Percayalah, sekelarnya nonton video ini, kamu bakal ngerasa segar mirip kayak habis curhat ke terapi. Sensasi ini dengan sangat baik berhasil dirangkum oleh seorang YouTuber dalam komentarnya: “Sebagai seorang millennial dengan skill praktis di bidang STEM (atau apa yang kamu pikir bakal jadi karir yang moncer) yang depresi, kecapekan namun terus berjuang, kalian semua berhasil bikin gue mewek.”
Film-film Studio Ghibli besutan Hayao Miyazaki mungkin cuma bersetting di dunia khayalan, tapi itu punya pelajaran yang bisa kita ambil buat kehidupan kita di dunia nyata. Umumnya, film-film Studio Ghibli berkutat dengan tema masa-masa akil balik dan pencarian kepercayaan. Cuma kadang, kalau dipikir-pikir dengan benar, Studio Ghibli juga merilis film kartun yang sebenarnya ngomongin prinsip-prinsip ekonomi.
Misalnya, Kiki’s Delivery Service bisa dimaknai sebagai alegori terhadap perjuangan finansial kaum millennial, seperti yang ditunjukan oleh sebuah esai visual ScreenPrism. Tentu saja, cara pembacaan seperti ini bakal dengan mudah dibilang lebay atau terlalu mengada-ada, tapi argumentasi ScreenPrism sangat menyakinkan karena didukung dengan alasan-alasan tak terbantahkan serta data statistik yang canggih.
Video yang bikin pembuatnya pantas mendapatkan gelar PhD membeberkan segala tantangan finansial milenial yang disentuh dalam film Studio Ghibli keluaran 1988 itu: suka duka menjalani pekerjaan pertama, perjuangan menyimbangan hidup dan pekerjaan, kehabisan ide kreatif hingga belajar merawat diri.
Videos by VICE
Nah, di bawah ini, beberapa prinsip ekonomi yang secara enggak langsung dibahas dalam Kiki’s Delivery Service.
Berusaha Menjalani Pekerjaan Yang Sesuai Minat
Sepanjang durasi Kiki’s Delivery Service, kita menyaksikan Kiki berusaha memanfaatkan talentanya agar bisa bersaing dalam bursa tenaga kerja yang sangat kompetitif. “Kiki harus menciptakan keseimbangan kerja/hidup yang tak bikin dirinya kepayahan,” jelas narator dalam video. Kiki berjuang menemukan cara agar bisa selamat tinggal di kota besar sembari tetap bisa mengerjakan apa yang dia sukai. Video tersebut kemudian menjabarkan betapa perasaan yang diimiliki kaum Millennial, dengan menggelontorkan data statistik yang menarik. 57% kaum muda di Amerika Serikat mengaku bahwa prirotas utama mereka adalah menikmati pekerjaan mereka dan memulai perubahan. Pengakuan kontras sekali dengan apa yang dikatakan oleh 67% senior mereka yang menganggap bahwa mencari nafkah dan memelajari keterampilan baru sebagai prioritas utama.
Kewalahan dan kehabisan ide kreatif
Ide Kiki untuk memanfaatkan kemampuan terbangnya guna menjalankan usaha pengantaran barang ternyata membuahkan hasil. Sayangnya, dalam waktu singkat Kiki malah merasa kewalahan bekerja. “Dulu terbang terasa menyenangkan sampai aku mulai menjadikannya sebuah pekerjaan,” kata Kiki dalam sebuah kalimat.
Kelelahan Kiki menggarisbawahi bagaimana surutnya lapangan pekerjaan di ranah seni memaksa beberapa dari kita yang beruntung masih bekerja di ranah ini untuk terus-terusan lembur. “Hilangnya gairah Kiki untuk terbang menunjukkan bahwa ketika kita terlampau capek lantaran menjadikan kegemarannya sebagai sebuah pekerjaan, kamu tak akan bisa melaku mencipta lagi,” tegas sang narator.
Merawat Diri itu Sangat Penting Demi Kewarasan Kita
Kiki harus belajar untuk enggak menganggap terbang sebagai sesuatu yang personal. Pada akhirnya, Kiki kembali menikmati terbang setelah berhasil belajar kapan dirinya harus istirahat dari segala sesuatu.
Kiki makin menyadari pentingnya merawat diri dengan berjalan-jelan di hutan dan sama sekali enggak mikirin terbang. Jeda inilah yang berhasil mengembalikan energi kreatif kiki. Merawat diri adalah frase penting tahun ini. Di tengah kepungan skandal politik dan berita yang bikin sebel, hal-hal kecil seperti mandi lebih lama dari biasanya bisa membantu kita menghadapi masalah-masalah besar dalam hidup kita.
Kamu bisa simak teasernya di bawah ini: