Kekayaan

Lebih Kaya dari Raja Charles, Dari Mana Harta PM Inggris Rishi Sunak Berasal?

Kekayaan Rishi Sunak, yang baru menjabat sebagai Perdana Menteri Inggris, menjadi sorotan dunia. Keluarganya yang berasal dari India lebih kaya dari Raja Charles III.
Pallavi Pundir
Jakarta, ID
Lebih Kaya dari Raja Inggris, Dari Mana Harta PM Rishi Sunak Berasal?
Dua orang melewati pameran lukisan yang mengucapkan selamat kepada Rishi Sunak di Mumbai, India. Foto: Indranil Mukherjee/ AFP

Rishi Sunak telah mencetak sejarah sebagai keturunan Asia Selatan pertama yang menjadi perdana menteri di Inggris. Tak hanya itu saja, politikus yang berusia 42 tahun merupakan menteri termuda di Downing Street No. 10, rumah dinas sekaligus kantor para PM Inggris.

Fokus publik tertuju pada kekayaan Sunak sejak ia terpilih menggantikan posisi Liz Truss, yang mengundurkan diri setelah sebulan menjabat. Ia dilaporkan memiliki kekayaan bersih di atas $800 juta (Rp12,4 triliun), nyaris dua kali lipat kekayaan Raja Charles III yang hanya $500 juta (Rp7,7 miliar). Aset propertinya di London, berupa mansion dan griya tawang, diperkirakan bernilai jutaan dolar. Namun, sorotan yang berlebihan ini kerap melupakan fakta bahwa pandangan politik Sunak yang konservatif diwarnai sentimen anti-imigran dan orang miskin. Juli lalu, ia masuk daftar Sunday Times Rich List 2022 pada saat warga Inggris berjuang memenuhi biaya hidup yang melonjak akibat inflasi.

Iklan

Banyak orang penasaran dari mana Sunak mendapatkan kekayaan tersebut.

Lelaki keturunan Pakistan ini menikahi Akshata Murthy, yang merupakan putri miliarder India Narayana Murthy. Dijuluki “Bill Gates-nya India”, total kekayaan ayah mertua Sunak mencapai $4,5 miliar (Rp70 triliun). Perusahaan milik Murthy, Infosys, menyiapkan produk perangkat lunak bagi industri perbankan, dan telah membuka hampir 200 kantor cabang di seluruh dunia. Infosys mengumpulkan pendapatan tahunan sebesar $16,21 miliar pada 2021, menjadikannya salah satu dari segelintir perusahaan yang mampu bertahan di tengah krisis ekonomi. Cabang Infosys di Inggris telah mengumumkan rencana ekspansi bisnis dalam beberapa tahun mendatang. 

Narayana Murthy, salah satu pendiri Infosys di India. Foto: Manjunath Kiran / AFP

Narayana Murthy, salah satu pendiri Infosys di India. Foto: Manjunath Kiran / AFP

Infosys juga menyediakan jaminan sosial digital bagi 1,39 miliar penduduk India. Namun, sejumlah kritik menyebutkan privasi data pengguna jaminan sosial Aadhaar terancam tidak aman

Kekayaan Murthy menjadi gambaran nyata akan besarnya ketimpangan pendapatan yang terjadi di India. Pasalnya, 10 persen orang kaya teratas memegang lebih dari 70 persen total kekayaan negara itu.

Sunak sendiri menekuni profesi bankir investasi sebelum banting setir jadi politikus. Sementara itu, kedua orang tuanya bekerja di bidang kedokteran sejak menetap di Inggris pada 1960-an. Akan tetapi, dia lebih dikenal sebagai “mantu Narayana Murthy” di India. 

Sunak tidak pernah mengungkapkan memiliki saham pribadi di Infosys, tapi istrinya memegang 0,93 persen saham perusahaan, setara $750 juta (Rp11,6 triliun). Tahun ini saja, pendapatan dividen yang diperoleh Akshata dari sahamnya di Infosys telah mencapai $15 juta (Rp233 miliar).

Iklan

Ketika Rusia menyatakan perang dengan Ukraina awal tahun ini, Infosys termasuk salah satu perusahaan yang diawasi dunia karena memiliki cabang di Rusia. Sunak, yang kala itu menjabat sebagai Menteri Keuangan Inggris, dipertanyakan keterlibatannya dengan Infosys. Namun, ia mengklaim tidak punya peran apa-apa di perusahaan tersebut.

Kekayaan kolektif Sunak kerap memicu perdebatan di Inggris karena tidak tercatat secara resmi sejak ia menjadi menteri. Beberapa waktu lalu, Akshata dihujani kritik karena berstatus non-domisili. Status ini diduga membebaskannya dari kewajiban membayar pajak, meski dia sudah tinggal di Inggris selama hampir satu dekade. Juru bicara Akshata awalnya membantah tuduhan ini, tapi kemudian mengklarifikasi istri Sunak akan membayar pajak atas pendapatan globalnya.

Akshata memegang portofolio investasi yang besar di luar Infosys. Ia mendirikan perusahaan investasi swasta, Catamaran Ventures, bersama Sunak, tapi kini ia menjalankan bisnisnya sendiri. Catatan publik menunjukkan, Akshata memiliki setidaknya 75 persen saham perusahaan cabang di Inggris. Hasil penyelidikan tahun ini mengungkapkan Akshata juga memegang saham di perusahaan investasi milik keluarga besar Al-Thani di London. Penguasa Qatar itu memiliki pengaruh yang sangat besar di Inggris. Raja Charles III bahkan diketahui menerima sumbangan dari keluarga Al-Thani.  

Terlepas dari kekayaan Sunak yang tiada tara, terpilihnya ia sebagai perdana menteri disebut-sebut menjadi awal yang baik bagi kancah politik Inggris. Politikus Anas Sarwar di Skotlandia mengatakan, meski ia kurang setuju dengan pandangan politik Sunak, pengangkatannya adalah momen penting karena dia “keturunan Asia Selatan pertama yang menjadi Perdana Menteri Inggris. Ini suatu pencapaian yang tak pernah terbayangkan oleh para leluhur kami.”

Pernyataan Sarwar langsung ditantang oleh jurnalis dan aktivis politik Ashna Sarkar. “Apa artinya pengangkatan Rishi Sunak sebagai Perdana Menteri bagi keluarga kulit Hitam dan Asia [di Inggris] yang 3-4 kali lebih rentan mengalami kesulitan pangan daripada rata-rata nasional?” tandas Sarkar melalui akun Twitter pribadinya.

Sementara itu, jurnalis Basit Mahmood berpendapat kesuksesan Sunak bukanlah tanda munculnya meritokrasi di Inggris. Menurutnya, terpilihnya Sunak sebagai PM semakin menunjukkan betapa besar peran privilese, koneksi luas, serta kekayaan yang luar biasa dalam dunia politik. “Ini justru kebalikan dari mobilitas sosial dan meritokrasi,” simpul Mahmood.

Follow Pallavi Pundir di Twitter.