Ganja

Penelitian di AS Ingin Tahu Apa Orang Tetap Produktif Usai Nyimeng Malam Sebelumnya

Kajian dari tim gabungan kampus berbeda ini mengamati efek merokok ganja sebelum, sewaktu, dan setelah kerja.
tanaman kanabis
Foto: Rick Proctor via Unsplash

Sejumlah orang bertekad berhenti ngeganja karena ingin memperbaiki hidup. Ganja katanya bikin mereka gampang malas dan kehilangan motivasi. Tapi rupanya, pemikiran itu tidak sepenuhnya benar. Ganja takkan memengaruhi produktivitas selama pemakai tahu kapan waktu tepat buat nyimeng.

Dengan dilegalkannya penggunaan ganja di banyak negara, ilmuwan pun tertarik meneliti efeknya terhadap produktivitas seseorang. Hasil penelitian yang diterbitkan Mei lalu menemukan merokok ganja sehabis kerja tidak mengurangi kinerja pemakai keesokan harinya. Studi ini dilakukan oleh profesor Jeremy B. Bernerth dari San Diego State University dan H. Jack Walker dari Auburn University.

Iklan

Selain produktivitas, kedua peneliti juga mempelajari perilaku pemakai ketika bekerja dan berinteraksi dengan rekan sejawatnya. Mereka menguji 281 karyawan, mengumpulkan penilaian kinerja dari atasan langsung, dan memeriksa hubungan antara penggunaan ganja pada tiga waktu berbeda dan performa pemakai di tempat kerja.

Sementara ngeganja sepulang kerja tidak menunjukkan efek apa-apa, produktivitas pemakai akan berkurang jika mereka nyimeng tepat sebelum dan saat bekerja. Mereka sulit berkonsentrasi, sehingga akhirnya memengaruhi kemampuan mengerjakan sesuatu atau menyelesaikan masalah. Merokok ganja pada dua waktu ini juga menyebabkan perilaku kontraproduktif dan menurunkan kemampuan karyawan membantu rekan kerja.

Berbagai studi telah menunjukkan minuman keras memiliki efek buruk pada kinerja seseorang. Ketika membandingkan data, peneliti menemukan mabuk-mabukan sepulang kerja dapat menurunkan produktivitas, membuat karyawan telat masuk, memicu perilaku buruk, dan merusak hubungan dengan teman satu kantor. Mereka tidak melihat adanya efek negatif berlebihan pada karyawan sehari setelah merokok ganja. Mabuk akibat alkohol ternyata jauh lebih buruk daripada efek nyimeng.

Perserikatan Bangsa-Bangsa membeberkan setidaknya 158,8 juta orang di seluruh dunia mengonsumsi ganja, tak peduli produk itu legal atau tidak di negaranya. Itu berarti 3,8 persen dari total populasi Bumi. Orang hobi ngeganja sepulang kerja karena dipercaya bisa mengurangi stres.

Namun, merokok ganja tak selamanya aman. Dalam studi yang diterbitkan Maret lalu, peneliti mengaitkan pemakaian kanabis berlebihan dengan perilaku mengemudi yang buruk. Ini mengkhawatirkan, apalagi mengingat ganja adalah zat kedua setelah alkohol yang paling sering ditemukan dalam tubuh pengemudi yang mengalami kecelakaan fatal.

Follow Lia di Twitter dan Instagram.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE Asia.