ini udah ditonton hampir 4,5 juta kali. Bayangin, ada jutaan orang bersedia gabut menonton konten gabut yang isinya aktivitas gabut. Terakhir saya kunjungi, video ini juga udah dimonetisasi sama Didit. Mau ngata-ngatain itu sebagai konten goblok, tapi kok ya laku dan menghasilkan. Mau bilang ini konten brilian, tapi kok ya bingung briliannya di mana. Sampai-sampai saya mempertanyakan apa makna dari terminologi “brilian” itu sendiri. Ngehe emang si Didit!

https://www.youtube.com/watch?v=x8zFL-0rBAw

Video Viral Balap Lari Liar

Kalau emang negara enggak bisa menyediakan industri yang sehat nan kompetitif bagi para atlet lari muda, generasi baru pelari berbagai daerah di Indonesia kayaknya udah siap mengurus semuanya sendiri. Gara-garanya, tempo hari viral rekaman acara balap lari liar yang semarak, diselenggarakan secara swadaya oleh anak muda yang tersebar di Jawa Barat, Banten, Yogyakarta, sampai Sumatera Selatan dan Sumatera Barat.

https://www.instagram.com/p/CIjIvyxDTjA/

Konsepnya sederhana: para remaja ini mencari lawan lewat media sosial, menentukan tempat, dan langsung balapan memperebutkan hadiah uang hasil patungan peserta.

Dari informasi yang dihimpun VICE, perputaran uang dalam satu kali penyelenggaraan balap lari liar bisa mencapai Rp9 juta, uang yang banyak mengingat mayoritas pelari berumur belasan tahun.

Amar, salah satu pelari aktif dari Bekasi, mengatakan kepada VICE bahwa akibat pangsa pasar yang besar, sampai ada figur “bos” yang melakukan perekrutan dan membiayai kontes lari ini. Udah macam industri olahraga profesional saja.

Di balik kekaguman terbentuknya industri lari liar oleh anak-anak SMA, satu permasalahan yang bikin gelisah tentu saja balap lari ini diselenggarakan di jalan raya, diam-diam, dan saat pandemi.

Seni Menghias Roti Tawar

Konsep work/school from home terasa asing bagi masyarakat komunal macam Indonesia, sampai-sampai kita berupaya keras mencari kegiatan pengisi waktu isolasi yang menenangkan. Seorang anak muda dengan akun Twitter @excelalkamandka tidak terkecuali. Bedanya, apa yang dia lakukan malah memicu pembentukan sekte seniman visual baru.

Gara-gara akun tersebut mengunggah foto meses yang ia susun rapi di atas roti tawar, anak muda lain tergugah untuk melakukan hal serupa. Bak bola salju, ada anak muda lain yang mempersulitnya, lalu dipersulit lagi oleh anak lain sampai pada taraf ya-ampun.

Hasilnya mencengangkan. Roti tawar menjelma jadi kanvas di mana meses sebagai cat lukisnya. Di atas roti tawar kini enggak cuma ada meses disusun rapi, tapi juga meses berbentuk Ahok, keju berbentuk anyaman, sampai kuning telor berbentuk permainan “SOS”.

Jangan tanyakan apa manfaatnya karena satu, kita tidak tahu, dan dua, itu tidak relevan saat kita semua sedang berjuang menghibur diri di tengah kebosanan dahsyat.

Tawuran di Laut

Tawuran itu salah. Penghakiman ini bisa jadi mutlak dan semua pasti setuju. Tapi, kalau tawuran dilakukan di laut yang dihelat sambil berenang? Tentu tetap salah, tapi pasti tebersit rasa takjub dong di sanubari Anda. Alkisah (tapi nyata), tersebutlah sekelompok anak muda di Kecamatan Kalibaru, Jakarta Utara, kerap menentukan laut pinggir pelabuhan sebagai lokasi tawuran antargeng.

Beredar rekaman mereka membawa senjata tajam laiknya tawuran versi konvensional namun dilakukan di air. Insiden itu viral, dan bikin kita bingung harus bersikap apa.

Bayangkan, di samping sabetan dan tinju besi, para anak muda ini harus memiliki pula kemampuan berenang mumpuni kalau enggak mau buru-buru jadi korban. Berada di laut, stamina yang dibutuhkan jelas lebih banyak dari tawuran versi darat.

Apalagi kalau luka terus langsung kena air laut, membayangkannya saja sudah bikin ngilu. Mengetahui fakta tambahan bahwa para remaja Kalibiru ini kerap melakukan tawuran laut secara rutin sukses bikin kita geleng-geleng sambil manggut-manggut kayak lagunya Project Pop.

Cosplay Jadi Tokoh Sejarah Indonesia

Konten ini bikin saya yakin banget kalau saja Indonesia bisa hidup tanpa UU ITE plus kebaperan berlebih, kita sangat berpotensi jadi negara adidaya di bidang komedi. April Mop tahun ini contohnya, tiba-tiba bermunculan akun-akun parodi pesohor politik di Twitter.

Mulai dari mantan presiden kayak Sukarno dan Soeharto, menteri macam Luhut Panjaitan dan Terawan, kepala daerah macam Ganjar Pranowo dan Ridwan Kamil, sampai pesohor Najwa Shihab dan Uya Kuya punya akun parodi kocak.

Namanya akun parodi, yang mereka lakukan jelas demi kepentingan mengocok perut. Misalnya, akun parodi Wakil Presiden Ma’ruf Amin bercuit “kangen Jokowi”.

Ya Tuhan, ngebayanginnya aja udah menggelinjang. Sayang, eksistensi para akun parodi cuma bertahan beberapa hari, berujung dianggap sebatas geliat April Mop. Selain mengapresiasi kadar imajinasi para akun parodi, keramaian sesaat tersebut memberi contoh pahit bahwasanya bercanda model gini emang kudu pake akun anonim demi keamanan.